TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan tanaman jagung dalam sistematika tumbuhan menurut Rukmana (1997) termasuk dalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Poales; Famili: Poaceae; Genus: Zea; Spesies: Zea mays Linn Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah (Subekti, dkk, 2008). Batang tanaman yang kaku ini tingginya berkisar antara 1,5 m dan 2,5 m dan terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap buku. Buku batang mudah terlihat. Pelepah daun terbentuk pada buku, dan membungkus rapat-rapat panjang batang utama. Sering melingkupi hingga buku berikutnya. Pada lidah daun (lingula) setiap pelepah daun kemudian membengkok menjauhi batang sebagai daun yang panjang, luas dan melengkung. Lingula ini melekat kuat melingkupi batang dan ujung pelepah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Daun jagung tumbuh di setiap ruas batang. Daun ini berbentuk pita, mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm, serta didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi batang (Najiyati dan Danarti, 1999). Jagung merupakan tanaman monoceous atau berumah satutetapi menyerbuk silang karena masa reseptifnya tidak bersamaan. Bunga jantan lebih 4
dahulu massak 2-3 hari kemudian disusul bunga betina. Bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan terletak bagian ujung tanaman, sedangkan bunga betina pada sepanjang pertengahan batang jagung dan berada pada satu ketiak daun (Ginting, dkk, 1995). Bunga jantan mengandung benang sari, dan putik yang rudimeter (tidak berkembang) yang tumbuh lebih awal, walaupun pada kondisi tertentu putik dapat juga terbentuk (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Buah jagung berupa tongkol yang ditutupi oleh kelobot. Tongkol jagung stadium muda disebut jagung semi atau baby corn (Rukmana, 1997). Biji-biji menempel kuat pada suatu poros yang kuat jangge, dan tidak seluruhnya tertutup oleh daun pelindung bunga atau sekam-sekam sebagaimana pada kebanyakan padi-padi lainnya (biji-bijinya dilindungi) secara individual, pada jagung, biji-biji tertutup seluruhnya bersama-sama. Ini menghasilkan suatu perlindungan alami tongkol yang sedang masak terhadap banyak hama di lapangan dan suatu ketergantungan pada manusia untuk penyebaran dan kelangsungan hidupnya (Goldsworthy and Fisher, 1992). Kandungan zat gizi jagung tiap 100 gram bahan makanan adalah Energi 129 cal, Protein 4,1 gr, Lemak 1,3 gr, Karbohidrat 30,3 gr, Kalsium 5,0 mg, Fosfor 108,0 mg, Besi 1,1 mg, Vitamin A 117,0 SI, Vitamin B 0,18 mg, Vitamin C 9,0 mg, Air 63,5 gr (Iskandar, 2010). 5
Syarat Tumbuh Iklim Iklim yang dikehendaki oleh tanaman jagung adalah daerah yang beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 LU hingga 0-40 LS (Prahasta, 2009). Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 meter dari permukaan air laut (AAK, 2007). Jagung dapat dijadikan sebagai tanaman indikator. Dimana tanaman jagung dapat tumbuh, maka sangat dimungkinkan bahwa tanaman lain juga dapat tumbuh dengan baik (Ginting, dkk, 1995). Kebutuhan sinar matahari bagi suatu tanaman adalah mutlak, tidak terkecuali untuk tanaman jagung hibrida. Sinar matahari sangat berguna bagi proses fotosintesis. Tanpa sinar matahari, proses fotosintesis suatu tanaman tidak terlaksana. Kebutuhan akan sinar matahari berbeda-beda antara jenis tanaman yang satu dan jenis tanaman yang lain (Warisno, 2009). Suhu yang dikehendaki tanaman jagung adalah antara 21-34 C. Namun bagi pertumbuhan tanaman jagung yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 C (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah adalah sekitar 100-200 mm/bulan. Curah hujan paling optimum adalah sekitar 100-125 mm/bulan dengan distribusi yang merata. Angin dibutuhkan tanaman jagung untuk membantu proses penyerbukannya (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995). 6
Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Nitrogen, air dan cahaya mempunyai pengaruh nyata terhadap pertumbuhan batang, penyinaran yang gelap dapat meningkatkan auksin sehingga dapat terjadi etiolasi sedangkan penyinaran kuat dapat menurunkan auksin sehingga mengurangi tinggi tanaman (Gardner dan Pierce, 1991). Tanah Tanaman jagung dapat tumbuh di segala macam tipe tanah dan ketinggian tempat. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Jagung dapat tumbuh optimal pada tanah yang gembur, subur, dan kaya humus atau bahan organik dan memiliki lapisan bunga tanah (humus) yang tebal. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain, andosol yang berasal dari gunung berapi, latosol, grumosol, dan tanah berpasir. Pada tanah yang bertekstur berat atau grumosol dapat ditanami jagung dengan baik, asalkan pengolahan tanah dilakukan dengan baik (Prahasta, 2009). Derajat keasaman (ph) tanah yang paling baik untuk tanaman jagung hibrida adalah ph 5,5-7,0. Pada ph netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung banyak tersedia didalamnya. Tanah-tanah yang ph-nya kurang dari 5,5, dianjurkan diberi pengapuran untuk menaikkan ph (Warisno, 2009). Tanaman jagung membutuhkan air yang cukup, terutama pada saat awal pertumbuhannya, yaitu pada stadia pembungaan dan stadia pengisian biji (Najiyati dan Danarti, 1999). 7
Pupuk Anorganik Senyawa yang mengandung unsur hara yang diberikan pada tanaman disebut dengan pupuk. Suatu pupuk umumnya terdiri dari komponen-komponen yang mengandung unsur hara, zat penolak air, pengisi, pengatur konsistensi, kotoran dan lain-lain. Bagian yang tidak mengandung unsur hara tersebut akan menurunkan kadar hara dalam pupuk tersebut. Kompos, pupuk kandang, night soil, dan pupuk hijau disebut dengan pupuk organik. Pupuk urea dari segi senyawa tergolong pupuk organik. Sedangkan ZA, ZK, DS, dan TS disebut pupuk an organik (Jumin, 2008). Agar bisa didapatkan hasil panen yang maksimal, tanaman jagung hibrida perlu diberi pupuk secukupnya. Pemberian pupuk ini selain dapat meningkatkan hasil panen jagung seacara kuantitatif, juga dapat meningkatkan kualitas hasilnya (Warisno, 2009). Untuk mengurangi biaya pemupukan, sering digunakan pupuk majemuk sebagai alternatif dari pemakaian pupuk tunggal. Kebutuhan unsur hara untuk satu jenis tanaman tergantung pada umur tanaman, jenis tanaman, dan iklim. Pupuk majemuk terdiri dari pupuk majemuk tak lengkap dan pupuk majemuk lengkap. Pupuk majemuk tak lengkap adalah kombinasi dari pupuk yang mengandung unsur NP, NP, dan PK, sedangkan pupuk majemuk lengkap ialah pupuk yang mengandung tiga unsur pupuk yakni NPK (Hasibuan, 2010). Pengambilan unsur-unsur hara dari tanah oleh tanaman jagung menurut Sanchez (1992) dalam buku Hasibuan (2010) adalah: 8
Tanaman Bagian Hasil (Ton/Ha) Unsur hara (Kg/Ha) N P K Ca Mg Biji 4,0 63 12 30 8,0 6,0 Jagung Batang dan Daun 4,0 37 6 38 10 8,0 Jumlah 8,0 100 18 68 18 14 Pemangkasan Daun Pemangkasan penting dilakukan pada saat tanaman memiliki 8-10 daun (tinggi tanaman 30-40 cm). Hal ini dimaksudkan agar tanaman memiliki lebih banyak cabang dan tanaman akan terjaga tidak terlalu tinggi untuk memudahkan dalam proses pemanenan (biogreenland, 2010). Pada tanaman yang dipangkas, daun-daun yang saling menutupi akan berkurang yang kemudian akan meningkatkan jumlah energi cahaya yang diterima oleh tanaman. Hal ini berakibat pada peningkatan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena daun-daun yang tertinggal akan melakukan proses fotosintesis yang lebih tinggi daripada proses respirasi (Olasantan, 2008). Dari penelitian yang dilakukan oleh Irnawati (2010) tentang pertumbuhan dan hasil tanaman stroberi dengan sistem pemangkasan dan berbagai jenis zat pengatur tumbuh, diperoleh bahwa hasil terbaik pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, berat buah, dan diameter buah. Sedangkan penelitian Indradewa, dkk (2005) yang dilakukan menggunakan jagung hibrida Bisi 2 yang telah berbunga di daerah Kulonprogo diperoleh kemungkinan peningkatan hasil biji pada tiap perlakuan 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 % pemangkasan. Hasil penelitian Bustamam (2004) menunjukkan bahwa 25% daun pada dan di atas telinga 9
memainkan peran penting dalam pengisian biji. Berat benih akhir tidak berbeda secara signifikan ke berat biji tanaman tanpa defoliasi. Viabilitas benih dari kedua perlakuan juga tidak berbeda secara signifikan. Sebaliknya, setiap posisi daun yang tidak defoliated tidak cukup untuk dukungan benih yang tumbuh untuk mencapai kekuatan tinggi. Vigor benih dari semua perlakuan secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Perompesan adalah untuk memacu pembungaan dilakukan dengan membuang bagian vegetatif yang tidak produktif terutama daun-daun dibawah tongkol, sehingga energi atau bahan makanan yang dihasilkan akan mengalir pada pembungaan dan pembuahan, dengan demikian perkembangan tongkol akan lebih cepat. Waktu perompesan pada daun sangat menentukan efektivitas dalam penimbunan fotosintat sehingga dapat menekan masa vegetatif agar buah yang dihasilkan akan lebih baik. Waktu penimbunan asimilat untuk perkembangan tongkol terjadi pada saat sebelum dan sesudah pembungaan. Perompesan daun dilakukan untuk mengurangi adanya persaingan antara organ-organ reproduktif dalam memanfaatkan asimilat yang ada (William dan Joseph, 1997). Menurut Sukasman (1988) pemangkasan bertujuan untuk memacu pertumbuhan vegetatif, menekan pertumbuhan generatif serta mengubah pertumbuhan batang tunggal dan besar menjadi berbatang banyak dan rendah, selain itu pemangkasan dapat mempengaruhi pertunasan karena pemangkasan pada pucuk batang akan mempengaruhi kesimbangan zat pengatur tumbuh alami di daerah ketiak daun. Serta Sutedjo dan Kartasapoetra (1994) menyatakan bahwa bila masingmasing faktor perlakuan mempunyai sifat berbeda pengaruh dan sifat kerjanya maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman. 10
Pemanfaatan hasil ikutan tanaman jagung berupa batang dan daun yang masih muda, dikenal sebagai jerami jagung dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak sudah banyak dilakukan petani, namun belum seluruhnya optimal pemanfaatannya (disnak-jatim, 2010). Dari hasil penelitian yang dilakukan Wardhani dan Musofie (1991) disimpulkan bahwa jerami jagung sebagai pengganti rumput paling baik digunakan dalam bentuk segar, menyusul penggunaan jerami bentuk kering, dan baru kemudian dapat sebagai pupuk. 11