BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN DAN PEMANFAATAN GADAI TANAH DI DESA KRIKILAN KEC SUMBER KAB REMBANG MENURUT HUKUM ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV GADAI TANAH PERTANIAN SEBAGAI BARANG GADAI DAN PEMANFAATANNYA OLEH PENERIMA GADAI DI DESA GUNUNGANYAR KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah

BAB IV ANALISIS DATA

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB II KONSEP DASAR TENTANG GADAI. A. Pengertian Gadai Gadai dalam persepektif hukum islam disebut dengan istilah rahn,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui al-qur an sebagai

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad SAW. Sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung. hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan dalam menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN TANAH SAWAH GADAI UNTUK PENANAMAN TEMBAKAU DI DESA BAJUR KECAMATAN WARU KABUPATEN

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB III STUDI PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB I PENDAHULUAN. Usaha untuk memenuhi kebutuhan, mengharuskan manusia. berhubungan dengan manusia lainnya, tentunya yang mempunyai kemampuan

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Kerena manusia sebagai makhluk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

RAHN (HUTANG PIUTANG DENGAN JAMINAN) DALAM HUKUM

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN GADAI SAWAH DIDESA UNDAAN LOR KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB.

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

ARTICLE REVIEW. Penulis buku/artikel : Safrizal. : Jurnal Ilmiah Islam Futura. A. Isi Buku / Artikel

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN AKIBAT HUKUM ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DALAM MENGATUR OBJEK JAMINAN GADAI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB I PENDAHULUAN. SWT dengan di beri banyak kelebihan dibandingkan makhluk lainnya, di

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN DAN PEMANFAATAN GADAI TANAH DI DESA KRIKILAN KEC SUMBER KAB REMBANG MENURUT HUKUM ISLAM A. Analisis Praktek Gadai Tanah di Desa Krikilan Kec. Sumber Kab. Rembang Menurut Hukum Islam Gadai merupakan perjanjian atau akad dalam bermu amalah yang dilakukakan oleh dua pihak dalam bentuk hutang piutang dengan menyerahkan sesuatu (barang) sebagai jaminan hutang. Berdasarkan firman Allah sebagai berikut: "#$%! 7, -./012345 () *+, "?< => :;< => 8(%59 8(% =3" D% EF" %@A B,C, EF" JKLMB3 HI )59 1 M : OP : HIL>N (5 R ) STU" % HIYZ7, " SV MW$X " > [F" : HI$,C ]^ +J<AC\1=C = Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai 53

54 sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS.al-baqarah ayat:283) 1. Pengertian ھ dalam ayat di atas yaitu barang tanggungan yang dipegang. Barang tanggungan tersebut dalam masyarakat disebut dengan gadai. Munculnya gadai sebagai perbuatan hukum dalam mu amalah karena adanya salah satu pihak yang bermu amalah melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan berupa hutang karena perbuatan tersebut sebagai kebutuhan yang mendesak. Bila mencermati ayat tersebut di atas maka illat hukum yang terkandung adalah adanya faktor kebutuhan, hal ini dapat dijumpai dalam as-saukani yang mengemukakan bahwa barang siapa dalam perjalanan melakukan perjanjian hutang piutang dan tidak dijumpai seorang pun penulis maka untuk meringankannya (hutang piutang) diadakannya jaminan yang 1 Depag RI. Al-Qur an dan Terjemah, Surabaya, Surya cipta Aksara, 1993, hlm 60

55 dipegang. 2 Jadi adanya perjanjian hutang piutang karena adanya kebutuhan yang mendesak. Alasan untuk mengadakan perjanjian gadai tanah itu lazimnya ialah bahwa pemilik tanah (rahn) butuh uang. Bilamana tidak dapat mencukupi kebutuhan ekonomi dengan jalan meminjam uang maka ia dapat mempergunakan tanahnya untuk memperoleh uang itu dengan jalan menggadaikan tanah. 3 Dari sini dapat dilihat bahwa gadai tanah menurut adat adalah perjanjian yang menyebabkan bahwa tanah itu diserahkan untuk menerima sejumlah uang tunai dengan perjanjian murtahin mengembalikan tanahnya bila mana hutang tersebut sudah dikembalikan dengan jumlah yang sama. 4 Manusia sebagai makluk sosial makhluk bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-harinya saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka mereka melakukan berbagai macam hubungan diantaranya adalah melakukan transaksi gadai tanah sawah. Transaksi gadai tanah sawah di desa Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang merupakan transaksi yang sudah mengakar, sudah berlaku secara turun temurun. Dalam analisis tradisi gadai ini dari segi 2 Imam Muhammad Ali Ibn muhammad as-saukani, Fath al-qadir, (Beirut: Dar al- Kutub al- Ilmiyyah 1410 H/1994 M), I: 383. 3 B. Ter Haar, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat, cet. Ke-5 (Jakarta: Pradinya Paramita, 1980), hlm: 109. 4 Ibid., hlm: 112.

56 hukum Islam di desa krikilan sediri penelitian ini mengkaji tentang Bagaimana hukum Islam menyikapi tradisi gadai tanah sawah yang terjadi di desa Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang. Dalam hukum Islam kegiatan gadai menggadai barang sudah ada sejak dahulu kala dan merupakan kegiatan yang diperbolehkan, bahkan dianjurkan yaitu ketika Rosulullah sedang dalam perjalanan bermu amalah secara tunai, sementara diantara mereka tidak ada seorang pun penulis, agar supaya ada barang tanggungan yang dipegang oleh murtahin sebagai alat pengikat kepercayaan di antara mereka. Selain orang yang dalam perjalanan, orang yang mukim atau menetap pun diperbolehkan melakukan transaksi gadai. Berdasarkan sunnah Rasulullah yaitu Rosulullah menggadaikan baju besinya ketika beliau menetap di Madinah kepada seorang yahudi untuk membeli makanan. 5 ا ي رل الله ص : دي ط ورھ در )' ' ) رواه $#" ( Artinya: Bahwasanya Rasulullah saw. Membeli makanan dari seorang yahudi dengan baju besinya. ( HR.Muslim ) Berdasarkan hadis di atas dapat disimpulkan bahwa gadai menggadai barang berharga dapat dilakukan walaupun para pihak tidak dalam bepergian. Sementara jumhur ulama telah sepakat tentang diperbolehkannya gadai bagi orang yang menetap. 5 Al-Imam al-bukhari Sahih al-bukhari, bab Rahn al-hadir, (Beirut: Dar al-fikr, 1981), III : 115, hadis dari Musaddad dari abd. Al-Wahid dari al-a mas dari Ibrahim.

57 Pengertian gadai menurut hukum Islam maupun pengertian yang umum dimiliki oleh masyarakat Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang telah penyusun paparkan pada bab II dan bab III. Persamaan diantara keduanya terletak pada sebab terjadinya gadai barang atau gadai benda-benda yang bernilai yaitu pinjam meminjam uang dengan menggunakan jaminan. Sementara perbedaannya ialah bahwa dalam hukum Islam barang jaminan berkedudukan sebagai amanah dan kepercayaan di tangan murtahin yang berfungsi sebagai jaminan hutang jika rahin tidak mampu melunasi hutangnya. 6 Dari hasil penelitian dan pengamatan di desa krikilan itu sendiri dalam tradisi gadai tanah sawah yang dilakukan oleh masyarakat Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang diketahui bahwa rukun-rukun dan syarat-syaratnya tidak sah. Tanah merupakan benda tak bergerak, maka dalam serah terimanya menggunakan sertifikat tanah sawah tersebut kepada murtahin. Tetapi dalam transaksi gadai tanah sawah yang terjadi di desa Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang, rahin tidak menyerahkan sertifikat tanah sawahnya kepada murtahin sebagaimana seharusnya untuk benda tak bergerak. Transaksi yang terjadi di antara mereka hanya saling kepercayaan bahwa sawah tersebut adalah benar milik sipenggadai (rahin) dan bukan milik orang lain. Sehingga akan menyusahkan salah satu pihak yang melakukan transaksi 6 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Islam Tentang Riba, Utang Piutang, Gadai, cet. Ke-II (Bandung: Al-Ma arif, 1973), hlm: 56-9.

58 jika ada sengketa atau masalah di kemudian hari. Jika ada selisih atau keperluan lain yang mendesak atas tanah tersebut mereka selalu merundingkannya. Kepercayaan yang terjalin diantara mereka menyebabkan kemungkinan untuk terjadinya penyelewengan sangat tipis. Ketakutan murtahin jika tidak dibayar atau kesulitan dalam menagih hutangnya kepada rahin, dan sebaliknya hal ini sangat tipis kemungkinan terjadi karena tanah sawah milik rahin masih berada di bawah kekuasaan murtahin dan hasil panennya pun milik murtahin, jika rahin tidak segera membayar hutangnya, maka rahin sendiri yang rugi. Meskipun masyarakat di desa Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang dalam bertransaksi gadai telah saling percaya tapi penguasaan tanah sawah itu masih dilaksanakan dan dilakukan oleh murtahin karena demikian aturan yang berlaku di desa Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang. Pemanfaatan barang gadai dilakukan sepenuhnya oleh murtahin sampai satu tahun atau dua kali panen bahkan sampai hutang dilunasi. Jika telah sampai batas waktu untuk membayar hutang tetapi rahin belum mempunyai uang, maka pemanfaatan atas barang gadai tersebut diteruskan

59 sampai rahin mampu melunasi hutangnya atau sesuai dengan kesepakatan diantara keduanya. 7 Hukum Islam telah menetapkan ketentuan bahwa pemanfaatan barang gadai adalah oleh rahin, sebagai pemilik barang, bukan oleh murtahin. Karena akad yang terjadi bukan akad pemindahan hak milik, dimana orang yang menerima barang dapat memiliki sepenuhnya. Bahwa praktek tersebut substansinya mirip dengan sewa tanah tapi ongkos sewanya dengan jasa peminjaman uang tanpa bunga. akad gadai bukan akad pemanfaatan suatu benda (sewa menyewa) dimana barang tersebut dapat dimanfaatkan. akad gadai hanya berkedudukan sebagai jaminan. Oleh karena itu Ulama sepakat bahwa hak milik suatu manfaat atas suatu benda yang dijadikan jaminan berada dipihak rahin, murtahin tidak bisa mengambil manfaat barang gadai sebagaimana dalam hadis nabi saw. 8 #0/ 1 ا, ھ. ) ا,-ي رھ, (+ و #* ( Artinya: Gadaian tidak bisa di ambil alih dari pemiliknya yang telah menggadaikannya. Keuntunganya adalah miliknya dan kerugiannya adalah tanggunganya. Murtahin baru dapat mengambil manfaat barang gadai jika barang tersebut membutuhkan biaya perawatan dan pemeliharaan, sebatas biaya yang 7 Wawancara dengan Sukirno tokoh masyarat desa Krikilan pada tanggal 19 April 2013 8 Asy-Sayukani, Nail al- Autar, ( Beirut: Dar al-fikr, t.t), IV: 264. Hadis riwayat as- Syafi I dan ad-daruquthni dari Ibn Abi Fudaik dari Ibn Abi Zaib dari Ibnu Syihab dari Ibnu al- Musayyab dari Abi Hurairah.

60 dibutuhkan sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam al- Muqnynya Penerima gadai tidak boleh mengambil manfaat atau hasil dari barang gadaian sedikit pun, kecuali dari yang bisa ditunggangi atau diperah sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. 9 Hasil yang diambil dari barang gadaian adalah sekedar atau sebesar ongkos yang dikeluarkan untuk biaya perawatan dan pemeliharaan. dan tidak boleh lebih atau berlebih-lebihan, karena hal tersebut bisa dikategorikan kepada riba yang dilarang oleh syari at agama Islam. Sawah adalah merupakan barang gadai yang membutuhkan biaya perawatan seperti mencangkul, urea, penyemprotan, upah buruh dan lain sebagainya. Untuk itu tanah sawah sebagai barang gadaian boleh dimanfatkan oleh murtahin. Sebatas keperluannya untuk pemeliharaan atas barang gadai tersebut. Untuk menjaga agar murtahin tidak mengalami kerugian atas barang gadai itu, maka hak murtahin harus dijaga jangan sampai menderita kerugian, tetapi dalam hal ini hak rahin sebagai pemilik barang juga tidak boleh diabaikan. Namun kebiasaan dalam masyarakat Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang tidak ada sistem bagi hasil antara rahin dan murtahin semuanya diperuntuhkan bagi murtahin, mulai dari perawatan, pengelolahan serta memiliki hasilnya. 9 Ibn Qudamah, al-mugni li Ibnu Qudama, (Mesir: Maktabah al-jumhuriyyah al- Arabiyyah, t.t), IX: 426.

61 Di desa Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang pemanfaatan sawah sebagai barang gadai dimanfaatkan oleh murtahin dan bukan oleh rahin. karena pemanfaatan sawah gadai merupakan kelangsungan atau pelaksanaan dari proses akad gadai tanah sawah. Walaupun tidak disebutkan dalam akad gadai diantara keduanya bahwa sawah tersebut akan digarap oleh murtahin. namun hal tersebut merupakan hal yang pasti. Hal ini sudah diketahui secara umum bahwa proses akad gadai salah satunya adalah penggarapan sawah gadai oleh murtahin. Menurut pengamatan dalam penelitian praktek gadai sendiri memiliki daya tarik dari gadai tanah sawah ini terletak pada penggarapan sawah oleh murtahin. Ini pula yang mendorong murtahin dengan suka cita ingin membantu rahin, disamping keinginan untuk menolong, karena tolong menolong di antara mereka sudah lazim. Faktor inilah yang mendasari masyarakat Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang untuk mengadakan transaksi gadai tanah. Karena tolong menolong dalam hal kebaikan merupakan anjuran dari syari at Islam. Sebagaimana firman Allah swt dalam surah al-maidah sebagai berikut : 1Z" = OP :D13LM" `a 3" 3bc" 1Z" = JdV =3" EF" 4 EF" 1;4" ]^J e"%=3" X% E

62 Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-nya. (QS.al-maidah ayat 2) Dalam tradisi gadai tanah ini, murtahin mempunyai dua keuntungan, pertama ; uangnya kembali dengan utuh kepadanya. Kedua ; ia dapat mengelola dan menikmati hasil panen sawah gadaian sampai rahin mampu melunasi hutangnya atau sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat. Bagi rahin ataupun murtahin, tradisi gadai tanah sawah merupakan ajang untuk saling menguntungkan dalam hal itu rahin mendapatkan uang yang diinginkan dan sebaliknya murtahin mendapatkan untung dalam pemanfaatan gadai yang dilakukan. Sehingga dalam hal ini tidak ada yang dirugikan karena keduanya sama-sama saling membutuhkan. Ahmad Azhar Basyir mengatakan bahwa dalam bermu amalah harus dilakukan atas dasar sukarela tanpa ada paksaan. Mu amalah juga harus dilaksanakan dengan memelihara nilai-nilai keadilan, menghindari unsurunsur penganiayaan dan unsur-unsur mengambil manfaat dalam kesempitan. 10 Mengenai aturan main masyarakat Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang dalam hal pemanfaatan tanah sawah gadai ini, sejauh pengamatan penyusun rahin tidak merasa benar-benar tertolong. Di satu sisi rahin tertolong dalam mengatasi kesulitannya dan di sisi lain justru ia hlm: 15. 10 Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalah (Yogyakarta: UII Press, 2000),

63 semakin terpuruk ke dalam kesulitan dimana ia tidak dapat lagi menggarap sawahnya yang memberinya pemasukan untuk membiayai kebutuhan dan kelangsungan hidupnya dan untuk melunasi hutangnya. kecuali jika pinjaman uang dengan menggadaikan tanahnya ini dipergunakan sebagai modal usaha dan ternyata berhasil. tetapi, jika digunakan untuk keperluan yang tidak bisa dikembangkan atau bukan untuk usaha yang produktif, maka sama halnya rahin mengganti satu masalah dengan masalah yang lain. Hal seperti itu dilarang dalam Islam, kecuali dalam keadaan darurat yaitu mengganti kesukaran dengan kesukaran yang lebih ringan. 11 Aturan di desa Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang pada saat rahin memutuskan untuk menggadaikan sawahnya dan kemudian melakukan transaksi gadai dengan murtahin, maka pada saat itu rahin telah merelakan penggarapan sawahnya kepada murtahin. Hasil panennya diambil oleh murtahin sampai rahin bisa menebus kembali sawahnya. Dalam hukum Islam meminjamkan uang dengan mengambil tambahan dari uang pinjaman tersebut merupakan sesuatu yang dilarang keras oleh syari at karena hal itu termasuk riba. Dari segi rukun dan syarat tidak sah, masalahnya muncul dari efek yang dibuat murtahin yaitu pemanfaatan barang gadai milik rahin kepada murtahin sejak ijab telah di syaratkan yang mengelola tanah tersebut murtahin. Hal ini bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam syari at Islam. 11 Asmuni Abdurrahman, Kaedah-Kaedah Fiqh, (Jakarta : Bulan Bintang, 1979), hlm: 82

64 Dalam hukum Islam dikatakan bahwa rahin-lah yang berhak mengelola dan menikmati hasil panennya. Jika murtahin mengelola tanah sawah gadai berdasarkan izin dari rahin, maka hak rahin untuk ikut menikmati hasilnya tidak bisa diabaikan. Kebiasaan masyarakat Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang dalam menggadaikan tanah sawah menurut analisa penyusun dengan dikategorikan kepada urf yang fasid. Alasannya karena tradisi gadai masyarakat Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang bertentangan dengan nash al-qur an. Ada penyimpangan yang tidak dapat ditoleransi yaitu pemanfaatan barang gadai oleh murtahin. Dimana pemanfaatan barang gadai tersebut disebabkan oleh adanya peminjaman uang. Dalam menetapkan suatu hukum, adat atau urf merupakan suatu sumber penetapan hukum Islam dengan syarat-syaratnya, yang antara lain tidak bertentangan dengan hukum syara. Dan sejauh pengamatan dan analisis penyusun, Urf yang ada di desa Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan syara, mengenai pemanfaatan barang gadai dalam hal ini tanah sawah. oleh karena itu urf ini tidak dapat diberlakukan atau diamalkan karena bertentangan dengan syara. B. Analisis Perspektif Hukum Islam Terhadap Pemanfaatan Tanah Gadai di Desa Krikilan Kec. Sumber Kab. Rembang.

65 Seperti yang telah dijelaskan bahwa akad gadai bukanlah akan menyerahkan dan memindahkan kepemilikan suatu benda. namun demikian dari akad tersebut muncul hak menahan bagi murtahin terhadap benda barang gadai. Meskipun begitu rahin diberi kesempatan untuk mengambil manfaat dari barang yang digadaikannya karena, barang serta manfaat dan hasil atau nilai yang dikandungnya tetap milik rahin. Berdasarkan pembahasan-pembahasan sebelumnya dapatlah diketahui bahwa dalam praktek gadai tanah sawah dalam masyarakat Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang terdapat manfaat atau maslahah yang dapat dirasakan oleh rahin dan murtahin, juga terdapat mudarat atau mafsadahnya. Dengan kata lain, ada dampak positif dan dampak negatif dari transaksi gadai tanah ini bagi mereka berdua. Dampak positif ini dapat dilihat dari sisi rahin antara lain : 1. Teratasinya masalah rahin tanpa ia harus kehilangan hak kepemilikan atas tanah sawahnya. 2. Ketenangan yang dirasakan oleh rahin dengan adanya transaksi gadai ini. Rahin tidak didesak untuk segera melunasi hutangnya jika waktu untuk membayar hutangnya telah tiba, sementara rahin belum cukup memiliki uang untuk menebus kembali tanah sawahnya itu. Rahin juga tidak takut tanah sawahnya disita karena tidak mampu untuk membayar hutangnya pada saat yang telah disepakati bersama tentang waktu pembayaran. Sementara dampak negatif yang diterima oleh rahin sebagai konsekuensi dari diadakannya atau dilakukannnya gadai tanah sawah itu ialah

66 rahin tidak dapat menggarap tanah sawahnya. Hal ini membuat rahin semakin terpuruk dalam kehidupannya, rahin harus membayar lunas hutangnya sementara ia kehilangan hak penggarapan atas sawahnya karena hanya dengan hasil sawah tersebut ia dapat menyisihkan uangnya untuk membayar hutang. lain halnya jika uang yang dipinjam dipergunakan untuk modal usaha yang produktif. Dalam hal ini tidak ada masalah bagi rahin untuk membayar hutangnya atau untuk biaya hidupanya sehari-hari bersama keluarganya. Masyarakat Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang dalam hal ini (transaksi gadai tanah sawah) lebih memilih untuk menggadaikan tanah sawahnya dibandingkan pilihan yang lainnya. Menurut penduduk di desa Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang mereka lebih menyukai tradisi ini karena disamping rahin tidak kehilangan kepemilikan atas tanah sawahnya yang digadaikan, mereka juga tidak dipusingkan atau diributkan dengan urusan-urusan ukur mengukur tanah milik rahin. mereka lebih memilih menggadaikan tanah sawahnya menurut tradisi yang ada dibandingkan dengan cara yang lain. Disamping itu dengan melakukan gadai tanah sawah ini mereka pergunakan untuk saling menyenangkan satu sama lainnya. Murtahin mendapat keuntungan dan rahin mendapat pertolongan untuk mengatasi kesulitannya.

67 dengan memakai norma-norma dan aturan-aturan yang telah umum dan terjadi dalam masyarakat Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang. Dengan adanya transaksi gadai tanah sawah ini, telah mempererat hubungan komunikasi dan pergaulan hidup bermasyarakat di antara mereka semua. Demikianlah hasil pengamatan penyusun berkenaan dengan pemanfaatan barang gadai oleh murtahin dari segi maslahah dan mafsadahnya yang berkenaan dengan rahin. Sementara pada murtahin sejauh pengamatan dan penelitian penyusun tidak banyak yang mengeluh tentang dampak negatif dari adanya transaksi gadai tanah sawah ini bagi mereka. Sementara dampak positif yang dirasakan oleh murtahin dengan adanya transaksi gadai tanah sawah ini antara lain : 1. Murtahin dapat jaminan tentang pelunasan dari rahin, dengan jumlah yang sama. 2. Murtahin dapat memetik hasil panen dari tanah sawah garapan yang diberikan kepadanya sebagai akibat adanya transaksi gadai yang dibuat bersama rahin. 3. Murtahin bisa melanjutkan penggarapan tanah sawah itu jika rahin belum mampu menebusnya kembali. 4. Rahin tidak berlarut-larut dalam pelunasan hutangnya. Jika pada saat jatuh tempo pembayaran, rahin sudah memiliki uang pelunasan. Dengan adanya maslahah dan mafsadah sebab diadakannya transaksi gadai tanah sawah antara rahin dan murtahin dengan mengikuti tradisi yang

68 berlaku dalam masyarakat Krikilan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang dapatlah ditarik kesimpulan bahwa walaupun rahin mengalami kerugian, tetapi dengan melihat bahwa tidak ada jalan lain yang lebih baik dari gadai tanah sawah ini, dengan cara ini disamping rahin tertolong dalam mengatasi kesulitannya ia masih bisa bersantai, karena tidak khawatir disita jika sudah jatuh tempo, sementara ia belum mampu untuk menebusnya kembali. Maslahah yang dirasakan rahin ternyata lebih besar dari mafsadah-nya. Pemanfaatan tanah gadai tersebut menurut hukum islam tidak di perbolehkan karena barang gadai di pandang sebagai amanat bagi murtahin dia tidak harus membayar kalau barang itu rusak kecuali karena tindakanya. Sebagaimana telah ditegaskan dimuka bahwa gadai bukan termasuk akad pemindahan hak milik melainkan hanya sekedar jaminan untuk suatu hutang piutang, itu sebabnya ulamak sepakat bahwa hak milik dan manfaat suatu benda yang di jadikan jaminan berada dipihak rahin. Hukum Islam telah menetapkan ketentuan bahwa pemanfaatan barang gadai adalah oleh rahin, sebagai pemilik barang, bukan oleh murtahin. Sehingga pemanfaatan tanah yang di lakukan oleh murtahin itu tidak di benararkan oleh syara. Kerena dilakukan berlebih-lebihan atau ad afan Muda afan (berlipat ganda). Dengan alasan-alasan tersebut di atas, maka adat atau urf tersebut tidak sah.