BAB II KAJIAN PUSTAKA. Parkay, dkk 1992 dalam (Lapono dkk 2008:14) menyebut belajar sebagai kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

II. TINJAUAN PUSTAKA. sains tersebut (Gallagher, 2007). Dengan demikian hasil belajar sains diharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture. a. Pengertian Model Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Keaktifan Belajar Matematika Siswa SD dengan Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Alat Peraga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur. perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS. pesan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. terkenal dengan kehebatan sains dan teknologinya. 1. meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi kepada orang lain. Komunikasi merupakan bagian. dalam matematika dan pendidikan matematika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) mengartikan bahwa aktivitas adalah

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari Freudenthal Institute, Urecht University di negeri Belanda. kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi)

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Parkay, dkk 1992 dalam (Lapono dkk 2008:14) menyebut belajar sebagai kegiatan pemrosesan informasi, membuat penalaran, mengembangkan pemahaman dan meningkatkan penguasaan keterampilan dalam proses pembelajaran. Pendapat lain dikemukakan oleh Gestalt dalam (Mustakim dkk 2003:61) belajar adalah suatu proses aktif, yang dimaksud aktif disini bukan hanya aktivitas yang nampak seperti gerakangerakan badan, tetapi juga aktivitas mental, seperti proses berpikir, mengingat dan sebagainya. Definisi lain mengemukakan pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik 2008:57). Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan. 2.1.2 Teori Belajar dan Pembelajaran

Ada beberapa macam teori belajar dan pembelajaran yang telah dikemukakan oleh para ahli, teori-teori tersebut pada umumnya berbeda satu dengan yang lainnya dengan alasan tersendiri. 2.1.2.1 Teori Belajar Bruner Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan pada konsep-konsep dan struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan. (Ruseffendi, 1995) Dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Dengan alat peraga tersebut siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat pada benda yang sedang diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh siswa dihubungkan dengan keteraturan intuitif yang telah melekat pada dirinya. 2.1.2.2 Teori Belajar Dienes Pada dasarnya mematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisahkan hubungan diantara struktur dan mengkategorikan hubungan diantara struktur. Tiap konsep dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkrit akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika. (Ruseffendi, 1995) 2.1.2.3 Teori Piaget

Piaget dalam teorinya memandang individu sebagai struktur kognitif, peta mental, skema atau jaringan konsep guna memahami dan menanggapi pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan. Individu bereaksi pada lingkungan dengan mengasimilasi berbagai unsur ke struktur kognitif. Dalam proses asimilasi tersebut, perilaku individu diperintah struktur kognitifnya. Waktu mengakomodasi lingkungan, struktur kognitif diubah lingkungan. Asimilasi ditempuh ketika individu menyatukan informasi baru ke perbendaharaan informasi yang sudah dimiliki atau diketahuinya kemudian menggantikannya dengan informasi terbaru. Individu mengorganisasikan makna informasi itu ke dalam ingatan jangka panjang (long-term memory). (Lapono dkk 2008:19) Berdasarkan ketiga teori diatas penulis mengacu pada teori Bruner yang menganggap siswa akan lebih baik jika belajar dengan benda nyata yang ada di hadapan mereka dengan begitu siswa mengalami pengalaman langsung yang akan menjadi ingatan jangka panjang. 2.1.3 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar yang dialami oleh siswa adalah sebagai suatu proses, aktivitas belajar berupa segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran Dimyati dkk, (2006: 236-238). Pendapat lain menganggap bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut harus selalu berkait. Aktivitas

siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar, Sardiman (2010: 100). Dierich dalam (Hamalik 2008: 90-91) membagi aktivitas belajar ke dalam delapan kelompok sebagai berikut: a) Kegiatan-kegiatan visual, membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demontrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain. b) Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, dan diskusi. c) Kegiatan-kegiatan mendengar: mendengar penyajian bahan, mendengar percakapan atau diskusi kelompok, mendengar suatu permainan instrumen music, mendengaran siaran radio. d) Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa atau rangkuman, mengerjaka tes, mengisi angket. e) Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, pola. f) Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permaianan (simulasi), menari, berkebun. g) Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, memuat keputusan. h) Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan aktivitas dalam penelitian ini adalah aktivitas dalam kelompok, aktivitas bertanya, aktivitas menjawab, aktivitas menggunakan media dan aktivitas membuat kesimpulan. 2.1.4 Prestasi Belajar Dimyanti dkk (2006: 3) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hal yang sama dikemukakan oleh Larasati dkk (2005: 11) bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu proses belajar. Hasil belajar merupakan perubahan

tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif dan tingkah laku psikomotorik. Dengan sumber yang sama prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Suatu prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator, keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Hal yang berbeda di kemukakan oleh Soedijarto dalam (Nashar, 2004: 79) mengemukakan bahwa prestasi adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar dan mengajar sesuai dengan yang ditetapkan. Menurut Bruner dalam proses belajar siswa mengalami 3 tahapan yaitu: 1. Tahap enaktif, dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek. 2. Tahap ikonik, dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. 3. Tahap simbolik, siswa memanipulasi symbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. (Ruseffendi, 1995) Berdasarkan ketiga pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa prestasi belajar yaitu perubahan dalam diri siswa setelah memperoleh pengalaman belajar terutama dalam aspek pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimilikinya, dan hasil belajar tersebut didapat dari soal tes yang diberikan oleh guru kepada siswa.

Adapun prestasi yang diukur dalam penelitian ini adalah prestasi siswa berupa kemampuan siswa dalam menyelesaikan kompetensi dasar yang telah ditentukan dengan memenuhi standar ketuntasan minimal yang telah dibuat oleh sekolah. 2.2 Media Pembelajaran 1.2.1 Pengertian media pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan Arsyad, (2011: 3). Menurut Schramm, 1977 dalam (Hernawan dkk, 2007: 4) media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran, hal yang sama juga dikemukakan oleh Gagne dan Briggs, 1975 dalam (Arsyad, 2011: 4) media adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsanga siswa untuk belajar Dari kedua definisi media menurut para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran pada hakekatnya merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya. 1.2.2 Alasan penggunaan media pembelajaran

Alasan penggunaan media pembelajaran sebagaimana dituliskan oleh Hernawan, dkk (2007: 6-7) antara laian: 1. Proses pembelajaran akan lebih berhasil bila siswa turut aktif dalam pembelajaran tersebut. Dengan kata lain, yang menjadi pusat kegiatan dalam pembelajaran bukanlah guru melainkan siswa. Jika pembelajaran berpusat pada siswa maka diperlukan berbagai fasilitas sebagai media pembelajaran yang dapat lebih mengoptimalkan pencapaian hasil belajar. 2. Rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang menunjukkan komposisi sebagai berikut: melalui sentuhan 6 persen, melalui penciuman 6 persen, dan melalui penglihatan 75 persen, serta melalui pendengaran 13 persen. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan seseorang paling banyak diperoleh secara visual atau melihat, padahal umumnya kita masih menganut pembelajaran yang tradisional, hal tersebut tentu kurang menguntungkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. 3. Informasi atau pengetahuan yang diterima secara auditori (melalui indera pendengaran) saja paling sedikit tertinggal atau mengendap dalam ingatan seseorang, bila hal itu dikaitkan dengan bahan ajar sebaiknya penyampaian bahan ajar diberikan baik melalui pendengaran maupun penglihatan sekaligus, bahkan bila diperlukan juga memberikan rangsangan melalui indera-indera yang lain. 1.2.3 Fungsi media pembelajaran Penggunaan media pembelajaran dalam setiap pembelajaran memiliki fungsi sebagai mana dituliskan Hernawan dkk (2007) antara lain:

1. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, melainkan memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. 2. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan. 3. Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. 4. Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya sekedar untuk permainan atau untuk memancing perhatian siswa. 5. Media pembelajaran dapat mempercepat proses belajar karena dengan media siswa akan lebih mudah dan lebih cepat menangkap tujuan pembelajaran. 6. Untuk meningkatkan kualitas proses belajar dan mengajar, karena pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi. 7. Media pembelaaran meletakkan dasar-dasar yang konkret, oleh karena itu dapat mengurangi penyakit verbalisme. 1.3 Macam-Macam Media Pembelajaran

1.3.1 Media visual Media visual merupakan media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Media visual dibedakan menjadi dua yaitu; 1) media visual yang diproyeksikan contohnya OHP, LCD dan lain-lain, 2) media visual yang tidak diproyeksikan, media ini mencakup gambar fotografik, grafis, dan media tiga dimensi. (Hernawan dkk, 2007:32) 1.3.2 Media audio Media audio merupakan media yang mengandung pesan audiktif yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Jenis media audio diantaranya kaset suara, CD audio dan program radio. (Hernawan dkk, 2007:33) 1.3.3 Media audio visual Media audio visual sesuai namanya merupakan kombinasi audio dan visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Sudah barang tentu penggunaan media ini dalam pembelajaran akan menjadi lengkap dan optimal sebuah pembelajaran kepada para siswa, selain itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Contoh dari media audio visual diantaranya program video atau televisi pendidikan, video atau televisi instruksional, program slide suara, dan program CD interaktif. (Hernawan dkk 2007:34) Dari beberapa jenis media yang telah diuraikan di atas, melihat situasi dan kondisi siswa dan lingkungan di sekolah yang diteliti maka penulis dalam penelitian ini menggunakan

media visual yang berupa benda nyata maupun benda tiruan yang dianggap tidak asing bagi siswa dan mudah dalam penggunaannya. 1.4 Kelebihan dan Kelemahan Media Pembelajaran Meskipun dalam penggunaannya jenis-jenis teknologi dan media sangatdibutuhkan guru dan siswa dalam membantu kegiatan pembelajaran, namun secaraumum terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penggunaannya. 1.4.1 Kelebihan media pembelajaran Kelebihan media pembelajaran sebagaimana dituliskan oleh Ruseffendi (1995) adalah sebagai berikut: 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata, tulisan, atau lisan belaka). 2. Mengatasi perbatasan ruang, waktu, dan daya indera. 3. Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervareasi sifat pasif anak didik dapat diatasi. 4. Dengan sifat unik yang ada pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan yang dan pengalaman yang berbeda dan kurikulum yang sama maka media dapat memberikan pengalaman yang sama, rangsangan yang sama dan persepsi yang sama. Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan sarana atau alat bantu yang mesti digunakan oleh setiap pendidik guna menyampaikan pembelajaran agar lebih mudah dipahami dan memiliki daya tahan lebih lama di dalam pikiran siswa.

1.4.2 Kelemahan media pembelajaran Ada beberapa kelemahan dari berbagai jenis media diantaranya adalah media visual dalam Ruseffendi (1995) antara laian: 1. Terlalu menekankan pada bahan-bahan visualnya saja dengan tidak menghiraukan kegiatan lain yang berhubungan dengan desain, pengembangan, produksi, evaluasi dan pengelolaan bahan-bahan visual. 2. Media visual dipandang hanya sebagai alat bantu semata bagi guru sehingga keterpaduan antara alat bantu dan bahan ajar diabaikan. 1.5 Pembelajaran Matematika SD 1.5.1 Pengertian pembelajaran matematika James dan James, 1976 dalam (Ruseffendi 1995:42) metematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi dalam tiga bagian yaitu aljabar, analisis dan geometri. Hal yang berbeda dukemukakan oleh Jonson, dkk 1972 dalam (Ruseffendi 1995:43-44) yang mengatakan matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat. Dengan demikian matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar), yang berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,

menurunkan dan menggunakan rumus matematika sederhana yang berguna untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial dan ekonomi. 1.5.2 Tujuan pembelajaran Matematika Mata pelajaran matematika sebagaimana dituliskan di dalam Kurikulum KTSP bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. KONDISI AWAL 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Kurikulum KTSP, 2006: 147) 2.6 Kerangka Pikir Penelitian Guru / Peneliti Belum menggunakan media pembelajaran Siswa / Yang diteliti Belum menggunakan media pembelajaran

Memanfaatkan penggunaan media pembelajaran SIKLUS I Memanfaatkan media pembelajaran TINDAKAN Diduga melalui pemanfaatan media pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajarmtk pada siswa kelas 6 SDN 2 Sumur Putri KONDISI AKHIR SIKLUS II Memanfaatkan media pembelajaran yang didemontrasikan guru, dan siswamengikuti Gambar 2.1. Kerangka pikir penelitian 2.7 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori tersebut di atas maka hipotesis yang diajukan dari penelitian ini adalah: 1. Jika pembelajaran Matematika dilaksanakan dengan menggunakan media pembelajaran maka aktivitas belajar siswa akan meningkat. 2. Jika pembelajaran Matematika dilaksanakan dengan menggunakan edia pembelajaran maka prestasi belajar siswa akan meningkat.