LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 NOMOR 34 SERI E NOMOR SERI 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 19 TAHUN 2005

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

.PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ZAKAT KOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 18 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 8 TAHUN 2005 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

PEMERINTAH KOTA PADANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 581 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINS DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Nrurn 121 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 11 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 KEPUTUSAN BUPATI ACEH UTARA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 14 TAHUN 2013 TENT ANG

NOMOR 23 TAHUN Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 29, dan Pasal 34 ayat (1) Tahun 1945;

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA UNIT PENGUMPUL ZAKAT. BAB I KETENTUAN

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH DAN HARTA AGAMA LAINNYA

2014, No.38 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pela

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA BAITUL MAL KABUPATEN BIREUEN

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH WALIKOTA BANDA ACEH,

BUPATI BANDUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 17 SERI E NOMOR SERI 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 14 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2011 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2008 NOMOR 4

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

PEDOMAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG LAZISMU

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HULU

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2010 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT

KABUPATEN CIANJUR NOMOR 01 TAHUN 2O1O TENTANG BUPATI CIANJUR,

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

PENGELOLAAN ZAKAT BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 13 TAHUN 2009

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 NOMOR 34 SERI E NOMOR SERI 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 19 TAHUN 2005 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. b. bahwa masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Utara sebagian besar adalah pemeluk Agama Islam dan dikenal sebagai masyarakat yang Agamis / taat menjalankan perintahperintah agama, sedangkan penunaian zakat merupakan salah satu kewajiban Umat Islam yang mampu dan hasil pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang potensial dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat; bahwa pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah perlu terus ditingkatkan dan dioptimalkan agar pelaksanaan zakat, infaq dan shadaqah lebih berhasil guna dan berdaya guna dan dikelola dengan prinsif-prinsif profesional dan mempunyai

2 akuntabilitas yang tinggi, serta guna memberikan perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada muzakki dan pedoman bagi para mustahiq, maka perlu mengatur pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di Kabupaten Hulu Sungai Utara; Mengingat : c. 1. 2. 3. 4. 5 bahwa berkenaan dengan maksud huruf a, dan b diatas perlu mengatur dengan membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 27 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999, Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985 ) ; Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389 ) ; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 ) ;

6. 7. 8. 9. 3 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373 ) ; Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat ; Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 5 tahun 1992 tentang Lembaran Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 1992 Nomor 16 Seri D Nomor 14); Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2000 Nomor 38 Seri D Nomor 27); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA Dan BUPATI HULU SUNGAI UTARA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH.

4 B A B I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Hulu Sungai Utara. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai penyelenggara pemerintahan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Hulu Sungai Utara. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. 5. Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah yang selanjutnya disebut BAZIS adalah organisasi pengelola zakat, Infaq dan shadaqah (termasuk hibah, kafarat dan wasiat) yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah yang terdiri dari unsur masyarakat dan Pemerintah Daerah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendaya-gunakan zakat, infaq dan shadaqah sesuai dengan ketentuan agama. 6. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disebut LAZ adalah institusi pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak dibidang dakwah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat Islam. 7. Unit Pengumpul Zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZIS disemua tingkatan dengan tugas mengumpulkan zakat untuk melayani muzakki baik yang berada pada instansi Pemerintah, swasta, kawasan pusat bisnis, desa dan kelurahan. 8. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

5 9. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan / dikeluarkan / ditunaikan oleh orang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama Islam, untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. 10. Muzakki adalah orang orang muslim yang wajib menunaikan zakat sesuai dengan ketentuan agama Islam. 11. Mustahiq adalah orang yang berhak menerima zakat 12. Badan Pelaksana BAZIS ( Badan Amil, Zakat, Infaq dan Shadaqah ) adalah lembaga pelaksana pengelola zakat. 13. Dewan Pertimbangan BAZIS adalah lembaga yang memberikan pertimbangan kepada Badan Pelaksana BAZIS. 14. Komisi Pengawas BAZIS adalah adalah lembaga yang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas administrasi dan teknis pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan zakat serta penelitian dan pengembangan pengelolaan zakat. 15. Shadaqoh adalah harta yang dikeluarkan seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim, diluar zakat untuk kemaslahatan umum, termasuk hibah, wasiat dan kafarat. 16. Infaq adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan diluar zakat untuk kemaslahatan umum. 17. Rikaz adalah hasil galian yang didapat pada zaman purbakala atau zahilliyah. 18. Hibah adalah pemberian uang atau barang oleh seseorang atau badan yang dilaksanakan pada waktu masih hidup kepada seseorang atau badan sosial, dengan nilai tidak tentu. 19. Kafarat adalah denda wajib yang dibayar bagi orang yang melanggar ketentuan agama.

6 20. Wasiat adalah pemberian uang atau barang oleh seseorang yang masih hidup kepada seseorang atau badan sosial, dan dilaksanakan setelah orang yang berwasiat tersebut meninggal dunia. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Pengelolaan zakat dimaksudkan untuk memberikan perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada Muzakki, Mustahiq dan Amil Zakat. (2) Pengelolaan zakat dimaksudkan untuk lebih mendayagunakan potensi zakat, infaq dan shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat untuk kemaslahatan umat. Pasal 3 Pengelolaan zakat, infaq dan shadaqoh sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, bertujuan: a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat, serta mengeluarkan kafarat, wasiat, rikaz, infaq, shadaqoh dan hibah. b. Meningkatkan fungsi dan peranan lembaga keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. c. Meningkatkan fungsi dan pemanfaatan zakat, infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat untuk pemberdayaan ekonomi ummat.

7 BAB III PENGORGANISASIAN Bagian Pertama BAZIS Kabupaten Pasal 4 (1) Pengelolaan zakat dilakukan oleh BAZIS Kabupaten, BAZIS Kecamatan, dan BAZIS Desa/Kelurahan sesuai dengan tingkatannya. (2) Selain menerima zakat, BAZIS dapat menerima infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris, kafarat dan rikaz. Pasal 5 (1) BAZIS Kabupaten dibentuk dengan Keputusan Bupati, yang susunan kepengurusannya diusulkan oleh Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Hulu Sungai Utara berdasarkan hasil koordinasi dengan MUI Kabupaten Hulu Sungai Utara. (2) BAZIS Kecamatan dibentuk dengan Keputusan Camat, yang susunan kepengurusannya diusulkan oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan berdasarkan hasil koordinasi dengan MUI Kabupaten Hulu Sungai Utara. (3) BAZIS Desa/Kelurahan diusulkan oleh Kepala Desa/Lurah atas persetujuan Baperdes. (4) Dalam pemungutan dana Zakat, BAZIS mempunyai hak Amil sesuai dengan ketentuan hukum agama Islam yang dibebankan pada APBD. Pasal 6 Susunan Kepengurusan BAZIS Kabupaten terdiri dari : a. Badan Pelaksana, terdiri dari Ketua dan 1 s.d. 2 orang Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris dan Bendahara.

8 b. Dewan Pertimbangan, terdiri dari Ketua dan Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris dan 3 s.d. 5 orang Anggota. c. Komisi Pengawas, terdiri dari Ketua dan Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris dan 3 s.d. 5 orang Anggota. Pasal 7 (2) Dalam melaksanakan tugasnya Badan Pelaksana BAZIS dibantu oleh Bidang-Bidang sebagai berikut : a. Bidang Pengumpul, yang dikepalai oleh 1 orang Kepala Bidang, 3 s.d. 9 orang Anggota. b. Bidang Pendistribusian, yang dikepalai oleh 1 orang Kepala Bidang, 3 s.d. 9 orang Anggota. c. Bidang Pendayagunaan, yang dikepalai oleh 1 orang Kepala Bidang, 3 s.d. 9 orang Anggota. d. Bidang Pengembangan, yang dikepalai oleh 1 orang Kepala Bidang, 3 s.d. 9 orang Anggota. e. Sekretariat yang dipimpin oleh 1 orang Sekretaris dan staf sesuai kebutuhan. (3) Badan pelaksana BAZIS bekerja secara profesional untuk mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat. Pasal 8 Badan Pelaksana BAZIS menyelenggarakan tugas-tugas administrasi dan teknik pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat, dengan rincian tugas sebagai berikut : a. Menyelenggarakan tugas administrasi dan teknis pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat;

9 b. Mensosialisasikan keberadaan BAZIS, maksud dan tujuan serta tugastugasnya; c. Menetapkan strategi kebijakan dan ketentuan pengelolaan BAZIS; d. Membuat laporan tahunan BAZIS kepada DPRD dan Bupati; e. Mengumpulkan dan mengolah data untuk pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat; f. Mensosialisasikan atau mengumumkan dana yang telah dikumpulkan dan didistribusikan melalui media AMTV, papan pengumuman resmi pemerintah atau lewat media massa. g. Sebagai pusat layanan informasi zakat, infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat. Pasal 9 (1) Dewan Pertimbangan mempunyai tugas pokok memberikan saran, pendapat dan nasehat baik menyangkut kebijakan operasional serta ketetapan syari at Islam kepada Badan Pelaksana BAZIS. (2) Rincian tugas Dewan Pertimbangan adalah sebagai berikut : a. Memberikan pertimbangan / fatwa tentang zakat, infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat kepada badan pelaksana; b. Memberikan pertimbangan manajemen dan pengelolaan BAZIS kepada Badan Pelaksana. Pasal 10 (1) Komisi Pengawas BAZIS mempunyai tugas pokok pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat oleh Badan Pelaksana BAZIS. (2) Dalam hal pengawasan keuangan Komisi Pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik.

10 Pasal 11 (1) Sekretariat BAZIS mempunyai tugas membantu BAZIS untuk kegiatankegiatan adminstrasi dan urusan rumah tangga BAZIS. (2) Untuk membantu operasional BAZIS, Bupati dapat menempatkan PNS sebagai kepala Sekretariat BAZIS dan staf Sekretariat sesuai dengan kebutuhan. Pasal 12 Masa tugas kepengurusan BAZIS adalah selama 3 tahun, dan setelah itu dapat diusulkan kembali apabila terbukti mampu meningkatkan kinerja BAZIS. Pasal 13 Untuk membantu operasional BAZIS, Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan dana yang berasal dari APBD yang besarnya sesuai dengan kemampuan APBD. Pasal 14 Struktur Organisasi BAZIS Kabupaten adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran I Peraturan Daerah ini. Bagian Kedua LAZ Pasal 15 (1) Pengukuhan dan pembinaan LAZ dilakukan oleh Pemerintah Daerah. (2) Untuk mendapatkan pengukuhan, LAZ mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan tingkatan ormas Islam yang dimilikinya dengan melampirkan syarat-syarat sebagai berikut : a. Akta pendirian (berbadan hukum); b. Data muzakki dan mustahiq;

11 c. Daftar susunan kepengurusan; d. Rencana program kerja jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang; e. Neraca atau laporan posisi keuangan; f. Surat pernyataan bersedia untuk diaudit. Pasal 16 (1) LAZ yang telah dikukuhkan memiliki kewajiban sebagai berikut : a. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah dibuat; b. Menyusun laporan termasuk laporan keuangan; c. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit melalui media massa; d. Menyerahkan laporan kepada Pemerintah Daerah. (2) LAZ yang telah dikukuhkan dapat ditinjau kembali, apabila tidak lagi memenuhi persyaratan dan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang telah ditentukan. (3) Mekanisme peninjauan ulang terhadap pengukuhan LAZ dilakukan melalui tahapan pemberian peringatan secara tertulis sampai 3 kali dan baru dilakukan pencabutan pengukuhan. (4) Dengan pencabutan pengukuhan LAZ, maka LAZ tersebut kehilangan hak pembinaan, perlindungan dan pelayanan dari Pemerintah Daerah, tidak diakuinya bukti setor zakat yang dikeluarkan sebagai pengurang pendapatan kena pajak dan tidak dapat melakukan pengumpulan zakat.

12 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENDISTRIBUSIAN Bagian Pertama Pengumpulan Pasal 17 (1) Zakat terdiri atas zakat mal dan zakat fitrah. (2) Harta yang dikenai zakat adalah : a. Emas, perak dan uang; b. Perdagangan dan perusahaan; c. Hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan hasil perikanan; d. Hasil pertambangan; e. Rikaz. (3) Perhitungan zakat mal menurut nisab, kadar dan waktunya ditetapkan berdasarkan hukum agama Islam. (4) Hasil pendapatan dan jasa yang termasuk dalam golongan infaq yang disisihkan tiap bulan sebesar 2,5 % ( dua koma lima perseratus ) dari pendapatan. Pasal 18 Dalam rangka pengumpulan zakat, infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat BAZIS Kabupaten dapat membentuk Unit Pengumpul pada lembaga / instansi Pemerintah Daerah, Instansi Vertikal, BUMN / BUMD, Perusahaan swasta yang berkedudukan di Ibu kota Kabupaten dan kawasan pasar yang berada di ibu kota Kabupaten.

13 Pasal 19 Dalam rangka pengumpulan zakat zakat, infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat BAZIS Kecamatan dapat membentuk Unit Pengumpul pada Lembaga / instansi Pemerintah Daerah, Instansi Vertikal, BUMN / BUMD, Perusahaan swasta yang berkedudukan di wilayah Ibu Kota Kecamatan dan Desa/Kelurahan. Pasal 20 Pembentukan Unit Pengumpul di tetapkan dengan Keputusan Badan Pelaksanan BAZIS, setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan kepala lembaga/ instansi Pemerintah/BUMN/BUMD dimana unit pengumpul tersebut akan dibentuk. Pasal 21 Unit Pengumpul melakukan pengumpulan dana zakat, Infaq, shadaqah ( termasuk hibah, wasiat, waris dan kafarat ) di unit masing-masing dengan menggunakan formulir pengumpulan yang dikeluarkan oleh BAZIS Kabupaten, dan hasilnya disetorkan kepada Bagian Pengumpul pada Badan Pelaksana BAZIS. Pasal 22 (1) Unit Pengumpul dapat langsung mendistribusikan zakat yang terkumpul kepada yang berhak menerimanya untuk jenis zakat fitrah. (2) Hasil pengumpulan dan pendistribusian zakat fitrah oleh Unit Pengumpul dilaporkan kepada BAZIS dalam wilayahnya. Pasal 23 (1) Hasil dana zakat, infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat yang telah dikumpulkan oleh BAZIS Kecamatan, dan desa/kelurahan sebelum didistribusikan kepada yang berhak, guna terciptanya sinkronisasi dan daya guna digabung terlebih dulu dengan dana BAZIS Kabupaten.

14 (2) Distribusi dilakukan berdasarkan hasil rapat pleno BAZIS Kabupaten dan BAZIS Kecamatan dan disahkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 24 BAZIS dan LAZ wajib menyalurkan zakat yang telah dikumpulkan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Pasal 25 (1) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahiq dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut : a. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahik delapan asnap yaitu : fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah dan ibnussabil; b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan; c. Mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya masing-masing. (2) Penyaluran zakat kepada mustahiq harus memperhatikan skala prioritas kebutuhan di wilayahnya masing-masing. (3) Penyaluran dana zakat dapat bersifat bantuan sesaat, yaitu membantu mustahiq dalam menyelesaikan atau mengurangi masalah yang sangat mendesak / darurat. Pasal 26 (1) Hasil penerimaan Infaq, Shadaqah ( termasuk Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat ) didayagunakan terutama untuk usaha produktif. (2) Pendayagunaan hasil pengumpulan Infaq untuk usaha yang produktif, pemberdayaan dapat dilakukan secara kelompok atau perorangan dan dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut :

15 a. Apabila pendayagunaan Infaq sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan; b. Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan; c. Mendapat persetujuan tertulis dari Dewan Pertimbangan. (3) Prosedur pendayagunaan Infaq untuk usaha produktif ditetapkan sebagai berikut : a. melakukan studi kelayakan; b. menetapkan jenis usaha produktif; c. melakukan bimbingan dan penyuluhan; d. melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan; e. mengadakan evaluasi dan membuat laporan. Pasal 27 Prosedur pendataan, penghitungan, pengumpulan, pendistribusian dan bentuk formulir diatur dan ditetapkan dengan Keputusan Badan Pelaksana BAZIS. BAB V MENGHITUNG ZAKAT Pasal 28 (1) Muzakki melakukan penghitungan sendiri atas harta dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum agama Islam. (2) BAZIS dapat membantu muzakki menghitung kewajiban zakat yang harus dikeluarkan.

16 BAB VI PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 29 (1) Pengawasan terhadap kinerja BAZIS dilakukan secara internal oleh Komisi Pengawas BAZIS disemua tingkatan, dan secara eksternal oleh Pemerintah Daerah dan Masyarakat. (2) Ruang lingkup pengawasan meliputi pengawasan terhadap keuangan, kinerja BAZIS dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan serta prinsip-prinsip syariah. (3) Kegiatan pengawasan dapat dilakukan terhadap rancangan program kerja, pelaksanaan program kerja pada tahun berjalan dan setelah tahun buku berakhir. (4) Hasil pengawasan disampaikan kepada Badan Pelaksana BAZIS dan Dewan Pertimbangan BAZIS untuk dibahas tindak-lanjutnya, sebagai bahan pertimbangan penjatuhan sanksi apabila terjadi pelanggaran. (5) Masyarakat baik secara pribadi maupun melalui institusi dapat berperan serta dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja BAZIS dan LAZ. (6) Dalam hal ditemukan pelanggaran maka segera melakukan tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 30 (1) BAZIS memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya kepada Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Hulu Sungai Utara. (2) Materi laporan meliputi semua kegiatan yang telah dilakukan seperti berbagai kebijaksanaan yang telah diputuskan dan dilaksanakan serta laporan tentang pengumpulan dan pendayagunaan dana zakat, infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat.

17 BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 31 (1) Pemerintah Daerah dan Kantor Departemen Agama secara berkoordinasi melakukan pembinaan umum terhadap pelaksanaan tugas-tugas BAZIS. (2) Pembinaan teknis pelaksanaan tugas BAZIS Kabupaten dan Kecamatan dilakukan oleh Kantor Departemen Agama Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Instansi terkait lainnya. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 32 Pengurus BAZIS atau LAZ yang melakukan penyimpangan dalam pengelolaan zakat, infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat diancam dengan hukuman pidana berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 33 (1) Sebelum terbentuknya BAZIS berdasarkan Peraturan Daerah ini, BAZ yang ada tetap menjalankan tugas sebagaimana mestinya. (2) Paling lambat 6 bulan susunan kepengurusan BAZIS yang ada disesuaikan dengan susunan kepengurusan BAZIS berdasarkan Peraturan Daerah ini.

18 BAB XI PENUTUP Pasal 34 (1) Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini lebih lanjut diatur dengan Peraturan Bupati dan atau Keputusan Bupati. (2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku efektif sejak terbentuknya BAZIS dan Sekretariat BAZIS. Agar setiap orang mengetahui maka memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Ditetapkan di Amuntai pada tanggal 24 Oktober 2005 BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Cap. TTD. Diundangkan di Amuntai pada tanggal 24 Oktober 2005 H. FAKHRUDDIN SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, Cap. TTD H. RISNADI BAHARUDDIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 NOMOR 34 SERI E NOMOR SERI 3

19 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH I. PENJELASAN UMUM. Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu untuk membayarnya dan diperuntukan bagi mereka yang berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber dana yang potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat khususnya masyarakat muslim. Secara nasional pengelolaan zakat telah mendapatkan legitimasi formal dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat. Untuk mengimplentasikan undang-undang tersebut agar pengelolaan zakat dapat berdaya guna sebagaimana hakikat dari keberadaan zakat menurut syariat Islam, terlebih di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang mayoritas penduduknya beragama Islam maka perlu mengatur pengelolaan zakat dengan Peraturan Daerah. Disamping pengaturan pengelolaan zakat, Peraturan Daerah ini juga mengatur pengelolaan infaq, shadaqoh, hibah, rikaz, kafarat dan wasiat dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pelaporan agar menjadi pedoman bagi BAZIS selaku pengelola. Dengan pengelolaan dengan sistem manajemen ini dimaksudkan agar dapat memberikan pelayanan yang

20 maksimal bagi umat muslim dalam menunaikan ibadah zakat, infaq dan shadaqah, dengan pembebanan biaya operasional pengelolaan dibantu dari dana APBD. Sehingga dana zakat, infaq dan shadaqah yang potensial dimasyarakat dapat digali dan didayagunakan untuk kesejahteraan masyatakat. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s/d pasal 21 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 s/d 34 : : : : Cukup jelas Khusus untuk Kecamatan Amuntai Tengah, Pembentukan Unit Pengumpul untuk Daerah perkotaan merupakan kewenangan BAZIS kabupaten. Untuk BUMN yang ada di Kabupaten persetujuan hanya dari Kepala Cabang/Ranting atau pimpinan unit kerja dimana BUMN tersebut beroperasi / berkantor) Cukup jelas