PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING. Riska Novia Sari

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

Pembelajaran Melalui Strategi REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING TIPE POST SOLUTION POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X SMAN 2 PARIAMAN.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP

Ramadhani. Universitas Muslim Nusantara Al-Wasliyah Medan Abstrak

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

Implementasi Pembelajaran Investigasi Berbantuan Software Cabri 3D terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Mahasiswa

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF SISWA SMK DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THREE STEP INTERVIEW

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTsN TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 3 PARIAMAN ABSTRACT

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X SMAN 5 BATAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Jurusan Kimia, Jalan Mannuruki IX, Makassar 90224

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Neka Amelia Putri 1), Yarman 2), Yusmet Rizal 3) Abstract

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTS

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN GENERATIF

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi Kuasi Eksperimen Kelas VIII SMPN 2 Pagedangan)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DENGAN METODE EKSPLORASI

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA MELALUI BLENDED LEARNING PADA MATA KULIAH METODE NUMERIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

keywords: students understanding of mathematical concepts, technique kancing gemerincing, quiz

Beny Yosefa dan Wiwin Hesvi Universitas Pasundan Bandung

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VIII MTs N DI KABUPATEN PESISIR SELATAN. Yanti Nazmai Ekaputri 1)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Quasi

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN RELASIONAL DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) TESIS

THE INFLUENCE OF THE INPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH TOWARD STUDENTS MATHEMATICAL COCEPTUAL UNDERSTANDING

Jaya Dwi Putra. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Korespondensi:

Christina Khaidir1, Rahmi1

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL TREFFINGER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Mahasiswa pada Mata Kuliah Kalkulus III

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK TALK WRITE DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI ABSTRACT

EFEKTIVITAS PENERAPAN GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF CONFIDENCE

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

THE EFFECT OF KANCING GEMERINCING AS A TECHNIQUE IN COOPERATIVE LEARNING (STAD) TOWARD STUDENTS OF X GRADE AT SMK KESEHATAN PRO-SKILL INDONESIA

EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN SELF CONFIDENCE MATEMATIS SISWA ABSTRAK

UJME 6 (1) (2017)

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN SOFTWARE FOCUSKY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS

Jurnal Siliwangi Vol. 2. No.2. Nov ISSN Seri Pendidikan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMAN 1 LUBUK ALUNG

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat 2

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN E-LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Penemuan Terbimbing

Anggraini, Jufri, & Juliati p-issn: ; e-issn: Padang, Sumatera Barat, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN O X O

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

PENERAPAN GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SURYAKANCANA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

Isti Fauziah 1, Sehatta Saragih 2, Suhermi 3 No Hp:

ELI HANDAYANI

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII MTs SE KECAMATAN SUTERA

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING Riska Novia Sari Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau Kepulauan, Batam, Indonesia *Korespondensi: riskanovia30@gmail.com Abstrak. Penelitian ini bertujuan mengkaji masalah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa sebelum dan sesudah belajar melalui pembelajaran penemuan terbimbing dan konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain kelompok kontrol non ekivalen. Populasi penelitian adalah siswa kelas IX SMPN 3 Lembang. Sampel terdiri dari kelas IX A sebagai kelompok kontrol dan kelas IX B sebagai kelompok eksperimen. Instrumen yang digunakan terdiri dari instrumen tes dan lembar observasi. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar melalui pembelajaran terbimbing lebih baik daripada siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. Kata Kunci: pembelajaran penemuan terbimbing, kemampuan penalaran matematis Abstract. The aim of this study was to investigate problem about enhancing of reasoning mathematical ability of student before and after using guided discovery learning. This study used quacy experiment research which combined nonequivalent control group design. The target population in this study was the ninth grade of Junior High School (SMPN) 3 Lembang which included XI A class as experimental group and XI B class as control group. The data were collected with an aid of several instruments i.e. test and observation sheet. The data was analyzed using the Mann-Whitney test. Findings of this study showed that enhancing of student s reasoning ability who get guided discovery learning is better than student who get conventional learning. Keywords: guided discovery learning, mathematical reasoning ability PENDAHULUAN Salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan, yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah. Hal ini karena matematika sebagai ilmu, memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siswa terampil berpikir rasional. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) merumuskan tujuan pembelajaran matematika diantaranya yaitu: belajar untuk bernalar. Berdasarkan tujuan tersebut, tercermin bahwa kemampuan penalaran merupakan aspek penting dalam pembelajaran matematika. Pentingnya kemampuan penalaran diungkapkan oleh Depdiknas (Shadiq, 2004) menyatakan materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dilatih melalui belajar materi matematika. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan penalaran siswa masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Muin (2005) yang menemukan bahwa kualitas kemampuan siswa dalam penalaran belum mempunyai hasil yang memuaskan. Hal yang sama ditemukan pada studi 12

Putra (Offirstson, 2013) bahwa kemampuan penalaran pada pembelajaran geometri masih rendah. Upaya untuk meningkatkan kemampuan matematis yaitu dengan merancang suatu pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan interaksi siswa secara aktif dan penemuan dalam proses pembelajaran sehingga dapat menggali potensi dan meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini dipertegas oleh pendapat Henningsen & Stein (1997) bahwa tanpa terlibat secara aktif selama pembelajaran di kelas, siswa tidak dapat mengembangkan kapasitas berpikir, bernalar, dan memecahkan masalah matematis secara tepat dan kuat. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat memfasilitasi siswa dalam meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis yaitu pembelajaran penemuan terbimbing. Dalam pembelajaran penemuan terbimbing guru menyediakan masalah dan mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut secara berkelompok. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, membantu siswa agar mempergunakan konsep, ide-ide dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Bimbingan ini merupakan pengarahan yang dapat berbentuk pertanyaan-pertanyaan baik secara lisan ataupun tulisan yang dituangkan dalam LKS. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas dan siswa menemukan pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama jika siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan mengonstruksi konsep atau prinsip pengetahuan tersebut. Siswa diharapkan dapat mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan dengan cara melakukan pengamatan, mengumpulkan data, menganalisis dan menarik kesimpulan. Dengan demikian model pembelajaran penemuan terbimbing diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. Pembelajaran penemuan terbimbing berorientasi pada student centered (Rooney, 2009). Tahapan pembelajaran penemuan terbimbing yang akan dilakukan dalam penelitian ini dimodifikasi dari tahapan pembelajaran penemuan terbimbing menurut Markaban (2006) yaitu: (1) apersepsi, (2) pengajuan masalah, (3) mengajukan konjektur, (4) mengumpulkan data, (5) menguji konjektur, dan (6) merumuskan kesimpulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peningkatan kemampuan penalaran matematis antara siswa yang belajar melalui pembelajaran penemuan terbimbing dan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian Non-equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IX pada salah satu SMPN di Kabupaten Bandung Barat semester ganjil Tahun Ajaran 2014/2015. kelas IX A sebagai kelompok kontrol dan kelas IX B sebagai kelompok eksperimen. Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas disini yaitu model pembelajaran. Sedangkan variabel terikatnya yaitu kemampuan penalaran matematis siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan penalaran matematis yang terdiri dari 3 soal dalam bentuk uraian. Analisis data hasil ujicoba menggunakan Teori Respon Butir/Model Rasch (atau Item Response Theory, IRT). Analisis data dengan Model Rasch dilakukan dengan bantuan software Winstep 3.73. teknik analisis data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan penalaran matematis diolah dengan bantuan Microsoft Excell 2010 dan software SPSS 16 for Windows. 13

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berikut ini merupakan deskripsi data pretes, postes, dan N-gain kemampuan penalaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdistribusi pada Tabel 1 dan 2 berikut. Tabel 1. Nilai Kelompok Eksperimen Nilai Sd X max X min Pretes 1,51 0,99 4 0 Postes 6,59 2,77 14 3 N-Gain 0,35 0,17 0,86 0,14 Tabel 2. Nilai Kelompok Kontrol Nilai Sd X max X min Pretes 1,71 1,235 6 0 Postes 5,38 2,80 16 2 N-Gain 0,26 0,17 1,00 0,07 Berdasarkan Tabel 1 dan 2 terlihat kemampuan awal siswa kelompok eksperimen dan kontrol tidak jauh berbeda sebelum belajar melalui pembelajaran penemuan terbimbing dan pembelajaran konvensional. Begitu juga dengan standar deviasi skor pretes kedua kelompok juga tidak menunjukkan perbedaan yang cukup besar artinya penyebaran data pada kedua kelompok relatif sama. Rataan skor postes kelompok eksperimen dan kontrol menunjukkan perbedaan yang cukup besar. Dari data terlihat bahwa terjadi peningkatan skor kemampuan penalaran matematis siswa setelah pembelajaran dilaksanakan. Berikut gambar perbandingan rataan N-gain kemampuan penalaran matematis. Gambar 1. Perbandingan rataan N-gain Secara visual, diagram batang pada Gambar 1 menunjukkan perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematis antara kedua kelompok. Rataan N-gain kelompok eksperimen berada pada klasifikasi sedang dan kelompok kontrol berada pada klasifikasi rendah. Setelah dilakukan uji normalitas pada skor pretes diperoleh pretes kelompok eksperimen berdistribusi normal dan kelompok kontrol tidak bersistrbusi normal, karena data pretes pada salah satu kelompok berdistribusi tidak normal, oleh karena itu uji statistik selanjutnya dilakukan uji non parametrik Mann-Whitney, diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 14

0,670 > α = 0,05. Kesimpulannya H 0 diterima, yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pretes kemampuan penalaran matematis siswa kelompok eksperimen dan kontrol. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran matematis antara siswa yang belajar melalui pembelajaran penemuan terbimbing dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional, maka dilakukan analisis terhadap kelompok N-gain antara siswa yang memperoleh kedua pembelajaran tersebut. Pertama dilakukan uji normalitas, diperoleh bahwa data N-gain kemampuan penalaran matematis pada kedua kelompok berdistribusi tidak normal, sehingga untuk menentukan uji perbedaan rataan dilakukan dengan uji non parametrik. Diperoleh nilai sig. (1-tailed) kemampuan penalaran 0,0005 <, ini menyatakan H 0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar melalui pembelajaran penemuan terbimbing secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar secara konvensional. Selanjutnya lembar observasi siswa dan guru yang digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran penemuan terbimbing. Observasi dilakukan enam kali pertemuan selama proses pembelajaran oleh seorang observer. Hasil penilaian yang dilakukan pada setiap aspek kegiatan guru dan siswa dinyatakan dalam kategori penilaian, yaitu sangat baik diberi skor 5, baik diberi skor 4, cukup diberi skor 3, kurang diberi skor 2 dan kategori sangat kurang diberi skor 1. Berikut tabel keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa, Tabel 3. Aktivitas Guru Pertemuan ke- Persentase Kategori 1 58,6 Cukup 2 67,2 Cukup 3 74,3 Baik 4 80,0 Baik 5 82,9 Baik 6 82,9 Baik Rata-rata Keterlaksanaan 74,31 Baik Tabel 3 memperlihatkan gambaran secara keseluruhan aktivitas guru yang dalam hal ini adalah peneliti sendiri yang menerapkannya hampir berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan rata-rata persentase keterlaksanaan aktivitas guru mencapai 74,31%, yaitu termasuk kategori baik. Pada pertemuan pertama dan kedua persentase keterlaksanaan aktivitas guru berada pada kategori cukup, sedangkan pada pertemuan berikutnya meningkat menjadi kategori baik. Tabel 4. Aktivitas Siswa Pertemuan ke- Persentase Kategori 1 38,6 Kurang 2 47,1 Kurang 3 57,1 Cukup 4 68,6 Cukup 5 71,4 Cukup 6 74,3 Baik Rata-rata Keterlaksanaan 59,51 Cukup 15

Berdasarkan Tabel 5 terlihat aktivitas siswa pada pembelajaran penemuan terbimbing di setiap pertemuan mengalami peningkatan, dengan rataan keseluruhan aktivitas siswa yaitu 59,5%, yaitu termasuk katageri cukup. Pada pertemuan pertama dan kedua persentase keterlaksanaan aktivitas siswa berada pada kategori sedang, kemudian pada pertemuan ketiga sampai pertemuan kelima meningkat menjadi kategori cukup dan pertemuan keenam meningkat menjadi kategori baik. Jika dibandingkan dengan dua pembelajaran yang dilakukan, pembelajaran penemuan terbimbing menunjukkan peran yang berarti dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. Melalui pembelajaran penemuan terbimbing ini siswa diberikan kesempatan untuk menemukan jawaban permasalahan yang diberikan oleh guru dalam LKS melalui diskusi kelompok. Pembelajaran menggunakan LKS merupakan hal yang baru bagi siswa, sehigga pada pertemuan pertama masih banyak siswa yang bertanya tentang tata cara pengisisan LKS yang diberikan. Selain itu, siswa juga jarang diminta bekerja dalam kelompok, dampaknya pada pertemuan pertama siswa tampak canggung dan tidak terbiasa, sehingga kerja kelompok kurang efektif. Namun setelah guru memberikan arahan, pada pertemuan berikutnya kondisi belajar semakin efektif. Setiap kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan akademis tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini agar memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan mendukung diantara siswa (Lie, 2002). Peran guru dalam pembelajaran penemuan terbimbing ini bertindak sebagai penunjuk jalan, memberikan bimbingan, membantu siswa agar mempergunakan konsep, ide-ide dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama jika siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan mengonstruksi konsep atau prinsip pengetahuan tersebut. Penemuan di lapangan terkait dengan jawaban tes kemampuan penalaran siswa yang belajar melalui pembelajaran penemuan terbimbing jika dibandingkan dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional lebih rinci dapat dilihat dari beberapa indikator yang diwakili oleh soal kemampuan penalaran berikut: 1. Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada Soal kemampuan penalaran berdasarkan indikator ini yaitu: Santi menggambar jaring-jaring sebuah kerucut di atas kertas gambar. Ukuran kertas gambarnya 40 cm x 20 cm. Kerucut yang digambar berjari-jari 7 cm dan tingginya 24 cm. Berdasarkan ukuran kertas gambar yang diketahui cukupkah untuk membuat kerucut yang diinginkan? Jelaskan. Dalam menyelesaikan soal tersebut, beberapa siswa kelompok kontrol keliru menentukan apakah ukuran kertas yang tersedia cukup untuk membuat kerucut sesuai ukuran yang diberikan, seperti terlihat pada gambar berikut: Gambar 3 Hasil Jawaban Salah Seorang Siswa Kelompok Kontrol 16

Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa siswa keliru dalam memberikan penjelasan terhadap fakta yang terdapat pada soal. Siswa menganggap ukuran kertas yang diberikan yaitu 40 cm x 20 cm sebagai sisi miring dari kerucut. Akibatnya, ukuran luas permukaan kerucut yang diperoleh siswa tidak tepat. Selanjutnya siswa tidak memberikan kesimpulan apakah kertas yang disediakan cukup untuk membuat model kerucut sesuai yang diinginkan. Hanya enam orang siswa kelas kontrol yang dapat menyelesaikan soal ini dengan benar, artinya 85,72 % siswa kelompok kontrol masih keliru dalam menyelesaikan soal. Selanjutnya jawaban salah seorang siswa kelompok eksperimen sebagai berikut. Gambar 4 Hasil Jawaban Salah Seorang Siswa Kelompok Eksperimen Berdasarkan jawaban siswa pada Gambar 4 di atas, siswa kelompok eksperimen dapat menyelesaikan masalah ini dengan baik, siswa menggunakan prinsip phytagoras untuk menemukan panjang sisi miring kerucut, kemudian siswa mencari luas permukaan kerucut dan memberikan kesimpulan bahwa kertas yang disediakan cukup untuk membuat kerucut yang diinginkan. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol dalam menjawab soal dengan indikator di atas. Hal ini didukung dari data skor rataan siswa kelompok eksperimen dalam menjawab soal ini lebih tinggi daripada siswa kelompok kontrol, dimana rataan kelompok eksperimen yaitu 3,23 dan kelompok kontrol 2,45. Disamping itu, 30,95 % siswa kelompok eksperimen dapat menyelesaikan soal ini dengan benar. Bila dibandingkan dengan kelas kontrol maka kelas eksperimen lebih unggul 16,67 % dalam menyelesaikan soal di atas dengan benar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh setelah melakukan analisis dan pembahasan terhadap masalah yang telah dikemukakan dalam penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar melalui pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional. 17

DAFTAR PUSTAKA Hutapea, N. M. (2012). Peningkatan Kemampuan Penalaran, Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Pembelajaran Generatif. (Disertasi), Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Depdiknas: Yogyakarta. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). (2000). Principles and Standards of Mathematics Education. [Online]. Tersedia di: http://www.nctm.org. [24 Februari 2014]. Pape, S.J, et.al. (2003). Developing Mathematical Thinking and Self-Regulated Learning: A Teaching Experimen in A Seventh-Grade Mathematics Classroom. Educational Studies in Mathematics. 53 ( 2), hlm. 179-202. Robert Ronger. (1990). The 10 Habits of Highly Successful People: Powerful Strategies for Personal Triumphs. Malaysia: Wynwood Press. Scristia. (2014). Meningkatkan Kemampuan Mathematical Visual Thinking dan Self-Efficacy Siswa SMP Melalui Metode Discovery Learning. (Tesis), Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Shadiq, Fadjar. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Makalah pada PPPG, Yogyakarta. 18