BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat menyebutkan bahwa salah satu tujuan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa pendidikan mempunyai peran penting bagi kemajuan bangsa. Melalui proses pendidikan, kualitas sumber daya manusia yang menjadi ujung tombak pembangunan diharapkan dapat terbentuk secara maksimal. Sekolah merupakan suatu wadah untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dalam upayanya mewujudkan salah satu tujuan nasional seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Di dalam sekolah terjadi interaksi antara guru dengan murid yang biasa disebut dengan proses pembelajaran. Namun dewasa ini, terjadi pergeseran orientasi tujuan pendidikan. Setiap orang lebih mementingkan hasil akhir dari proses belajar yang biasanya diukur dengan nilai, tanpa memperhatikan bagaimana mereka mendapatkan nilai tersebut serta cara mereka berproses. Hal ini tentunya memberikan akibat tersendiri bagi proses pembangunan bangsa, yaitu ketidakmampuan masing-masing individu untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh secara efektif. Kenyataan seperti ini yang menjadi salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 pasal 37 disebutkan bahwa bahasa merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diberikan kepada semua jenjang pendidikan formal mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi. Di setiap tahapannya, perkembangan pembelajaran bahasa tentunya berjalan secara bertahap dan berkelanjutan. Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan pengetahuan intelektual dan kesusasteraan. Bahasa commit juga to sangat user berperan penting di dalam aspek 1
kehidupan. Tanpa adanya bahasa, kiranya sulit terbangun interaksi antar individu. Bahasa merupakan kunci utama yang mampu menjembatani penyampaian pemikiran individu, baik kepada individu yang lain maupun kepada kelompok. Sebagai salah satu mata pelajaran wajib di jenjang pendidikan dasar, bahasa Indonesia tentunya memiliki tujuan pembelajaran tersendiri. Sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2008: 3), tujuan pembelajaran bahasa Indonesia secara umum adalah sebagai berikut: 1) Menghargai dan mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara; 2) Memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan; 3) Memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial; 4) Memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis); 5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian lebih dalam pembelajaran bahasa Indonesia agar terbentuk generasi penerus yang cinta pada budayanya sendiri dan juga memiliki kemampuan intelektual tinggi. Dalam pendidikan dasar terdapat empat macam keterampilan pokok berbahasa yang terdiri atas keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, serta keterampilan menulis. Keempat keterampilan ini berkaitan dan berpengaruh satu sama lain. Menulis seringkali dianggap sebagai bentuk keterampilan berbahasa yang mudah. Akan tetapi berdasarkan pada realita yang ada, keterampilan menulis yang dimiliki setiap individu cenderung paling rendah apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Orang cenderung menganggap mudah keterampilan menulis karena belum sadar betul manfaat yang dapat diperoleh dari penguasaan keterampilan ini. 2
3 Menulis karangan merupakan salah satu materi pembelajaran keterampilan menulis yang diberikan pada tingkat Sekolah Dasar. Setidaknya terdapat lima jenis karangan yang diperkenalkan pada pembelajaran keterampilan berbahasa yang terdiri atas karangan narasi, deskripsi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi. Narasi sebagai salah satu materi pembelajaran keterampilan berbahasa memiliki fungsi untuk mengajarkan siswa merepresentasikan ide atau pun gagasan yang berupa pengalaman dalam bahasa tulis, dengan memperhatikan kaidah yang ada. Sesuai hasil wawancara dan pengkajian dokumen kepada siswa dan guru SD se-gugus Diponegoro Kecamatan Magelang Tengah diperoleh data awal bahwa keterampilan menulis karangan narasi yang dimiliki siswa terdapat banyak kesalahan pada penulisan huruf kapital serta penggunaan di dan ke sebagai kata depan maupun imbuhan. Permasalahan lain yang terjadi adalah penggunaan kosakata yang belum beragam, korelasi antar kalimat yang masih sulit dimengerti serta penyusunan peristiwa yang kronologis atau sesuai dengan urutan peristiwa. Hal ini mengakibatkan rendahnya keterampilan menulis karangan narasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru-guru bahasa Indonesia dari sekolah-sekolah yang ada di Gugus Diponegoro, data di lapangan menunjukkan bahwa jumlah siswa yang belum lulus KKM pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menulis di SDN 01 Cacaban sebesar 40% dari 35 siswa, 23,81% dari 42 siswa di SDN 03 Cacaban, 31,58% dari 38 siswa di SDN 04 Cacaban, 36,84% dari 19 siswa di SDN 05 Cacaban, 31,43% dari 35 siswa di SDN 06 Cacaban, serta 36,36% dari 33 siswa di SD Pantekosta. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa terdapat cukup banyak siswa yang masih kesulitan untuk menguasai keterampilan menulis. Selanjutnya guru-guru juga memaparkan bahwa permasalahan ini terjadi karena siswa cenderung kurang tertarik pada pembelajaran menulis karangan narasi. Secara teori, siswa tahu bahwa mereka mengalami kesalahan pada cara penulisan karangan mereka. Akan tetapi secara praktik, siswa-siswa belum menerapkan pengetahuan yang mereka dapat. Keadaan seperti ini disebabkan oleh pembelajaran menulis narasi masih commit kurang to user inovatif, yaitu dengan model
4 pembelajaran langsung. Pada penerapan model pembelajaran langsung, seluruh aktivitas siswa dikendalikan oleh instruksi dari guru sehingga belum dapat mengeksplor kemampuan siswa secara penuh. Hal ini menyebabkan tidak tercapai kebermaknaan pembelajaran. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan perbaikan proses belajar mengajar. Diperlukan berbagai kreativitas dan inovasi dari para pendidik dalam rangka pencapaian tujuan belajar yang optimal. Hal ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun emosional. Maka dari itu sebaiknya dalam kegiatan belajar mengajar tidak terus-menerus berpusat pada guru (teacher centered) tetapi lebih berpusat pada siswa (student centered). Jadi dalam kegiatan belajar mengajar siswa dituntut untuk ikut ambil bagian secara aktif dalam pembelajaran. Berbagai model dan metode tentang proses belajar mengajar di sekolah telah bermunculan dan berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Guru diharapkan mampu menguasai berbagai model dan metode pembelajaran karena suatu model dan metode tertentu belum tentu cocok digunakan untuk setiap pokok bahasan yang berbeda. Salah satu teknik pembelajaran keterampilan menulis yang cocok adalah melalui penggunaan kata kunci (Tarigan dan Tarigan, 2000: 230). Selanjutnya Suprijono mengembangkan suatu model pembelajaran yang menggunakan kata kunci sebagai media utama, dan disebut dengan model kooperatif Concept Sentence. Model pembelajaran ini menuntut keterlibatan siswa secara aktif pada penerapannya di dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran tipe ini mempermudah siswa untuk mengorganisasikan ide ataupun hasil pemikiran dalam bahasa tulis. Melalui penerapan model kooperatif Concept Sentence diharapkan tercapai pengalaman belajar sehingga keterampilan menulis yang dimiliki siswa juga semakin berkembang. Bertolak dari latar belakang masalah yang disampaikan di atas, maka identifikasi permasalahan sebagai berikut.
5 1. Pembelajaran keterampilan menulis pada umumnya dianggap sebagai materi pelajaran yang mudah bagi siswa. 2. Guru belum mampu untuk menciptakan situasi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. 3. Kurangnya keterlibatan aktivitas belajar yang positif dari siswa, sehingga materi yang disampaikan kurang bisa terserap dengan baik. Terkait dengan beberapa masalah tersebut di atas dan karena keterbatasan waktu penelitian serta agar penelitian lebih terarah, maka perlu dibuat pembatasan permasalahan yang akan diteliti, yaitu sebagai berikut. 1. Model pembelajaran dibatasi pada model kooperatif Concept Sentence pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran langsung pada kelompok kontrol. 2. Keterampilan menulis dibatasi pada keterampilan menulis karangan narasi. 3. Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas IV SD se-gugus Diponegoro Kecamatan Magelang Tengah Kota Magelang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut: Manakah yang lebih efektif, model kooperatif Concept Sentence atau model pembelajaran langsung terhadap keterampilan menulis karangan narasi bagi siswa kelas IV SD se-gugus Diponegoro Kecamatan Magelang Tengah Tahun Ajaran 2012/2013? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan di atas, maka tujuan penelitian ini secara khusus adalah Untuk mengetahui model pembelajaran yang lebih efektif terhadap keterampilan menulis karangan narasi bagi siswa kelas IV SD se-gugus Diponegoro Kecamatan Magelang Tengah Tahun Ajaran 2012/2013.
6 D. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian yang lebih lanjut tentang penggunaan model pembelajaran bahasa Indonesia terutama pada materi menulis dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu hasil penelitian ini memberikan sumbangan tersendiri bagi dunia pendidikan yang ada hubungannya dengan peningkatan keterampilan menulis. 2) Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Mengembangkan keterampilan menulis pada siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penggunaan model kooperatif Concept Sentence. 2) Menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung. 3) Memperoleh pengalaman nyata sehingga kecakapan siswa meningkat. b. Bagi Guru 1) Berkembangnya motivasi guru untuk berupaya menyelenggarakan pembelajaran dengan cara yang lebih inovatif. 2) Memperoleh pengalaman, wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam merancang model yang tepat dan menarik untuk mempermudah proses pembelajaran. 3) Memberikan masukan dan wawasan bagi guru bahwa model kooperatif Concept Sentence dapat mempermudah guru dalam mengajarkan keterampilan menulis karangan narasi. c. Bagi Sekolah 1) Meningkatnya kinerja sekolah dengan optimalnya kinerja guru. 2) Memperoleh masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM).