TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria) ------------------------------------------------------------------------------------------------------ Tahun Sidang : 2012-2013 Masa Persidangan : IV Rapat Ke : -- Jenis Rapat : Rapat Kerja Sifat Rapat : Terbuka Hari/Tanggal : Selasa/4 Juni 2013 Waktu : Pukul 10.00 WIB s.d Selesai Tempat : Ruang Rapat Komisi II DPR RI (Gd. Nusantara / KK III) Acara : - Laporan Panja ke Pleno Komisi II DPR RI - Pendapat Akhir Mini Fraksi-Fraksi dan DPD RI dan Pemerintah - Pengambilan Keputusan TK. I - Penandatanganan/Pengesahan Draft RUU tentang DOB Ketua Rapat : Drs. Agun Gunandjar Sudarsa,Bc.IP,M.Si/Ketua Komisi II DPR RI Sekretaris Rapat Hadir : Dra. Hani Yuliasih/Kabag.Set Komisi II DPR RI : A. Tamu 1) Menteri Dalam Negeri beserta jajarannya. 2) Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan beserta jajarannya 3) Dirjen Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Ham RI 4) Komite I DPD RI. B. 34 dari jumlah 48 Anggota Komisi II DPR RI I. PENDAHULUAN 1. Rapat Kerja Komisi II DPR RI pada hari Senin tanggal 10 Juni 2013 dibuka pukul 10.30 WIB yang dipimpin oleh Ketua Komisi II DPR RI, Drs. Agun Gunandjar Sudarsa,Bc.IP,M.Si dan dinyatakan terbuka untuk umum. 2. Ketua Rapat menyampaikan agenda Rapat Kerja dengan Menteri Dalam Negeri beserta jajarannya, Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan beserta jajarannya, Dirjen Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Ham RI, dan Komite I DPD RI, pada hari ini yakni terkait dengan laporan panja ke Pleno Komisi II DPR RI, pendapat akhir mini Fraksi-Fraksi, DPD RI, Pemerintah, pengambilan keputusan Tingkat I, Penandatanganan/Pengesahan Draft RUU tentang DOB. 3. Ketua Rapat menyampaikan bahwa terdapat 1 RUU DOB yang akan disahkan menjadi Undang-Undang yakni RUU tentang Kabupaten Musi Rawas Utara di Provinsi Sumatera Selatan.
4. 9 (Sembilan) Fraksi di Komisi II DPR RI, Komite I DPD RI, dan Pihak Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Dalam Negeri menyampaikan pandangan dan pendapatnya terhadap 1 RUU DOB yang akan disahkan. Adapun pandangan dan pendapat tersebut diantaranya sebagai berikut: a. Fraksi Partai Demokrat: 1) Dalam pembentukan daerah, tidak boleh mengakibatkan daerah induk menjadi tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah, dengan demikian baik daerah yang dibentuk maupun daerah induknya harus mampu menyelenggarakan otonomi daerah, sehingga tujuan pembentukan daerah dapat terwujud. Dengan demikian dalam usulan pembentukan dilengkapi dengan kajian daerah. 2) Bahwa proses pembentukan daerah didasari pada tiga persyaratan yakni persyaratan administratif, teknis dan fisik kewilayahan. Disamping itu juga ada persyaratan ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan, dan aspek khusus seperti aspek geo politik dan strategis. Rapat untuk disahkan menjadi Undang-Undang dengan catatan masalah perbatasan yang sudah menjadi kesepakatan bersama tidak akan menimbulkan konflik kembali. b. Fraksi Partai Golkar: 1) Pembentukan Daerah Otonom sebagai salah satu upaya dalam menata daerah merupakan solusi dalam rangka mengoptimalkan pelayanan publik, karena dapat memperpendek rentang kendali pemerintahan sehingga lebih efisien dan lebih efektif, sejalan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik, serta prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, yang selanjutnya dapat memperkuat daya saing daerah dan memperkokoh keutuhan NKRI. 2) Menyetujui 1 RUU Pembentukan dari 7 DOB seperti yang disampaikan oleh Ketua Rapat untuk dibahas pada tingkat lebih lanjut dalam pembicaraan Tingkat II guna diambil keputusan dan disahkan menjadi Undang-Undang pada Rapat Paripurna DPR RI yang akan datang. c. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP): 1) Fraksi PDIP dengan cermat mengikuti seluruh tahapan inisiasi dan pembahasannya, baik dalam perspektif filosofis, yuridis maupun sosiologis dengan prioritas daerah perbatasan, daerah terisolasi/tertinggal, atau daerah pedalaman. 2) Disamping itu, juga dilakukan pengujian terhadap sejumlah persyaratan diantara beberapa ketentuan yang memerlukan komitmen legal dan mengikat secara hukum diantara pejabat terkait, agar dikemudian hari tidak melahirkan persoalan bagi daerah otonom yang baru dibentuk. Rapat untuk diteruskan pembahasannya pada pembicaraan Tingkat II pada Rapat Paripurna DPR RI.
d. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS): 1) Pertimbangan untuk menetapkan daerah otonom baru bukan hanya berdasar pendekatan yuridis formal sebagaimana diatur dalam PP 78 Tahun 2007, tetapi lebih penting adalah menggunakan pendekatan geostrategis dan geoekonomi, geopolitik, sosial dan budaya, pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2) Pembentukan DOB harus dapat mewujudkan kehidupan masyarakat yang tertib dan damai serta mencegah kemungkinan terjadinya konflik sosial. 3) Setelah dilakukan kajian dan telaah yang mendalam melalui pembahasan secara intensif, F. PKS menyetujui 1 calon DOB seperti yang disampaikan oleh Ketua Rapat untuk disahkan pada Rapat Paripurna DPR RI. e. Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN): 1) Jangan sampai pembentukan daerah otonom baru hanya menyebabkan beban nasional. 2) Meminta kepada Pemerintah agar melakukan evaluasi terhadap DOB dan kemudian melakukan tindakan tegas untuk melakukan penggabungan kembali daerah yang gagal menjalankan fungsi pemerintahan sebagaimana tujuan awal. 3) Untuk menghindari kegagalan penyelenggaraan pemerintahan di DOB, perlu dipikirkan untuk membentuk daerah administratif sebelum benar-benar menjadi DOB. 4) Menyetujui 1 RUU Pembentukan DOB seperti yang disampaikan oleh Ketua Rapat untuk diteruskan pembahasannya pada pembicaraan Tingkat II agar segera bisa disahkan menjadi Undang-Undang. f. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP): 1) Pembentukan DOB merupakan hak konstitusional bagi warga masyarakat dalam rangka lebih mendekatkan dan meningkatkan pelayanan publik dan melakukan akselerasi kesejahteraan masyarakat. 2) Pembentukan DOB sejatinya didasarkan atas kebutuhan dan kemampuan objektif daerah tersebut, agar daerah tersebut dapat berkembang, mandiri dan maju. Rapat untuk ditetapkan menjadi undang-undang. g. Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB): 1) Keputusan untuk memekarkan suatu daerah harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Selain persiapan dan pemberian fasilitasi, sumber daya yang ada perlu diatur pembagiannya dengan seksama. 2) Mengharapkan Pemerintah DOB yang terbentuk harus menjalankan ketentuan perundang-undangan secara konsisten dan memegang teguh misi pemekaran wilayah, yaitu peningkatan pelayanan publik dan pembangunan daerah. 3) Masyarakat di daerah otonom yang baru terbentuk perlu mengefektifkan peran partisipasi politiknya dalam proses perencanaan pembangunan dan pengawasan terhadap kinerja pemerintah daerah dan DPRD, dalam rangka mengawal realisasi misi perjuangan rakyat dalam menuntut pemekaran.
4) Diperlukan ketegasan dari Pemerintah pusat dalam hal pemekaran suatu wilayah. 5) Menyetujui 1 RUU Pembentukan DOB seperti yang disampaikan oleh Ketua Rapat untuk diteruskan pembahasannya pada tingkat berikutnya. h. Fraksi Partai Gerindra: 1) Dalam pembentukan DOB ini, perlu meminta kepada pihak untuk dapat bersikap bijak, dengan tentunya melihat dengan cermat apakah yang dilakukan benar-benar sudah memenuhi kriterian atau ketentuan yang telah diatur, sehingga tidak akan menimbulkan konflik dikemudian hari 2) Diharapkan dengan disahkannya RUU Pembentukan DOB ini maka akan dapat membawa langkah maju dalam proses pemerataan pembangunan yang mengutamakan keberpihakan pada rakyat Indonesia. Rapat i. Fraksi Partai Hanura: 1) Mempercayai bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kesiapan dan kelayakan calon daerah yang mau dimekarkan memang dapat dipertanggungjawabkan. 2) Pemekaran haruslah benar-benar mampu menghadirkan daerah yang memiliki kemandirian secara utuh terlebih pada aspek keuangan. 3) Menekankan agar pemekaran daerah haruslah menjadi satu paket design besar, dan tidak bisa dipisahkan, dengan konsep atau paradigma kebangsaan, pertahanan, dan keamanan RI, dan pemerataan kesejahteraan di masa depan. 4) Menyetujui 1 RUU Pembentukan DOB seperti yang disampaikan oleh Ketua Rapat dilanjutkan pembahasannya untuk dapat segera disahkan menjadi undang-undang. j. DPD RI: Dari hasil kunjungan kerja Komite I DPD RI, maka ada beberapa fakta untuk ditindaklanjuti oleh lembaga-lembaga terkait, diantaranya: 1) DPD RI mendukung langkah yang ditempun oleh Kapolda dan Kapolres dalam menyelesaikan permasalahan di Kab. Musi Rawas. 2) DPD RI akan mendorong upaya penetapan calon DOB Kab. Muratara menjadi DOB dalam pertemuan dengan DPR RI dan Pemerintah di Masa Sidang IV Tahun 2013. 3) Masyarakat Musi Rawas secara khusus meminta agar DPD RI dapat menyuarakan penetapan Pemekaran Calon Kab. Musi Rawas Utara untuk menjadi DOB yang definitif. 4) DPR RI, DPD RI, Kementerian Dalam Negeri dapat memberikan penjelasan dan komunikasi yang intensif kepada seluruh pemangku kepentingan di daerah calon DOB Muratara agar tidak terjadi kesalahpahaman guna menghindari kejadian serupa terulang di kemudian hari. 5) Dihimbau kepada pemangku kepentingan di daerah calon DOB Muratara untuk dapat menahan diri dan mengikuti proses legislasi ini dengan seksama. DPD RI menyepakati bahwa calon DOB Musi Rawas Utara untuk dapat dimekarkan dan ditentukan sebagai DOB Musi Rawas Utara, Prov. Sumatera Selatan.
k. Pemerintah: Menyetujui 1 RUU Pembentukan DOB seperti yang disampaikan oleh Ketua Rapat untuk diteruskan pembahasannya pada pembicaraan Tingkat II pada Rapat Paripurna DPR RI untuk disahkan menjadi undang-undang II. KESIMPULAN Setelah Ketua Rapat menyampaikan pengantar rapat, perwakilan 9 Fraksi, DPD RI, dan pemerintah menyampaikan masing-masing pendapat mininya, kemudian diambil keputusan terhadap Draft Final RUU DOB Kab. Musi Rawas Utara, serta penandatanganan Draft RUU DOB Kab. Musi Rawas Utara, disepakati terhadap hasil pembahasan Tingkat I atas RUU DOB tersebut, akan dilaporkan dan diteruskan pembicaraan pada Tingkat II/Pengambilan Keputusan pada Rapat Paripurna DPR RI antara tanggal 11 Juni 2013 atau 17 Juni 2013 untuk diambil keputusan menjadi undangundang. III. PENUTUP Rapat ditutup Pukul 13.15 WIB. KETUA RAPAT, Ttd Drs. AGUN GUNANDJAR SUDARSA, Bc.IP,M.Si A-219