BAB IV ANALISIS DATA. berjudul Komunikasi Ritual Prosesi Nyadran Desa Widang Tuban.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS DATA. apa saja yang diperoleh dari hasil penyajian data tersebut, peneliti

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB IV ANALISIS DATA. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 115

BAB IV ANALISIS DATA

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

pernah dialami oleh sesepuh dalam kelompok kejawen dilakukan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

UPACARA ADAT LEGU DOU GAM DJAI DI TIDORE. Pembimbing : Drs. Joni Apriyanto M.Hum*, H. Lukman D. KATILI S.Ag.,M.ThI* Oleh: Sofyan S.A.

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan daerah harus dilestarikan dan dipertahankan. 1 Salah satu usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Eksistensi Budaya Komunikasi Blater Di Desa Tambuko. dan memilih melakukan aksi kriminal di luar lingkungan desa mereka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

I. PENDAHULUAN. tidak hilang seiring dengan kemajuan zaman, karena budaya merupakan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

PRAKTEK RITUAL BAKAR DUPA DALAM PANDANGAN ISLAM DESA LAWONUA KEC.BESULUTU KAB. KONAWE

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

BAB IV ANALISIS HASIL PELAKSANAAN TRADISI NGAPATI DI DESA SUROBAYAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisa dengan analisis induktif.

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Transkripsi:

80 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Berbicara mengenai temuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Dengan temuan penelitian inilah peneliti dapat menunjukkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan oleh penulis adalah di Desa Widang Tuban yang berjudul Komunikasi Ritual Prosesi Nyadran Desa Widang Tuban. Pada penelitian kali ini peneliti memfokuskan penelitiannya pada simbolsimbol komunikasi Ritual Nyadran, makna Ritual Nyadran. dari hasil penyajian data yang telah disajikan sebelumnya, dapat diperoleh temuantemuan yang akan diuraikan sesuai hasil sumber peneliti dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Analisis data dilakukan setelah penyajian data telah diperoleh dari uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian yang disertai observasi lapangan di Desa Widang Kecamatan Widang Kabupaten Tuban. Diantaranya adalah sebagai berikut: selama beberapa hari peneliti telah membaur dengan masyarakat dan mempelajari beberapa hal yang ada di masyarakat. 1. Makna simbol-simbol komunikasi ritual nyadran Bentuk simbol adalah penyatuan dua hal luluh menjadi satu dalam simbolisasi subyek yang menyatukan dua hal menjadi satu. Simbol komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu simbol komunikasi verbal dan 80

81 simbol non verbal. Dalam buku komunikasi antar budaya, simbol verbal disebut juga pesan verbal, pesan verbal terdiri kata-kata terucap atau tertulis (berbicara dan menulis adalah perilaku-perilaku yang menghasilkan kata-kata). Sedangkan pesan non verbal adalah seluruh perbendaharaan perilaku lainnya. 1 Bahwa simbol yang dipakai dalam upacara nyadran adalah komunikasi nonverbal. Simbol komunikasi nonverbal berupa sesuatu hal selain bahasa, hal itu termasuk berupa tindakan-tindakan, tanda-tanda, lambang, isyarat, warna, suara, benda, dan lain sebagainya. Simbol-simbol yang ada dalam prosesi nyadran tersebut adalah penyembelihan kambing atau hewan qurban, tadarus atau khotmil Al- Qur an, kentongan, makanan dan lain-lain. Dalam setiap budaya yang ada, simbol-simbol begitu menonjol dan nampak sekali perannya. Maka dari itu simbol berkaitan dengan peradaban manusia. Setiap budaya, komunitas atau suku bangsa sangat berbeda budayanya antara yang satu dengan yang lain. Karena budaya itu sendiri memiliki nilai-nilai dan ciri khas yang diadaptasikan dengan sebuah kondisi dan kerangka berpikir masing-masing kelompok masyarakat tersebut. Dalam hal ini, simbol nonverbal tersebut berupa benda-benda dan juga hidangan-hidangan untuk selamatan atau segala macam benda atau peralatan yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan nyadran tersebut, 1 Deddy Mulyana, Dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi Antar Budaya, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya,2009) hlm. 13.

82 serta tindakan-tindakan simbolis yang sengaja dilakukan sebagai suatu penghargaan yang dilakukan oleh masyarakat. Nyadran pada masyarakat desa Widang merupakan tradisi yang diwariskan secara turun temurun, mulai dari nenek moyang dahulu sampai sekarang. Mengarah pada temuan tersebut, dalam tradisi nyadran keterkaitan antara simbol dan budaya terlihat erat kaitannya. Sehingga antara keduanya baik simbol komunikasi maupun budaya tidak dapat dipisahkan. Dalam menjalin hubungan kemasyarakatan, warga desa Widang tidak hanya terpaku pada kerukunan yang dijalin oleh masyarakat setempat dalam sebuah wilayah, namun sebagaimana menciptakan suatu kelompok adat, kebudayaan maupun yang lain agar kerukunan tidak hanya terjalin dalam satu waktu, akan tetapi dalam jangka panjang akan terjadi secara turun temurun. Dalam kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun hal ini tidak hanya menjadi komunikasi antara warga dengan tuhan, akan tetapi komunikasi juga dapat dilakukan kepada warga lain yang mengikutinya. Dengan hal inilah yang diharapkan oleh para leluhur dalam menciptakan suasana yang penuh dengan kebersamaaan dan mempererat silaturrahmi yang dituagkan dalam simbol-simbol yang sengaja diciptakan agar terjalin hubungan dalam mencapai suatu keinginan yang bersifat positif. Dalam menjalin hubungan kebersamaan, dengan diadakannya acara nyadran ini, maka dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk dapat menyatukan satu atau dua keluarga, akan tetapi bisa mencapai

83 puluhan bahkan ratusan keluarga untuk berkumpul dan berkomunikasi dengan keluarga lain, baik kerabat maupun tidak. Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi yang langsung dapat dibalas dengan respon oleh komunikan yang menerima pesan, dan pada acara nyadran inilah merupakan salah satu komunikasi yang sangat efektif bagi masyarakat setempat, karena dengan cara penyampaian pesan yang dilakukan oleh warga yang dilakukan leluhur yang bersifat turun temurun ini dapat dilakukan dengan menggunakan simbol-simbol yang baik dan langsung dapat menyentuh hati siapa saja yang melakukan. Dari sinilah banyak hal yang bersifat positif dari adanya acara nyadran ini, selain juga dapat dijadikan sebagai alat pemersatu bagi warga setempat, akan tetapi juga dapat dijadikan sebagai pelestarian adat istiadat dan budaya bangsa Indonesia yang kaya akan budaya dan kepercayaan warga setempat. 2. Makna ritual Nyadran bagi masyarakat Widang Masyarakat telah memaknai nyadran itu sama dengan sedekah bumi, yaitu tasyakuran yang telah ditujukan untuk para ahli kubur yang ada di desa tersebut. Pelaksanaan nyadran ini adalah sebagai rasa syukur atas melimpahnya hasil bumi. 3. Proses pelaksanaan ritual nyadran Proses pelaksanaan ritual nyadran dilakukan di makam pada hari sabtu kliwon malam minggu pahing dengan berbagai macam proses yaitu

84 dengan mengadakan tahlilan pada malam harinya, kemudian pagi harinya warga membawa makanan atau berkatan atau sesajen seperti nasi tumpeng, kemenyan, dan bunga, sebagai sarana upacara yang tidak bisa ditinggalkan dan dengan diadakannya pertunjukan kesenian lengan tayub sebagai kegemarannya. 4. Nyadran Masa Dahulu dan Masa Kini Nyadran sudah ada sejak jaman Hindu Buddha yang disebut dengan Upacara Srada. Dahulu, mereka melakukan ritual ini untuk menghormati arwah nenek moyang mereka dan memanjatkan doa keselamatan. Begitu Islam masuk, tradisi tersebut dipadukan dengan tradisi Islam. Doa-doa dalam agama Hindu diganti dengan doa-doa dalam agama Islam. Tujuannya pun juga diganti. Dalam Islam, tujuan dari ritual Nyadran adalah untuk mendoakan ahli kubur. Juga sebagai renungan bagi mereka yang masih hidup bahwa segala yang hidup pasti akan menemui ajalnya juga. Sehingga mereka akan taat menjalankan ibadah Islam sesuai ketentuannya. Dulu, saat nyadran biasanya digelar Tayub. Tapi kemudian dilarang karena berbau komunis. Bisa disimpulkan bahwa nyadran adalah pernyataan masyarakat terhadap identitas, akar budaya, dan idealisme melalui pengalaman otentik orisinal komunitas, dimana komunitas menjadi pencipta budayanya sendiri, bukan hanya obyek yang dicekoki oleh rezim kebudayaan yang menghegemoni, seperti globalisasi budaya kapitalistik ataupun totalitarianisme budaya.

85 Nyadran pada masa dahulu telah berbeda dengan nyadran saat ini. Zaman dahulu kebanyakan warga desa, nyadran merupakan acara hiburan sebab mereka bisa menikmati seni pertunjukan, seperti langen tayub. Dengan dimeriahkan pertunjukan yang sering tidak ada hubunganya dengan pesan dari ritual nyadran itu sendiri sebagai syukuran. Acara-acara yang seringkali digelar hingga larut malam pun mengundang tanggapan negatif, sebab mereka dianggap memancing kegiatan asusila (mabukmabukan). B. Konfirmasi Temuan dengan Teori Sebagai lanjutan dalam penulisan teori ini adalah konfirmasi temuan dengan teori. Konfirmasi temuan dengan teori merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mengkaitkan hasil temuantemuan dilapangan dengan teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya. Secara tidak langsung peneliti ini membuktikan kebenaran asumsi dasar dari teori yang digunakan dengan temuan-temuan dari hasil penelitian. a) Dapat diketahui bahwa pada nyadran ini adalah adat yang diselenggarakan dalam rangka sedekah bumi atau shodaqoh. Nyadran ini sebagai suatu peristiwa penting bagi masyarakat, maka dalam hal ini perlu dikenang sehingga perlu adanya nyadran tersebut. b) Latar belakang dari nyadran adalah pada dasarnya bersifat ritual atau upacara yang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat setempat.

86 c) Dalam hal ini, terdapat simbol komunikasi verbal dan nonverbal. Simbol komunikasi verbal adalah berupa ungkapan. Sedangkan simbol komunikasi nonverbal adalah berupa tindakan, makanan tradisional, tanda, lambang, isyarat dan lain sebagainya. d) Tindakan-tindakan simbolis yang terwujud dalam prosesi nyadran berdo a kepada Tuhan, dengan membawa makanan atas limpahan rizki yang diberikan. Hal ini merupakan bahwa simbol dan budaya tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling berkaitan. e) Simbol adalah suatu tanda dimana hubungan tanda tersebut telah ditentukan bersama atau sesuai dengan kesepakatan. Makanan tradisional, buah-buahan, nasi, memotong kambing dan lain sebagainya adalah merupakan simbol. Hal ini dikarenakan memiliki makna simbolis yang terkandung didalamnya. f) Makna dan simbol-simbol tersebut adalah merupakan hasil kekayaan suatu budaya yang memberikan banyak pelajaran. Dalam hal ini upaya untuk menggali dan mensosialisasikan merupakan hal yang penting untuk melestarikan budaya. Dalam interaksi simbolik, pada saat berkomunikasi, baik interaksi kepada anggota atau masyarakat nyadran maupun tindakan simbolis dari perangkat-perangkat yang ada. Disini banyak menampilkan simbol-simbol yang bermakna. Seperti yang telah dijelaskan diatas maka peneliti mendukung teori interaksi simbolik menurut Herbert Blumer yang menyatakan bahwa manusia itu tidak bertindak terhadap sesuatu hal

87 (apakah hal itu benar, kejadian) atas dasar makna yang telah dimiliki dan kejadian bagi mereka. Sementara itu makna yang telah diberikan oleh manusia yaitu sebagai hasil dari interaksi dengan sesamanya. Maka makna tersebut tidak melekat pada benda atau kejadian itu sendiri, melainkan tergantung pada orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut. Dalam hal ini, seharusnya makna-makna tersebut dapat digali lebih dalam demi menyatukan interpretasi atau penafsiran-penafsiran atu simbol-simbol yang diajukan dalam proses nyadran, namun hal ini berbeda jika ditelaah melalui upacara nyadran yang ada pada masyarakat desa Widang. Dalam hal ini pada proses makna interaksi dan simbol komunikasi yang ada dalam upacara nyadran kurang diperhatikan. Sehingga makna dari upacara nyadran itu sendiri tidak begitu dikenal oleh masyarakat, apalagi terhadap makna atau simbol dari prosesi ritual-ritual dari perlengkapan yang dibutuhkan dalam rangkaian acara tersebut. Dalam hal ini beberapa pemaparan yang ada dilapangan antara lain: a) Simbol komunikasi nonverbal dalam ritual nyadran ini berupa peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh masyarakat yaitu nasi, jajan, kue dll. Maka simbol-simbol tersebut yaitu berdasarkan maknanya merupakan suatu wujud komunikasi penghargaan dan berdo a kepada Tuhan semata. b) Berdasarkan wujud komunikasi dengan Tuhan, maka diharapkan masyarakat agar diberikan keselamatan dan senantiasa bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

88 c) Budaya nyadran mengandung nilai-nilai yang berdampak pada pola kehidupan masyarakat. Nyadran juga mampu membantu taraf hidup masyarakat dalam hal ekonomi. d) Rasa cinta terhadap sumber daya alam dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT tumbuh semakin tinggi, ini dibuktikan dengan ideologi masyarakat bahwa Tanah itu merupakan pahlawan yang sangat besar bagi kehidupan manusia di muka bumi. Maka dari itu tanah harus diberi penghargaan yang layak dan besar. e) Rasa ingin menjaga kelestarian desa akan semakin tinggi dengan adanya budaya nyadran. Karena masyarakat menganggap bahwa penghargaan atas bumi yang telah memberi kehidupan bagi manusia, sangatlah diperlukan. Sehingga dengan begitu maka tanah yang dipijak tidak akan pernah marah seperti tanah longsor dan banjir dan bisa bersahabat bersandingan dengan masyarakat yang menempatinya. f) Nyadran juga berdampak pada aspek sosial, terlihat jelas dengan pertemuan warga dan konvensi untuk memberikan sedekah secara bersama-sama. Ini dibuktikan dengan pola perilaku yang melibatkan seluruh komponen masyarakat dari tingkat RT/RW bahkan kepala keluarga. Dengan demikian ikatan kekeluargaan warga atau masyarakat desa akan semakin kuat dengan adanya budaya seperti ini. g) Nyadran mampu menggerakkan massa sebanyak-banyaknya untuk satu kepentingan bersama, yaitu kemakmuran dan ketentraman hidup.

89 h) Pada intinya makna komunikasi yang terkandung dalam ritual nyadran ini adalah komunikasi nonverbal yang berupa makanan dan kentongan, yang mana makanan tersebut adalah bentuk sebagai simbol do a kepada Tuhan Yang Maha Esa.