BAB V PENUTUP. melalui studi kepustakaan dan studi lapangan, maka penulis menyimpulkan. dan memberikan beberapa saran sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bank, salah satunya dengan memberikan fasilitas kredit untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN SURAT KUASA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN MOH. REZAH / D

BAB II. A. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan adalah kuasa yang diberikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang adalah di bidang ekonomi. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun akan menimbulkan berbagai macam problema. Salah satunya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) YANG BERSIFAT KHUSUS DAN UNDANG-

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. hutang menggunakan kelembagaan jaminan hipotik, karena pada waktu itu hak

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup adalah dengan mengembangkan

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

HJ-3 MACAM-MACAM JAMINAN. Oleh Herlindah, SH, M.Kn

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. sudah berlangsung kurang lebih 45 tahun sejak dilahirkannya Undang-Undang

BAB II SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN. A. Pengertian Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang

BERBAGAI PERMASALAHAN YANG BERKAITAN DENGAN TAKE OVER KREDIT & PENGIKATAN JAMINAN ATAS TANAH & BANGUNAN SERTA SATUAN RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN TERHADAP HAK ATAS TANAH SEBAGAI OBYEK JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang yang tidak dapat menjalankan suatu urusan, maka alternatifnya

pissn : eissn :

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

UPAYA PEMEGANG HAK TANGGUNGAN MENGANTISIPASI HAPUSNYA HAK ATAS TANAH SEBAGAI OBYEK HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka Pembangunan Nasional Indoinesia yang pada. hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA BELI RUMAH

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pinjam meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Data Reduksi, Data Display / Penyajian Data, Data Verifikasi / Pemeriksaan Kembali Pengulangan Data, Data Konklusi/Perumusan Kesimpulan. Hasil Penelit

MANUSUN NAINGGOLAN 1 MANUSUN NAINGGOLAN ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS HUKUM

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu perjanjian accsoir yang ada dalam suatu perjanjian kredit.

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

serta mengembangkan perangkat peraturan pendukung, serta pengembangan sistem pendanaan perumahan. Salah satu alternatif dalam pendanaan perumahan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENGATURAN HUKUM HAK TANGGUNGAN. Tanggungan diartikan sebagai barang yang dijadikan jaminan. 16 Hak

KAJIAN HUKUM TERHADAP SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

92 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari perumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan, maka penulis menyimpulkan dan memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Latar belakang pembuatan surat kuasa menjual dibawah tangan dalam perjanjian perjanjian kredit KUR (Kredit Usaha Rakyat) di PT Bank X Kantor Cabang Surakarta adalah : a. Kesalahan persepsi Pihak bank dalam mengeluarkan kebijakan melalui Intruksi direksi Bank dengan memo PGV No. PGV/2/1201 tanggal 31 Agustus 2015 tentang prosedur kredit usaha rakyat (KUR) Mikro dan Ritel yang menjadi dasar pembuatan surat kuasa menjual dibawah tangan, karena Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat yang dijadikan dasar kebijakan tidak ada arahan mengenai pembuatan surat kuasa menjual di bawah tangan. Peraturan tersebut hanya memberikan ketentuan tanpa perikatan.

93 b. Untuk kredit usaha kecil, sesuai dengan Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1996 tentang Penetapan Batas Waktu Penggunaan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan untuk menjamin pelunasan kredit tertentu jo Surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/24/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993, jangka waktu berakhirnya SKMHT yang diberikan oleh pemilik tanah/bangunan yang memperoleh fasilitas kredit adalah selama jangka waktu perjanjian pokoknya, jadi latar belakang efisiensi waktu dan biaya tidak relevan sebagai dasar pembuatan surat kuasa menjual di bawah tangan. Sehingga dalam hal ini pemasangan SKMHT seharusnya tetap dilakukan pihak bank. 2. Dalam hal keabsahan dan kepastian hukum, maka dari apa yang telah ditemukan dari penelitian, maka surat kuasa menjual di bawah tangan tidak sah secara hukum dan bank dalam kedudukan hukum yang lemah, karena pemberlakuan surat kuasa menjual dibawah tangan tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Hal ini didasarkan dalam beberapa hal : a. Pembuatan perjanjian kredit tidak diikuti dengan adanya perjanjian pengikatan agunan yang berupa surat kuasa membebankan hak tanggungan maupun berupa pengikatan hak

94 tanggungan seperti yang diamanatkan dalam UUHT No.4 Tahun 1996. b. Bank tidak mempunyai hak kebendaan atas obyek jaminan kredit. Ketidakadaan pengikatan yang sesuai dengan yang telah diatur dalam perundang-undangan, maka bank tidak dapat menuntut pelunasan kewajiban dari agunan yang telah diberikan debitur sebagai jaminan kreditnya. c. Dengan tidak adanya pengikatan atas hak atas jaminan tersebut, maka apabila terjadi wanprestasi maka pihak bank selaku kreditur tidak dapat serta merta melakukan sita atas agunan yang diberikan kreditur sebagai jaminan. d. Bank tidak akan mempunyai hak untuk dapat didahulukan kepentingannya dari pihak atau kreditur lain untuk mendapatkan pelunasan atau pembayaran kewajiban debitur dari hasil penjualan agunan kredit apabila debitur dalam kondisi wanprestasi dalam hal ini macet. Bank dalam hal ini hanya akan menjadi kreditur konkuren bukan preferen, sehingga tidak dapat didahulukan kepentingannya dari pihak-pihak lainnya yang juga mungkin berkepentingan atas obyek jaminan kreditur. e. Berdasarkan Pasal 1792 KUH Perdata, maka yang dimaksud pemberian kuasa adalah untuk menyelenggarakan suatu urusan, bukanlah sebagai jaminan hutang.

95 f. Surat kuasa menjual setidaknya harus dibuat dalam akta otentik atau minimal dilegalisasi notaris. g. Surat kuasa dibawah tangan yang dibuat tidak sesuai dengan aturan mengenai syarat sahnya perjanjian seperti yang telah diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata. h. Pada dasarnya tujuan dibuatnya suatu surat kuasa menjual di bawah tangan yang disyaratkan pihak bank adalah untuk dapat menjual agunan yang dijaminkan kepada pihak bank apabila terjadi kondisi wanprestasi atau debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya. Bila dicermati maka pada saat penandatanganan surat kuasa menjual dibawah tangan dalam kondisi belum terjadi wanprestasi oleh debitur. Berdasarkan hal tersebut maka surat kuasa menjual dibawah tangan tersebut dapat dianggap batal demi hukum atau dianggap tidak pernah ada karena tidak memenuhi syarat sahnya sebuah perjanjian dalam pasal 1320 KUHPerdata. B. SARAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran dan masukan kepada PT Bank X Kantor Cabang Surakarta agar tidak melakukan praktek pembuatan surat kuasa menjual dibawah tangan dalam menjamin Kredit Usaha Rakyat. Harapan penulis untuk ke depannya, agar pihak bank tetap menerapkan pengikatan jaminan seperti yang telah diatur

96 dalam perundang-undangan agar kepentingan pihak bank selaku kreditur dan pelaku UMKM selaku debitur dapat sama-sama terlindungi dan terjamin.

97