I. PENDAHULUAN. adat, bangsa, bahasa dan budaya. Dari berbagai macam keanekaragaman tersebut,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

ARTI MATERIAL SESAJEN PERKAWINAN ADAT JAWA DI DESA MATARAM BARU LAMPUNG TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. menyatakan bahwa kebudayaan pada hakikatnya merupakan sebuah semiotis. Clifford

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk berbudaya dan secara biologis mengenal adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I. PENDAHULUAN. memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM PROSESI INJAK TELUR PADA UPACARA PERKAWINAN ADAT JAWA

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

BAB IV UNSUR-UNSUR YANG BERAKULTURASI PADA BUDAYA JAWA DALAM TRADISI PERKAWINAN DI DESA CENDORO

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

II. Tinjauan Pustaka. masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto, tradisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

WALIGORO SEBAGAI SYARAT KESEMPURNAAN NIKAH DI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam adat, bangsa, bahasa dan budaya. Dari berbagai macam keanekaragaman tersebut, masing-masing memiliki ciri khas dan tatacara yang berbeda serta unik dalam pelaksanaannya. Salah satu keunikan tersebut dapat dilihat pada masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa terdiri dari beberapa bagian yakni: Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa, masyarakat Jawa yaitu sekumpulan manusia Jawa yang saling berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat continu dan terikat oleh suatu identitas bersama (Koentjaraningrat, 2009: 116). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dilihat bahwa masyarakat Jawa terbagi atas beberapa bagian seperti Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Masingmasing daerah memiliki tradisi atau kebiasaan budaya yang berbeda-beda, baik dari segi pelaksanaannya maupun pembuatannya. Tradisi atau kebiasaan tersebut masih dilakukan oleh sebagian masyarakat karena proses pewarisan dari nenek moyang ke generasi muda masih berjalan. Pelaksanaan tradisi tidak dapat dilakukan secara individu melainkan dilakukan secara bersama-sama dengan

2 orang-orang disekitar kita. Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa ini tidak dipengaruhi oleh perbedaan agama yang dianut. Seperti halnya masyarakat Jawa mayoritas menganut agama Islam, namun selain Islam ada juga sebagian masyarakat yang menganut agama lain yakni: Hindu, Budha, Kristen serta Katolik. Walaupun agama yang dianut oleh masyarakat Jawa antara masyarakat yang satu dengan yang lain berbeda-beda akan tetapi pelaksanaan adat-istiadatnya tetap sama. Salah satu adat-istiadat yang hingga saat ini masih dilestarikan yaitu tradisi pembuatan sesajen dalam perkawinan adat Jawa. Setiap melaksanakan prosesi perkawinan, masyarakat Jawa membuat sesajen karena dipercaya dapat memberikan manfaat bagi mempelai dan keluarga yang mempunyai hajat. Meskipun masyarakat Jawa yang ada di Lampung penduduknya sebagian masyarakat transmigrasi namun, adat istiadat yang dibawa dari tanah kelahiran masih dilaksanakan hingga saat ini. Kegiatan transmigrasi ke luar Pulau Jawa banyak dilakukan oleh masyarakat Jawa salah satunya yaitu di daerah Provinsi Lampung. Masyarakat Jawa yang tinggal di Provinsi Lampung terdiri dari beberapa bagian yaitu Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kegiatan transmigrasi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa menyebar ke seluruh wilayah Provinsi Lampung salah satunya yaitu di wilayah Lampung Timur. Hampir sebagian penduduk yang menempati wilayah Lampung Timur yaitu masyarakat Jawa, baik masyarakat Jawa bagian Timur, Barat maupun Tengah. Walaupun masyarakat Jawa hampir seluruhnya melakukan transmigrasi di Provinsi Lampung khususnya wilayah Lampung Timur, namun

3 budaya, tradisi serta adat-istiadatnya hingga saat ini masih dibawa dan dilestarikan. Masyarakat Jawa di wilayah Lampung Timur yang hingga saat ini masih melaksanakan dan melestarikan tradisi budaya Jawa yaitu masyarakat yang tinggal di Dusun II Desa Mataram Baru Kecamatan Mataram Baru. Tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Jawa yaitu pelaksanaan upacara-upacara sakral. Upacara-upacara sakral yang dimiliki masyarakat Jawa yaitu tujuh bulanan, ruwat desa serta perkawinan. Salah satu tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa di Dusun II Desa Mataram Baru yaitu tradisi pembuatan sesajen dalam perkawinan adat Jawa. Sesajen dibuat sehari sebelum resepsi perkawinan berlangsung. Walaupun tradisi pembuatan sesajen tersebut hingga saat ini tetap dilaksanakan, namun tidak semua warga masyarakat mengetetahui arti dari pelaksanaan tradisi tersebut. Clifford Geertz mengungkapkan, bahwa: Sebagaimana dalam islaman, slametan perkawinan diselenggarakan pada malam hari menjelang upacara yang sebenarnya. Slametan itu disebut midadareni, dan kecuali do a tradisional yang mengharapkan agar pasangan ini tidak terpisah lagi, senantiasa berdua seperti mimi dan mintuna, slametannya sama saja dengan manggulan yang diselenggarakan sebelum khitanan. (Clifford Geertz, 1989: 71). Berdasarkan uraian di atas, hampir setiap daerah dan juga suku memiliki tradisi yang masih dilaksanakan dan dilestarikan dalam kehidupan masyarakat umunya. Seperti juga yang terjadi pada masyarakat di Dusun II Desa Mataram Baru khususnya adat Jawa hingga saat ini masih melaksanakan tradisi pembuatan sesajen pada saat akan melaksanakan acara-acara besar salah satunya prosesi perkawinan. Sebelum pelaksanaan prosesi perkawinan dimulai, pada malam hari

4 di rumah hajat mengadakan slametan atau sering disebut dengan manggulan. Pada siang hari sebelum slametan dilaksanakan tuan rumah menyiapkan sebuah hidangan sesajen yang ditujukan kepada Sang Pencipta dan juga roh para leluhur. Proses pembuatan sesajen dilakukan Menurut pandangan masyarakat Jawa pembuatan sesajen tersebut disimbolkan dengan tujuan untuk menghormati arwah para leluhur serta meminta do a restu kepada Sang Pencipta agar pelaksanaan perkawinan dapat berjalan lancar. Sebagian masyarakat meyakini apabila sesajen tidak dibuat maka keluarga yang mempunyai hajat akan kuwalat. Salah satu tokoh masyarakat yang berada di Dusun II Desa Mataram Baru mengungkapkan bahwa: 1. Masyarakat mempercayai bahwa roh-roh para leluhur akan datang apabila dirumah tersebut terdapat sesajen. 2. Roh-roh leluhur dipercayai akan merestui acara perkawinan yang diadakan. 3. Roh leluhur pasti ada walaupun tidak terdapat sesajen di dalam rumah, namun masyarakat tetap membuat sesajen untuk menghargai dan mengikutsertakan roh leluhur sebagai tanda roh-roh tersebut ikut menikmati acara yang dilaksanakan (wawancara: Mbah Jilan, 28 September 2014). Berdasarkan uraian di atas, roh-roh leluhur masih ada di sekitar masyarakat, oleh sebab itu apabila akan melaksanakan sebuah acara yang penting diharuskan untuk membuat sesajen. Sesajen yang dibuat dipercaya akan memberikan manfaat bagi keluarga yang terlibat dalam pelakasanaan acara tersebut. Proses pembuatan sesajen ini dilakukan apabila akan membangun rumah, ruwat desa, tujuh bulanan, perkawinan maupun acara-acara lainnya. Salah satu acara yang hingga saat ini masih menggunakan tradisi pembuatan sesajen adalah prosesi perkawinan adat Jawa.

5 Menurut Adamson Hoebel perkawinan merupakan hubungan kelamin antara orang laki-laki dengan orang perempuan, yang membawa hubungan-hubungan lebih luas, yaitu antara kelompok kerabat laki-laki dengan perempuan, bahkan dengan masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya (Adamson Hoebel dalam Depdikbud, 1977: 36). Dapat dikatakan bahwa sebuah keluarga itu ada karena terjadi penyatuan dua hubungan (perkawinan) antara laki-laki dan perempuan yang disahkan oleh agama dan peraturan pemerintah. Perkawinan dianggap sebagai peristiwa yang penting dan sakral bagi masyarakat Jawa, oleh sebab itu dalam pelaksanaannya pembuatan sesajen pasti dilakukan. Seperti yang telah diuangkapkan oleh Van Peur-sen bahwa: Pola pemikiran orang Jawa yang dipengaruhi oleh mitos itu, dapat dilihat pada adanya beberapa syarat atau sarana-sarana dalam upacara perkawinan seperti sajian-sajian, kembar mayang, sirih, telur, tuwuhan dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu merupakan simbol-simbol mitologis yang mempunyai latar belakang suatu harapan agar perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan itu dapat berlangsung baik sampai tua (Depdikbud, 1977:73). Berdasarkan uraian di atas, pada proses pelaksanaan perkawinan adat Jawa terdapat beberapa persyaratan yang harus dibuat salah satunya adalah sesajen. Sesajen merupakan bagian dari tradisi masyarakat Jawa yang diwariskan oleh nenek moyang sejak lahirnya manusia di dunia hingga saat ini. Tradisi pembuatan sesajen atau ritual sesajen dilakukan di rumahnya masing-masing khususnya masyarakat Jawa yang masih kental dengan budaya Jawa. Sesajen dibuat oleh sesepuh atau orang-orang yang sudah paham mengenai sesajen tersebut. Selain itu sebelum proses pembuatan sesajen dilakukan, ada beberapa tindakan yang harus serta wajib dilakukan. Seperti yang telah

6 diungkapkan oleh salah satu tokoh adat Dusun II Desa Mataram Baru bahwa tindakan yang harus dilakukan sebelum sesajen dibuat sebagai berikut: 1. Sesepuh sebelum membuat sesajen harus berpuasa selama dua hari sebelum pelaksanaan perkawinan dimulai. 2. Sesepuh sebelum membuat sesajen harus mandi wajib terlebih dahulu agar badannya bersih dari najis. 3. Sesepuh harus memahami arti dari masing-masing bahan, bentuk serta warna yang digunakan dalam sesajen tersebut (wawancara: Ibu Yatni, 25 September 2014). Berdasarkan uraian di atas, sesajen memiliki arti yang disimbolkan dan manfaat penting dalam sebuah perkawinan pada masyarakat Jawa. Oleh sebab itu proses pembuatan sesajen tidak semua orang dapat membuatnya. Seseorang yang paham dan mengetahui arti dari sesajen tersebut, seperti sesepuh ataupun orang-orang yang berpengalaman yang dapat membuatnya. Apabila pembuatan sesajen dalam penyajian ataupun pembacaannya salah, maka do a serta harapan yang diinginkan tidak tersampaikan kepada Sang Pencipta. Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan sesajen memberikan arti yang penting bagi masyarakat Jawa sehingga dipergunakan dalam proses perkawinan di Dusun II Desa Mataram Baru. Desa Mataram Baru penduduknya mayoritas masyarakat adat Jawa. Selain Jawa terdapat pula adat-adat lain seperti Lampung, Batak, Palembang, Padang, Madura dan lain sebagainya. Walaupun penduduknya terdiri dari berbagai macam adat, tetapi dalam kehidupan sehari-harinya mereka dapat berbaur antara satu dengan yang lain seperti pada kegiatan gotong royong, rapat desa, rewangan. Kehidupan sehari-sehari masyarakat di Dusun II Desa Mataram Baru saling tolong-menolong dan membantu satu sama lain. Salah satu kegiatannya yaitu pada saat melaksanakan hari raya besar, masyarakat di sekitar rumah ikut terlibat.

7 Salah satu hari raya besar yang masih dilakukan dengan membutuhkan bantuan dari orang-orang di sekitar kita yaitu pelaksanaan perkawinan. Pasal 1 Undang- Undang Perkawinan Republik Indonesia menyebutkan bahwa, Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk suatu keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yanga Maha Esa (Andjar Any, 1986:11). Dari hal-hal tersebut perkawinan tidak dapat dibuat sebagai sebuah permainan bagi kedua mempelai. Penyatuan dua keluarga ini disyahkan melalui akad nikah atau perjanjian yang diatur oleh agama. Dengan alasan tersebut perkawinan bagi masyarakat Jawa dianggap menjadi agung, luhur, dan sakral pada pelaksanaannya. Oleh karenanya setiap pelaksanaan perkawinan tersebut disertai dengan berbagai upacara sakral lengkap dengan sesajinya. Pembuatan sesajen dilakukan guna memperoleh berkah dan restu dari para leluhur ataupun sanak saudara yang telah meninggal dunia. Sesajen dibuat dengan menggunakan berbagai macam bahan, bentuk serta warna yang masing-masing memilki arti dan manfaat bagi kedua mempelai dan keluarganya kelak. Hampir sebagian masyarakat Jawa di Dusun II Desa Mataram Baru yang sudah berkeluarga dapat menyiapkan hidangan sesajen, hanya saja mereka tidak mengetahui arti dari pembuatan sesajen tersebut. Walaupun tidak semua masyarakat mengetahui arti yang terkandung dalam hidangan sesajen, masih ada beberapa sesepuh yang mengetahui arti yang terkandung dalam hidangan sesajen. Zaman modern ini masyarakat Jawa di Dusun II Desa Mataram Baru hanya mengkuti tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi sehingga pemahaman mengenai arti-arti yang terdapat dalam sesajen yang digunakan masih kurang.

8 Dalam pelaksanaan perkawinan adat Jawa saat ini di Dusun II Desa Mataram Baru proses pembuatan sesajen masih tetap dilakukan. Pembuatan sesajen oleh seorang sesepuh yang paham akan arti-arti yang terkandung dalam hidangan sesajen perkawinan adat Jawa. Sesepuh membuat sesajen mengetahui persyaratanpersyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan sesajen. Sesajen dibuat oleh sesepuh dengan mengumpulkan beberapa bahan yang dianggap sakral (seperti: pisang raja, bunga setaman, nasi punar, telur ayam kampung, ayam panggang, sirih, kelapa, minyak damen, kaca kecil, dsb) yang masing-masing dari bahan tersebut memiliki arti dan juga manfaat bagi mempelai dan keluarga. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti arti sesajen yang digunakan dalam perkawinan adat Jawa dilihat dari bahan, bentuk dan warna yang masih dilakukan dan dilestarikan oleh masyarakat Dusun II Desa Mataram Baru. B. Analisis Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar dalam penelitian ini masalah yang diangkat tidak terlalu meluas maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui arti sesajen dalam perkawinan adat Jawa di Dusun II Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur dilihat dari bahan, bentuk dan warna yang terdapat dalam hidangan sesajen. 2. Rumusan Masalah Berdasarakan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah arti material sesajen dalam pelaksanaan perkawinan adat Jawa di Dusun II Desa Mataram Baru?

9 C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui arti material sesajen dalam perkawinan adat Jawa di Dusun II Desa Mataram Baru 2. Kegunaan Penelitian Setiap penelitian tentunya akan dapat memberikan berbagai manfaat bagi semua orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis teliti, adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 2.1.Kegunaan Teoritis Diharapkan karya ilmiah ini dapat memberikan banyak manfaat dan pengetahuan mengenai arti sesajen dalam perkawinan adat Jawa serta teoriteori yang dijelaskan oleh beberapa para ahli yang memahami tentang adat Jawa. 2.2.Kegunaan Praktis Diharapkan karya ilmiah ini dapat mengkaji mengenai arti simbol sesajen perkawinan adat Jawa dan dapat menjelaskan alasan-alasan masyarakat Dusun II Desa Mataram Baru melaksanakan proses pembuatan sesajen. 3. Ruang Lingkup Penelitian Subjek penelitian ini adalah masyarakat Jawa di Dusun II Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur. Kemudian yang menjadi objek dalam penelitian adalah arti sesajen dalam perkawinan adat Jawa dilihat dari bahan, bentuk dan

10 warna yang terdapat dalam sesajen. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun II Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2015. Bidang ilmu dalam penelitian ini masuk ke dalam ilmu Antropologi Budaya.

11 REFERENSI Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 116. Clifford Geertz. 1989. ABANGAN, SANTRI, PRIYAYI dalam Masyaraka Jawa. PT Dunia Pustaka Jaya. Jakarta. Hal 71. Depdikbud. 1977. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Istimewa Yogyakarta. PN.Balai Pustaka. Jakarta. Hlm 73. Anjar Ani. 1986. Perkawinan Adat Jawa. PT Pabelan. Surakarta. Hlm 11. Wawancara: Jilan. 67 Tahun. Di Dusun II Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur. 28 Januari 2015. Rabu. Pukul 19.00 WIB. Yatni. 50 Tahun. Di Dusun II Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur. 25 Januari 2015. Minggu. Pukul 10.00 WIB.