B A L A N G A N KABUPATEN BALANGAN TAHUN 2013 TENTANG PERTOKOAN YANG MAHA ESA BUPATI. yang. dan. serta. c. bahwa. Pasar

dokumen-dokumen yang mirip
B A L A N G A N B U P A T I KABUPATEN BALANGAN YANG MAHA ESA BUPATI. budayaa. perlu. mampu. terhadap

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 28 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGURUSAN PASAR KABUPATEN LAMONGAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 24 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 7

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KABUPATEN CILACAP

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LOKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 76 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2012 NOMOR 137 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 5

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PENGGILINGAN PADI, HULLER DAN PENYOSOHAN BERAS

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG IZIN MENDIRIKAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGELOLAAN PASAR DAERAH

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANJARMASIN

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : E

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 23 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 6

PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM RETRIBUSI IZIN USAHA PERINDUSTRIAN

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAN TEMPAT BERJUALAN PEDAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2006 T E N T A N G

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BELITUNG TIMUR,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING

SALINAN L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 78 Tahun : 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

TENTANG WALIKOTA CIMAHI, selain. Kota. Cimahi;

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

-1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN PENGAWASAN PEDAGANG KAKI LIMA

B U P A T I B A L A N G A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 3

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH NEGARA

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN T E N T A N G

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 12 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA DI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 2 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

Transkripsi:

1 B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PASAR DAN PERTOKOAN DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang : a. bahwa pasar dan pertokoan merupakan tempat yang sangat penting bagi roda perekonomian Daerah yang mesti ditataa dan dibina secara berkesinambungann sesuai dengan kebutuhan masyarakat; b.bahwa keberadaan pasar dan pertokoan dapat menciptakan lapangann kerja yang luas dan menumbuhkan kewirausahaan dari sektor usaha produksi dan jasaa serta merupakan bagian dari mata rantai perdagangan secara Nasional; c. bahwa berdasarkan pertimbangann sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pasar dan Pertokoan;

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817); 2. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan di Propinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4265); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemeritahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12);

3 5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3743); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) Sebagaimana dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78); 8. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;

4 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 02 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah yang menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Balangan (Lembaran Daerah Kabupaten Balangan Tahun 2008 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Balangan Nomor 43); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 03 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Balangan (Lembaran Daerah Kabupaten Balangan Tahun 2008 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Balangan Nomor 44) sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Balangan Nomor 03 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Balangan;

5 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BALANGAN dan BUPATI BALANGAN MEMUTUSKAN : Menetapka : PERATURAN DAERAH TENTANG PASAR DAN PERTOKOAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Balangan. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Balangan. 4. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu yang selanjutnya disebut KP2T adalah Unit Pelaksana Teknis Kabupaten Balangan yang mengurusi segala bentuk perizinan didaerah dengan pelayanan sistem satu pintu. 5. Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. 6. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan

6 tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. 7. Pasar Desa adalah pasar tradisional yang berkedudukan di desa dan dikelola serta dikembangkan oleh Pemerintah Desa dan masyarakat Desa. 8. Toko adalah bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan untuk menjual barang dan terdiri dari hanya satu penjual. 9. Pertokoan adalah beberapa bangunan gedung dalam satu kawasan yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang. BAB II RUANG LINGKUP Bagian Kesatu Umum Pasal 2 (1) Pasar dan Pertokoan dapat didirikan dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta. (2) Lokasi pasar harus sesuai dengan Rencana Induk Tata Ruang Wilayah dan memperhatikan pada kepentingan masyarakat.

7 Bagian Kedua Fungsi Pasar Pasal 3 (1) Pasar dan Pertokoan difungsikan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk jual beli barang dan atau jasa. (2) Kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan sepanjang untuk mendukung kegiatan jual beli barang dan atau jasa. Bagian Ketiga Fasilitas Pasar dan Pertokoan Pasal 4 (1) Setiap pendirian Pasar dan Pertokoan di Daerah wajib dilengkapi dengan fasilitas dan sarana penunjang. (2) Fasilitas dan sarana pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. fasilitas utama terdiri dari : 1). kios; 2). los; dan 3). pelataran. b. fasilitas penunjang terdiri dari : 1). tempat parkir kendaraan; 2). tempat bongkar muat barang; 3). tempat penyimpanan barang; 4). tempat promosi; 5). tempat pelayanan kesehatan; 6). tempat ibadah; 7). kantor pengelola; 8). kamar mandi dan cuci (MCK);

8 9). sarana pengamanan; 10). sarana pengelolaan kebersihan; 11). sarana air bersih; 12). instalasi listrik; 13). penerangan umum; 14). sarana penghijauan dan drainase; dan 15). sarana penunjang lainnya sesuai kemampuan pengelola. (3) Persentase luasan fasilitas yang berkaitan dengan bangunan dan area bebas bangunan disesuaikan dengan kebutuhan. Bagian Keempat Pengelolaan Pasal 5 (1) Pasar dan pertokoan di Daerah wajib dikelola secara berkesinambungan. (2) Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penataan pasar dan pertokoan; b. pengaturan jenis dagangan pada kios atau los; c. pengamanan dan tata tertib pasar; d. tempat pembuangan limbah; e. pelaksanaan kebersihan dan program sanitasi lingkungan pasar dan pertokoan; f. pengembangan pasar dan pertokoan; g. pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan pasar dan pertokoan; dan h. pengelolaan kawasan disekitar pasar.

9 (3)Bentuk dan tata cara pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. (4)Pengelolaan untuk pasar dan pertokoan bukan milik Pemerintah Daerah wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Bupati. Pasal 6 Bupati menetapkan batas kawasan/lingkungan disekitar pasar yang merupakan batas kawasan dalam pengelolalaan lokasi pasar. Bagian Kelima Penamaan Pasar Pasal 7 Penamaan pasar di Daerah wajib menggunakan nama yang berhubungan dengan identitas Daerah. BAB III PERIZINAN PASAR, PUSAT PERBELANJAAN DAN PERTOKOAN Pasal 8 (1) Pihak Swasta yang berkeinginan mendirikan dan mengelola pasar, pusat perbelanjaan, dan pertokoan wajib memiliki izin. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. izin usaha pengelolaan pasar tradisional (IUP2T) untuk pasar tradisional; b. izin usaha pusat Perbelanjaan (IUPP) untuk pertokoan, mall, plaza dan pusat perdagangan.

10 c. izin usaha toko modern (IUTM) untuk minimarket, supermarket, departement store, hypermart dan perkulakan. (3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan oleh Bupati. (4) Bupati dapat menunjuk Pejabatnya untuk menerbitkan izin. (5) Permohonan izin disampaikan melalui SKPD yang membidangi urusan perizinan. (6) Syarat memperoleh izin meliputi : a. identitas pemohon (untuk Badan melampirkan akta pendirian usaha); b. keterangan domisili. c. surat keterangan perolehan hak atas tanah yang akan didirikan bangunan; d. melampirkan hasil studi kelayakan termasuk analisis mengenai dampak lingkungan, terutama aspek sosial budaya dan dampaknya bagi pelaku perdagangan eceran setempat; e. desain rencana bangunan; f. pernyataan untuk melakukan kemitraan dengan usaha kecil. (7) Tatacara mengajukan izin diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

11 BAB IV PENGENDALIAN PERDAGANGAN DI PASAR DAN PERTOKOAN Pasal 9 (1) Pemerintah Daerah berwenang untuk melakukan pengendalian atas perdagangan di pasar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Selain pengendalian perdagangan Pemerintah Daerah diharuskan untuk melakukan pemberdayaan pedagang. BAB V PEMBENAHAN PASAR Pasal 10 (1) Dalam hal kondisi pasar sudah tidak memungkinkan atau tidak memenuhi kelayakan intensitas pasar atau pertokoan, pengelola pasar wajib melakukan pembenahan. (2) Pembenahan pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa : a. penataan ulang area pasar; b. perluasan area pasar; dan atau c. rekondisi bangunan (pembangunan ulang pasar atau pertokoan).

12 BAB VI PASAR DAN PERTOKOAN MILIK PEMERINTAH DAERAH Bagian Kesatu Pengelolaan Pasal 11 Pengelolaan pasar dan pertokoan milik Pemerintah Daerah dilakukan oleh Dinas dan atau UPT yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi pengelolaan pasar dan pertokoan. Bagian Kedua Hak Atas Bangunan Pasar dan Pertokoan Pasal 12 (1) Setiap orang dapat memperoleh hak pemanfaatan atas bangunan pasar atau pertokoan milik Pemerintah Daerah melalui permohonan pada Dinas atau UPT yang ditetapkan sebagai Pengelola pasar atau pertokoan. (2) Permohonan diajukan pada saat masih tersedia bangunan atau belum dimanfaatkan oleh pihak lain. (3) Setiap orang atau 1 (satu) keluarga hanya diperbolehkan memegang satu hak pemanfaatan bangunan pasar atau pertokoan. Pasal 13 (1) Pemanfaatan bangunan pasar berupa toko/kios/los milik pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dilaksanakan dalam sistem sewa menyewa yang dituangkan dalam bentuk perjanjian sewa menyewa.

13 (2) Perjanjian sewa menyewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah perjanjian dalam rangka pemberian hak untuk memanfaatkan pasar dan pertokoan kepada orang perorangan. Pasal 14 (1) Masa berlaku sewa menyewa adalah paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang sebelum batas waktu sewa berakhir. (2) Perpanjangan sewa diajukan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum perjanjian sewa menyewa berakhir. (3) Perpanjangan sewa dapat dilakukan oleh pemegang hak sebelumnya atau isteri/anak dari pemegang hak sebelumnya atau bersifat turun temurun. (4) Dalam hal batas waktu perjanjian telah berakhir dan tidak dilakukan perpanjangan, maka kios, los atau toko yang menjadi objek perjanjian akan kembali kepada Pengelola atau Pengguna Barang/Aset Daerah. (5) Selama belum ada pihak yang ingin memanfaatkan bangunan pasar atau toko, diberikan kesempatan kepada pemegang hak sebelumnya untuk melakukan kontrak perpanjangan. (6) Apabila pemegang hak pemanfaatan meninggal dunia, ahli warisnya wajib memberitahukan kepada Pengelola/Pengguna Barang Daerah melalui Pengelola pasar atau pertokoan dan dapat dibuatkan perubahan nama pemegang hak berdasarkan surat keterangan kematian dari pejabat berwenang.

14 Pasal 15 (1) Berdasarkan kontrak pemanfaatan bangunan pasar atau toko kepada yang diberi hak diberikan bukti tertulis berupa surat keterangan hak pemanfaatan. (2) Hak Pemanfaatan terdiri dari : a. hak pemanfaatan bangunan kios pasar; b. hak pemanfaatan los pasar; c. hak pemanfaatan pelataran pasar; d. hak pemanfaatan toko. Pasal 16 Surat keterangan hak pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 tidak dapat dijadikan agunan. Pasal 17 Surat keterangan hak pemanfaatan tidak dapat dipindahtangankan. BAB VII PASAR DESA Pasal 18 (1) Pasar Desa bersifat tradisional. (2) Pengaturan dan pengembangan pasar desa sesuai dengan pelimpahan kewenangan kepada Pemerintahan Desa.

15 BAB VIII PASAR DADAKAN Pasal 19 (1) Pasar dadakan diberikan batas toleransi. (2) Pemberian toleransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam hal : a. dilakukan secara berpindah-pindah tempat; b. sifatnya tidak permanen; c. menggunakan alat atau sarana sederhana dan seadanya; d. hanya dilakukan maksimal 1 kali dalam seminggu; e. tidak mengakibatkan gangguan terhadap pengguna jalan umum; f. tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan. (3) Pemerintah daerah berwenang melakukan peringatan kepada pelaku pasar dadakan yang dianggap telah melewati ambang batas sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Apabila para pelaku tidak mengindahkan, Satuan Polisi Pamong Praja Daerah berhak menindak pelaku dan menyita alat, sarana dan objek yang diperdagangkan. BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 20 Bupati melakukan pembinaan keberadaan pasar dan pertokoan di Daerah.

16 Pasal 21 (1) Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Dinas atau UPT yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi pengelolaan pasar bersama SKPD terkait. (2) Dalam hal menyangkut kewenangan yang ada pada Dinas lainnya wajib dilakukan koordinasi untuk penyelesaian masalah pasar oleh Dinas atau UPT yang mengelola Pasar. Pasal 22 (1) Selain Pemerintah Daerah peran pengawasan dapat dilakukan oleh masyarakat di daerah atas penyalahgunaan fungsi pasar dan ketidaknyamanan yang diakibatkan perilaku pelaku usaha di pasar. (2) Pengawasan masyarakat disampaikan dalam bentuk laporan baik secara langsung atau tertulis kepada Bupati Cq Kepala Dinas atau UPT yang mengelola pasar. BAB X PARTISIPASI MASYARAKAT Pasal 23 (1) Masyarakat di daerah dituntut untuk berpartisipasi dan berperan dalam penyelenggaraan pasar dan pertokoan di Daerah. (2) Partisipasi masyarakat dapat berupa : a. turut serta menjaga ketertiban pasar atau pertokoan; b. membudayakan membuang sampah pada tempatnya ketika berbelanja di pasar atau pertokoan;

17 c. hal-hal lainnya yang menunjang kegiatan pembangunan di Daerah. BAB XI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 24 (1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk berhak memberikan sanksi terhadap Pemegang Hak Pemanfaatan Pasar atau Pertokoan yang tidak mematuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. (2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa : a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan; c. pembatalan kontrak; d. pembongkaran bangunan; atau e. penutupan lokasi dan pemulihan fungsi ruang. BAB XII PENYIDIKAN Pasal 25 (1) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini selain dilakukan oleh Penyidik Polisi Republik Indonesia dapat dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang sesuai ketentuan Perundang-Undangan.

18 (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana, agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas. b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai Orang Pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana. c. meminta keterangan dan bahan bukti dari Orang Pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana. d. memeriksan buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana. e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut. f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan penyidikan tindak pidana. g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf (e). h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana. i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. j. menghentikan penyidikan. k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana menurut hukum yang bertanggungjawab.

19 (3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 26 (1) Setiap Orang atau Badan yang memindahtangankan atau memperjualbelikan hak pemanfaatan atas bangunan pasar atau pertokoan milik pemerintah daerah tanpa persetujuan yang berwenang, dipidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan atau denda paling banyak Rp.50.000.000,-(lima puluh juta rupiah),- (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

20 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Balangan. Ditetapkan di Paringin pada tanggal 23 September 2013 BUPATI BALANGAN, Ttd. H. SEFEK EFFENDIE Diundangkan di Paringin pada tanggal 23 September 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BALANGAN, Ttd. H. RUSKARIADI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN TAHUN 2013 NOMOR 18