BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat memiliki kebudayan tersendiri. Kebudayaan adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. belakang budaya yang sama dan. beraneka ragam seni tradisi banyak yang hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. menaruh harapan besar terhadap pendidikan demi perkembangan masa depan bangsa ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pengaruh Regresi Tentang Budaya Bantengan Terhadap Perilaku Anak di Desa

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

BAB V PENUTUP. perkenalan musik iringan tarian kreasi Ine Pare Pada Kelompok Minat musik Semester

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi. Pendidikan Seni Budaya diharapkan mampu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês

2015 KREATIVITAS ARANSEMEN MUSIK PADA LAGU DAERAH ACEH MELALUI PROJECT BASED LEARNING

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa.

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Kuantan Singingi termasuk kepada daerah Melayu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni menjadi perhatian utama dalam upaya

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

OLEH : YUDHA FAHLEVI AMRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar dalam membentuk manusia. Di sekolah telah disusun. usaha tujuan pembelajaran pada mata pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. T.A 2010/2011 s.d. T.A 2011/2012) berturut-turut di program studi Etnomusikologi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran seni musik sebagai bagian dari budaya dalam rangka menggali serta

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman

BAB I PENDAHULUAN. mereka miliki dengan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap masyarakat memiliki kebudayan tersendiri. Kebudayaan adalah pengungkapan diri manusia ke dalam materi sejauh diterima, yang dimiliki oleh masyarakat dan menjadi warisan (Kluckon, 1976:29). Salah satu unsur kebudayaan yang berkaitan dengan fokus penelitian yakni kesenian. Berbeda dengan wujud kebudayaan lainnya, kesenian adalah bagian yang indah dan halus dari suatu kebudayaan yang merupakan produk masyarakat yang berfungsi sebagai media ekspresi perasaan masyarakat tersebut. Kesenian tentu bukan hanya berfungsi sebagai media ekspresi saja tetapi lebih dari itu mempunyai fungsi dalam membangun dan melestarikan nilai-nilai hidup bermasyarakat. Lebih dalam lagi oleh karena kesenian berakar dan berkembang dalam masyarakat, maka kesenian mencerminkan kehidupan sosial dan budaya dari masyarakat tersebut. Hal ini membuktikan bahwa kesenian merupakan jati diri atau identitas suatu masyarakat pemiliknya. Adapun kesenian tersebut yang menjadi media ekspresi masyarakat terwujud melalui gerak-gerik tubuh atau tarian, lagu, musik, dongeng, lukisan, ukiran, dan benda-benda kerajinan lainnya. Agus Comte seorang filsuf dan sosiolog dalam Kamanto Sunarto 1933:3 menyoroti masyarakat dari dua segi, statis dan dinamis. Segi statis mencakupi halhal yang tidak berubah, atau kalaupun berubah perubahannya sangat lama, 1

contohnya kebudayaan, kesenian, tata nilai, norma-norma dan sebagainya. Mengapa statis atau tidak berubah? Mereka tidak berubah karena mempunyai fungsi menampakan identitas masyarakat dan sekaligus mempertahankan kelangsungan masyarakat. Aspek yang lain adalah dinamika masyarakat. Oleh karena masyarakat adalah kumpulan manusia yang bersifat dinamis maka perubahan juga meliputi lapisan kebudayaan material dan sosial seperti teknologi, hubungan antar manusia dan sebagainya. Mencermati perubahan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia justru perubahan sudah menyentuh unsur-unsur statis masyarakat khususnya nilai-nilai kebudayaan yang terkandung dalam kesenian tradisional. Bagul mengemukakan setidaknya ada tiga variabel yang mempengaruhi kebudayaan yakni perkembangan IPTEK, perubahan global, dan interaksi manusia dengan lingkungannya (Bagul 2008:21-29). Ketiga variabel di atas tentu saja menyumbang perubahan pola laku masyarakat terhadap kesenian tradisi yang telah ada turun temurun. Perkembangan teknologi informatika menyuguhkan keindahan kesenian barat yang dengan mudah diakses melalui internet dan dipertonton atau dinikmati melalui perangkat teknologi seperti player, HP, laptop dan banyak media lainnya. Kesenian musik barat; lagu, tarian, instrumen-instrumen yang masuk bersama perkembangan global telah menjadi pusat perhatian dan kecintaan kaum muda. Hal ini bukan saja sebuah fenomena tanpa disadari, melainkan menjadi sebuah tujuan. Di Indonesia hal ini menjadi sebuah tujuan panggung hiburan. Lihat saja ajang Indonesian Idol, yang diburu sebagian besar orang muda di seluruh 2

Indonesia, Indonesia Mencari Bakat, atau Akademi Fantasi Indosiar, X-Faktor dan banyak ajang kompetensi menjaring penyanyi atau pemusik yang mendasarkan penilaianya pada kompetensi kontestan terhadap musik barat atau musik modern. Hampir tidak ada kontes terbuka untuk sesuatu yang bersifat tradisional sehingga tidak dapat dipastikan seberapa besar minat dan kemampuan kaum muda dalam berkesenian tradisi. Kembali kepada hakekat kebudayaan khususnya kesenian sebagai pengungkapan diri manusia, fenomena bergesernya kecintaan masyarakat pada kesenian modern akan menimbulkan penafsiran yang ganjil tetapi nyata. Pertama, bagaimana orang Indonesia mengungkapkan perasaannya melalui kesenian barat yang notabene merupakan pengungkap perasaan orang barat? Kedua, oleh karena kesenian merupakan representasi kehidupan sosial dan budaya masyarakat tertentu, bagaimana dapat ditunjukan jati diri atau identitas kita sebagai orang Indonesia? Tentu kondisi ini bukan buatan satu malam atau terjadi seketika. Kondisi seperti ini telah berlangsung dalam suatu proses. Alangkah penting melihat kembali keberadaan kesenian-kesenian daerah kita yang tidak selalu ditampilkan setiap hari, atau minggu bahkan tahun, karena terkadang berkaitan dengan ritusritus adat yang dirayakan pada periode tertentu. Tidak heran, banyak orang muda kurang mengenal apalagi meminati kesenian asli yang nota bene merupakan pengungkap perasaan sendiri. Pewarisan kesenian juga masih tradisional yakni secara lisan turun-temurun. Belum ada tradisi tulisan untuk mentranskripsi kesenian tradisi tersebut sehingga sulit dipelajari baik melalui pendidikan formal 3

maupun informal. Sementara itu melalui berbagai teknologi komunikasi dan arus global, sebagaimana terungkap dalam paragraf terdahulu, kesenian modern begitu cepat mengubah pola rasa dan kegemaran kaum muda sehingga lebih menganut kesenian modern daripada menaruh perhatian pada kesenian tradisional. Ini adalah suatu problem jati diri bangsa karena orang muda dipaksa untuk mengungkapkan perasaannya melalui kesenian bangsa lain yang konteks budayanya jauh berbeda dari konteks masyarakat kita. Sebaliknya sebuah kritik halus disampaikan Sutton dalam Sumage, 2011 melalui sebuah resensi buku tentang kecenderungan asumsi dan cara berpikir pemerintah, institusi keilmuan hingga masyarakat umum yang kwatir terhadap proses kepunahan kesenian tradisi. Menurutnya, sesungguhnya hal tersebut tidak sepenuhnya terjadi, justru sebaliknya apa yang disebut tradisi menjadi sesuatu yang terus menerus dikerjakan, dikonstruksi dan dimaknai secara berulang-ulang dalam wajah yang tampak berbeda (Kompas, 19 Januari 2014). Ini berarti Sutton mengandalkan kreatifitas dalam memodifikasi yang tradisional sesuai dengan perkembangan jaman agar kesenian tradisi tetap hidup dari generasi ke generasi. Pertanyaannya apa dasar dari proses kreasi baru jika yang awal dan asli tidak dipahami? Dalam survei awal yang dilakukan penulis terhadap 20 orang mahasiswa multi etnik asal Manggarai, Riung, Ende, Lembata, Adonara dan Belu yang dilakukan di kampus Unwira pada tanggal 27-28 Januari 2014 tentang minat, pengetahuan dan kemampuan mereka memainkan salah satu instrumen musik tradisional yang ada hampir di seluruh kabupaten di NTT yakni instrumen musik 4

gong gendang. Dari survei yang dilakukan dengan memberikan kuisioner, peneliti memperoleh gambaran sebagai berikut. Dari 20 responden, 90% berminat untuk mempelajari gong gendang, terdapat 15% yang mengetahui instrumen gong gendang dan irama pukulan gong gendang di daerahnya, dan 85% responden yang tidak tahu tentang dua hal di atas. Sedangkan dari segi kemampuan terdapat 15 % yang cukup mampu memainkan gong gendang khas daerah, 55% yang menjawab sedikit bisa memainkan salah satunya, dan 30% di antaranya menjawab tidak tau dan belum pernah mencoba. Proses belajar yang mereka lalui adalah dengan memperhatikan orang bermain dan selanjutnya ikut mencoba-coba. Tingginya persentase kaum muda yang kurang pengetahuan dan kemampuan namun ada kemauan untuk mencoba-coba memainkan istrumen pengiring gong gendang menggugah penulis untuk melakukan sesuatu dalam rangka pembelajaran kesenian tradisional. Setidaknya 55% dari 85% yang tidak paham tentang musik gong gendang namun memiliki keinginan dan sedikit mampu secara psikomotorik dibantu dengan sarana dan teknik pembelajaran musik gong gendang secara mudah. Baik dari hasil survei, mau gejala kepunahan atau sebaliknya kritik yang disampaikan oleh Sutton, penulis tetap melihatnya sebagai sebuah keadaan yang membutuhkan tindak lanjut. Masyarakat Manggarai memiliki kekayaan kesenian tradisi yang kompleks. Adi M. Nggoro membagi kesenian tradisi Manggarai menjadi dua bagian yakni bagian pertama seni tari dan seni suara, bagian kedua adalah seni ukir, lukis dan kerajinan tangan tradisional (Nggoro, 2006:127-158). Secara implisit Nggoro menyatakan keterkaitan yang erat dan tak terpisahkan antara seni tari dan seni 5

suara dengan seni musik (gong gendang) sebagai pengiring. Dari perangkat gong gendang sendiri menyimpan banyak keindahan bunyi yang terpadu menjadi polapola pukulan yang khas dan unik. Dari tuturan lisan, ada pukulan atau irama ndu dundake, taketu, mbata, kedendit dan lain sebagainya tentu dengan kegunaan dan fungsinya masing-masing. Dalam tradisi masyarakat Manggarai, irama pukulan gong gendang tersebut sangat erat kaitannya dengan upacara-upacara adat. Dari segi kegunaan dan fungsi pun, irama-irama tersebut mempunyai susunan atau kedudukan tertentu dalam sebuah upacara. Upacara tertentu membutuhkan iringan dengan irama tertentu pula. Sejauh ini, sebagaimana terjadi pada umumnya di seluruh nusantara kebudayaan musikal masyarakat Manggarai masih berada dalam lingkup tradisi lisan (oral). Vansina (1985) dalam Wikipedia mengartikan tradisi lisan sebagai pesan verbal berupa pernyataan yang dilaporkan dari masa silam kepada generasi masa kini, dimana pesan itu haruslah berupa pernyataan dituturkan, dinyanyikan dan diiringi alat musik, dan haruslah ada penyampaian melalui tutur kata dari mulut ke mulut sekurang-kurangnya sejarak satu generasi (id.wikipedia.org ). Dalam konteks kesenian, tradisi lisan memiliki ciri-ciri yaitu; (1) tidak ada atau tidak jelasnya nama pencipta repertoar-repertoar yang ada, (2) tidak memiliki notasi tersendiri, (3) proses transmisi dilakukan oleh generasi sebelum kepada generasi berikutnya dengan cara lisan atau dengan praktik langsung oleh si murid (Sebayang, 2011). Jika dilihat dari sisi pewarisan kesenian, tradisi oral ini memiliki kelemahan, salah satunya adalah jika rantai pewarisan kesenian terputus pada generasi tertentu maka kemungkinan besar generasi selanjutnya tidak lagi 6

mengenal kesenian tersebut. Hal ini dikarenakan seniman pendahulu semakin uzur bahkan telah tiada. Penulis berkeyakinan menyelamatkan jati diri masyarakat Manggarai dimulai dari menghidupkan kembali kebudayaannya termasuk kesenian masyarakatnya. Persoalan yang dihadapi penulis adalah bagaimana cara melestarikan kesenian Manggarai? Melalui penelitian ini penulis hendak mengangkat keaslian salah satu musik tradisional Manggarai dan membatasi diri pada aspek tertentu saja yakni Instrumen Musik Gong Gendang. Gong dan gendang dalam kebudayaan Manggarai merupakan perangkat instrumen musik yang dimiliki setiap kampung. Sebuah kampung di daerah Manggarai ditandai dengan adanya rumah adat yang dalam bahasa setempat disebut mbaru tembong/mbaru Gendang. Salah satu fungsi dari mbaru tembong/mbaru Gendang adalah tempat menyimpan dan dibunyikannya gong dan gendang. Mbaru tembong juga merupakan tempat kaum muda belajar sanda dan mbata (bentuk nyanyian dan tarian tradisi Manggarai) atau belajar mengetahui pukulan alat musik gong dan gendang (Janggur, 2010:23) Gong gendang dengan segala kekayaan iramanya mempunyai fungsi tertentu dan berkaitan erat dengan segala aspek kesenian dan upacara tradisional masyarakat Manggarai, baik sebagai pengiring tari-tarian tradisi, lagu-lagu, maupun sebagai suatu komposisi permainan gong-gendang itu sendiri. Setiap kampung memiliki perangkat instrumen musik gong gendang sebagai sarana kesenian dalam kampung tersebut. Penulis melakukan transkripsi terhadap kekayaan irama pukulan gong gendang etnis Manggarai yang terdapat di rumah adat (Mbaru Gendang/mbaru 7

tembong) Kolang di desa Ulubelang Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai. Transkripsi adalah proses penotasian bunyi, mengalihkan bunyi menjadi simbol visual (Nettl, 1964:98). Apa yang dilakukan ini sekaligus sebagai langkah untuk melestarikan musik tradisi. Lebih dari sekedar mencatat bunyi irama yang indah, penulis melengkapi pemahaman akan irama tersebut dengan menggali kegunaan dan fungsi masingmasing irama. Menurut penulis apalah arti sebuah bunyi atau irama tanpa nilai dan fungsi. Maka apalah arti melestarikan kekayaan budaya tanpa memahami nilainilai yang tersimpan di dalamnya. Transkrip irama gong gendang dan berikut kegunaan serta fungsinya dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran muatan lokal di sekolah dan untuk kepentingan aransemen atau modifikasi menjadi wajah yang tampak baru, tergantung pelaku seni yang membutuhkan. Tujuan yang hendak dicapai adalah pelestarian irama gong gendang etnis Manggarai. Transkripsi ini juga menjadi sarana yang menjembatani masyarakat etnis Manggarai dengan dunia luar. Melihat hakikat dari kebudayaan dan masyarakat, ancaman kepunahan kesenian tradisional sebagai bagian dari kebudayaan, dan niat untuk mengabdikan ilmu yang diperoleh untuk berbuat sesuatu terhadap fenomena yang mencemaskan di atas, maka penulis tergerak untuk mengadakan penelitian dengan judul Transkripsi Irama Gong Gendang Etnis Manggarai di Mbaru Gendang Kolang Desa Ulubelang Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai 8

1.2. Masalah Penelitian Adapun masalah yang diteliti berkaitan dengan transkripsi irama gong gendang etnis Manggarai di Mbaru Gendang Kolang Desa Ulubelang Kecamatan Satarmese Kabupaten Manggarai adalah: 1. Apa saja jenis irama pukulan gong-gendang yang terdapat di Mbaru Gendang Kolang Desa Ulubelang, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai? 2. Apa kegunaan dan Fungsi dari masing-masing irama tersebut dalam konteks upacara adat di kampung Kolang? 3. Bagaimana bentuk transkripsi setiap irama pukulan gong-gendang yang terdapat di Mbaru Gendang Kolang? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi jenis-jenis irama pukulan gong-gendang etnis Manggarai yang terdapat di Mbaru Gendang Kolang Desa Ulubelang Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai. 2. Memahami kegunaan dan fungsi dari masing-masing irama tersebut dalam konteks upacara adat pada masyarakat kampung Kolang. 3. Membuat transkripsi setiap irama pukulan gong gendang yang terdapat di Mbaru Gendang Kolang Desa Ulubelang, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai. 9

1.4. Kontribusi dan Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Pemerintah, sebagai upaya pelestarian irama musik gong- gendang Etnis Manggarai 2. Bagi masyarakat etnis Manggarai khususnya Desa Ulubelang, Kecamatan Satar Mese dan masyarakat luar etnis, sebagai panduan belajar instrumen gong-gendang Manggarai, dan referensi bagi penelitian yang terkait selanjutnya. 3. Bagi Program Studi Pendidikan Sendratasik khususnya dan Universitas Widya Mandira umumnya, sebagai referensi pembelajaran musik etnik, dan menambah dokumen hasil penelitian bagi prodi dan universitas. 4. Bagi diri sendiri, untuk mengembangkan pengetahuan, minat dan kecintaan penulis terhadap kesenian etnis Manggarai 10