BAB I PENDAHULUAN. tingkatan (Jlala, Bedforth, Herdman, 2010). pre operasi fraktur femur dengan spinal anestesi di Rumah Sakit Prof. Dr.

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spirituial dan penyakit)

BAB I LATAR BELAKANG

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, prevalensi gangguan kecemasan berkisar pada angka 6-7% dari

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Peran perawat tidak hanya

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen ibu (WHO,

HUBUNGAN PENGETAHUAN PROSEDUR BEDAH DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN BEDAH USIA DEWASA DI RUANG BEDAH RSUD CIDERES PERIODE MEI-JUNI TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan operasi sangat beresiko, lebih dari 230 juta operasi mayor

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami hambatan dalam persalinan. 1. interaksi secara sinkron antara kekuatan his dan mengejan (power), jalan

BAB I PENDAHULUAN. xiv

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN BOOKLET SPINAL ANESTESI TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN SECTIO CAECAREA

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM AISYIYAH PONOROGO NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK. Kata Kunci: Dukungan Psikososial, Tingkat Kecemasan, Pre Operasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

SKRIPSI SULASTRI J

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk. menggambarkan keragamanfungsi keperawatan yang berkaitan dengan

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 307 per kelahiran hidup (KH). Data AKI tahun 2009 sebesar

A. Latar belakang masalah

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Ansietas atau kecemasan adalah keadaan mood yang berorientasi dan

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB I. Pendahuluan. cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian. Kanker adalah suatu

FIRMAN FARADISI J

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kharisma DwiArrum Amarillah 1, Ardi Pramono 2

BAB I PENDAHULUAN. didalam tindakan operasi atau pembedahan untuk menghilangkan rasa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

ARTIKEL ILMIAH ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio. ANALISIS JURNAL: The Effect of Performing Preoperative. pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh

Siti Fadlilah INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Gigi dan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan pembedahan dan anestesi merupakan tindakan yang mendatangkan stress, karena terdapat ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa seseorang. Adanya stress tersebut dapat menimbulkan suatu kondisi kecemasan terhadap pasien. Beberapa studi yang pernah dilakukan menyatakan bahwa sekitar 60% - 80% pasien yang akan menjalani operasi akan mengalami kecemasan pre operasi dan pre anestesi dalam berbagai tingkatan (Jlala, Bedforth, Herdman, 2010). Menurut penelitian (Makmuri, 2007) tentang tingkat kecemasan pasien pre operasi fraktur femur dengan spinal anestesi di Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto menunjukkan bahwa dari 40 orang responden terdapat 16 orang atau 40,0% yang memiliki tingkat kecemasan dalam kategori sedang, 15 orang atau 37,5% dalam kategori ringan, responden dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 7 orang atau 17,5% dan responden yang tidak merasa cemas sebanyak 2 orang atau 5%. Hal ini menunjukkan sebagian besar pasien pre operasi mengalami kecemasan, maka dari itu alasan penulis memilih spinal anestesi karena pasien tetap sadar selama operasi, pasien akan melihat, mendengar semua prosedur operasi, ini bisa mengakibatkan kecemasan pasien semakin bertambah. Anestesi spinal (anestesi regional) masih menjadi pilihan untuk bedah sesar dan operasi daerah abdomen serta ekstermitas bagian bawah. Anestesi 1

2 spinal merupakan suatu metode anestesi dengan menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid di daerah lumbal. Anestesi spinal membuat pasien tetap dalam keadaan sadar sehingga masa pulih lebih cepat dan dapat dimobilisasi lebih cepat (Morgan, 2013). Pre operasi dimulai ketika keputusan untuk informasi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi.tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan, sehingga pasien memerlukan pendekatan spiritual untuk mendapatkan ketenangan dalam menghadapi operasi. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik klinik bedah (Brunner dan Suddart, 2010). Kecemasan biasanya ditunjukan sebagai perasaan tidak nyaman atau tegang yang disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis dan parasimpatis, sistem endokrin dan adanya kenaikan hormon katekolamin sebagai respon terhadap stress yang mengakibatkan takikardi hipertensi dan hemodinamik yang tidak stabil (Stuart, 2007). Masalah psikososial khususnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi anestesi dan pembedahan. Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat didetekasi dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya tekanan darah, nadi, dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih (Carpenito, 2007).

3 Menurut Lutfa dan Maliya (2008), faktor- faktor yang mengakibatkan cemas yaitu usia pasien, pengalaman, konsep diri dan peran,tingkat pendidikan, akses informasi, tindakan operasi, tingkat sosial ekonomi, kondisi medis. Penyebab kecemasan pada pasien pre operasi dan pre anestesi bisa karena takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktahuan atau takut tentang deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh. Kecemasan juga dapat menggangu dalam proses pre anestesi maupun intra anestesi (Stuart, 2007). Menurut penelitian Nurmala (2009) dari 30 pasien yang akan dilakukan anestesi dan operasi, 4 orang (13,3 %) menunjukkan tingkat kecemasan sedang, 20 orang (66,7 %) tingkat kecemasan ringan, dan 6 orang (20%) sama sekali tidak mengalami kecemasan. Pasien yang kurang pengetahuan tentang pre operasi tidak tahu konsekuensi operasi dan takut terhadap prosedur operasi dapat mengakibatkan gangguan respon psikologis yang sering menyertai adalah kecemasan. Menurut hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Suparman (2012) di IBS RSUD Muntilan Kabupaten ada (66,7%) pasien yang pengetahuan kurang mengalami kecemasan sebelum operasi dan anestesi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di ruang IBS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah Rumah Sakit dengan tipe B, diperoleh data bahwa pada bulan Desember 2016 sampai Februari 2017 jumlah pasien yang dilakukan operasi dengan spinal anestesi dalam semua umur berjumlah ± 300 pasien. Jumlah operasi dengan tindakan spinal anestesi bulan Desember

4 sampai Februari 2017 dalam batasan umur 36-65 tahun sekitar 131 pasien, dengan rata-rata perbulannya 44 pasien operasi dengan spinal anestesi. Adanya pengaruh kecemasan pasien belum siap dilakukan operasi dan anestesi karena alasan takut dan belum maksimalnya dukungan keluarga. Namun demikian dokter spesialis bedah yang dan dokter spesialis anestesi beserta perawat anestesi dan perawat bedah telah berupaya untuk menyakinkan pasien untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan dengan melakukan kunjungan preoperasi dan pre anestesi (visite) untuk mempersiapkan fisik dan psikologis pasien yang akan dioperasi dan anestesi. Perawat anestesi juga berperan dalam memberikan asuhan keperawatan pre anestesi dengan memberikan informasi tentang prosedur pembiusan yang akan dilaksanakan dan alat yang dipergunakan, walaupun belum maksimal. Berdasarkan uraian diatas, peneliti melihat tingkat kecemasan memiliki peran penting pada pasien sebelum tindakan operasi dan anestesi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan operasi dengan tingkat kecemasan pre operasi pasien dengan tindakan spinal anestesi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut Sejauh mana hubungan pengetahuan operasi dengan tingkat kecemasan preoperasi pasien dengan spinal anestesi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya sejauh mana hubungan pengetahuan operasi dengan tingkat kecemasan preoperasi pasien dengan tindakan spinal anestesi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus untuk : a. Diketahuinya tingkat pengetahuan operasi pada pasien dengan spinal anestesi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. b. Diketahuinya tingkat kecemasan pre operasi pada pasien spinal anestesi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. D. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi materi keperawatan dasar anestesi atau manfaat dari kunjungan pre anestesi dalam mempersiapkan fisik dan mental pasien yang akan dilakukan tindakan operasi dan anestesi. Sebagai responden dalam penelitian ini adalah pasien yang akan dilakukan tindakan spinal anestesi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Sebagai informasi yang dapat digunakan sebagai masukan pada ilmu pengetahuan dan acuan pengembangan proses penelitian dalam ilmu praktek keperawatan khususnya bagi pengembangan ilmu praktek keperawatan anestesi.

6 2. Manfaat Praktis a. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Memberikan masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam memepersiapkan pasien yang akan menjalani tindakan operasi dan pembiusan baik secara psikologis maupun fisiologis yang mendukung demi tercapainya kenyamanan dan kesiapan pasien untuk menjalani operasi dan anestesi. b. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Sebagai bahan masukan dalam proses kegiatan belajar mengajar terutama penatalaksanaan proses keperawatan pasien dengan kecemasan pre operasi dan pre anestesi yang akan menjalani operasi dengan spinal anestesi. c. Bagi Perawat Perawat dapat memahami dan memberikan penyuluhan tentang prosedur preoperasi dan preanestesi pada pasien yang akan menjalani tindakan operasi dan anestesi guna mempersiapkan fisik dan mental pasien. d. Bagi Peneliti Memperoleh ilmu dan pengalaman yang nyata mengenai hubungan pengetahuan pasien dengan tingkat kecemasan preoperasi dan preanestesi spinal.

7 F. Keaslian Penelitian Penulis belum menemukan penelitian khusus tentang hubungan pengetahuan pasien dengan tingkat kecemasan preoperasi dan preanestesi pada pasien spinal anestesi. Penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya dan mengangkat masalah kecemasan preoperasi dan preanestesi adalah : 1. Suparman (2012) dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan Operasi dengan Tingkat Kecemasan Pre Operasi pada Pasien General Anestesi di IBS RSUD Muntilan Kabupaten Magelang, Penelitian yang digunakan adalah bersifat analitik kuantitatif obsevasional (non eksperimen )sedangkan desain penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional, dalam penelitian ini adalah pasien yang di lakukan operasi elektif dengan tindakan General Anestesi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden dengan menggunakan Teknik accidental sampling dengan analisis data menggunakan Spearman Rank Correlation. Persamaan dengan penelitian ini adalah pengetahuan dengan kecemasan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat penelitian, responden, populasi, sampel, hasil penelitian. 2. Firdaus (2014), Uji Validitasi Kontruksi dan Reliabilitas Instrumen The Amsterdam PreOperative Anxiety And Information Scale (APAIS) Versi Indonesia, responden yang diambil data sebagai penelitian adalah sebanyak 102 pasien yang akan menjalani operasi elektif, mengisi instrument APAIS Versi Indonesia satu hari sebelumnya. Validitas konstruksi dinilai dengan metode analisis factor. Reliabilitas dinilai dengan konsistensi inernal Cronbach s Alpha. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti

8 kecemasan. Perbedaannya adalah jenis penelitian, desain penelitian, analisa data, populasi dan sampel. 3. Prima (2017) dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Video Terhadap Kecemasan Pada Pasien Pre Anestesi dengan Tindakan Spinal Anestesi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogjakarta. Penelitian yang digunakan adalah jenis group pre test and post test with control, Variable independent dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan menggunakan video dan variable dependen adalah kecemasan pasien pre anestesi dengan tindakan spinal anestesi di PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Analisa yang digunakan Independent T-Test. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian, desain penelitian, analisa, variabel, populasi dan sampel. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama kecemasan.