PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 11 MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
Keywords: phenomenon-based learning model, conventional learning model, critical thinking skill, learning outcome.

PENGARUH PENDEKATAN ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK KELAS X SMAN 1 MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG

PENGARUH MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

Jurusan Kimia, Jalan Mannuruki IX, Makassar 90224

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 2 MAJENE

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar 90224

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI PESERTA DIDIK KELAS XI SMK ISLAM DDI PONIANG MAJENE

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Yang Berorientasi Pada Kurikulum 2013 Dengan Materi Fluida Statis Di Kelas X SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 03, September 2015, ISSN:

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI ASAM BASA DI SMA

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

Artikel diterima: Oktober 2017; Dipublikasikan: November 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

Yosico Indagiarmi 1 and Abd Hakim S 2

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BlogMatika sebagai Media Penugasan bagi Siswa dalam Pembelajaran Matematika pada Sekolah Berbasis Teknologi Informasi

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar

PENGARUH MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 2 TANGGUL ARTIKEL

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Darussalam 23111, Banda Aceh. ABSTRAK. Kata Kunci: Kooperatif Tipe Jigsaw, Pencemaran Lingkungan, Berpikir Kritis.

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGARUH PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENCE PROCESS AND ENVIRONMENT TERHADAP KETERCAPAIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERAMPILAN ILMIAH SISWA SMP

Kata kunci: Efektivitas, keterampilan proses, pendekatan induktif, sikap ilmiah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 POLEWALI

MODEL QUANTUM TEACHING DISERTAI METODE EKSPERIMEN DAN DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP. Winda Ayu Wijayanti, Indrawati, Trapsilo Prihandono

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

Delia Amas Triana, Edi Hernawan, Romy Faisal Mustofa ABSTRACT

PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUT DOOR STUDY) DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 SUNGAI KAKAP

KEEFEKTIFAN STRATEGI QUESTION-ANSWER RELATIONSHIP

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, ISSN:

Unnes Physics Education Journal


Evi Aspirani SMAN 1 Mare, jalan Makmur no.1 Kec. Mare, Kabupaten Bone

Widianita*, Elva Yasmi Amran**, dan R. Usman Rery*** Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau.

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 02 BATU

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI SEL DI KELAS XI IPA

Unnes Physics Education Journal

Diana Puspitasari, Eko Swistoro dan Eko Risdianto

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PREDICTION GUIDE DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN DISCOVERY-INQUIRY DI SMA

Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar

PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI HIMPUNAN

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

Pengembangan Alat Praktikum Gelombang Stasioner untuk Melatihkan Keterampilan Proses Siswa SMA Kelas XI

Ari Soraya Nurilah, Sudarti, Nuriman

Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

PENERAPAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PADA KONSEP TEKANAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOORPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN DISCOVERY INQUIRY DI SMA

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

OLEH: MIA BUDI AROFA NIM. E1M

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, ISSN:

Nurasia Jurusan Kimia Fakultas Sains Universitas Cokroaminoto Palopo

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

Laela Ngasarotur Risfiqi Khotimah Partono Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

PENGARUH MODEL INQUIRY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT & STAD DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SUBMATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SMP

PENGARUH MODEL PROJECT BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK FLUIDA STATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGGUNAKAN PEER ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN DIRECT INSTRUCTION

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGJATI

PENGARUH PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF JIGSAW TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS MACROMEDIA FLASH 8 TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)...

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS HANDS-ON TEKNIK GUIDED WORKSHEET ACTIVITY TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DI SMP

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 06 No. 03, September 2017, ISSN:

Kata-kata kunci: minat belajar, hasil belajar aspek kognitif, metode konvensional, media video. Abstract

JURNAL SKRIPSI OLEH : NONI MULIANA LISTIAWATI E1M

Transkripsi:

ISSN Cetak: 1858-33X dan Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) ISSN Online: 2548-6373 1 Jilid Jurnal 13, Nomor Sains 3. Desember dan Pendidikan 217 Fisika. Jilid 13, Nomor 3, Desember 217, hal. 265 271 Website:http://ojs.unm.ac.id Hal: 263-271 PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 11 MAKASSAR EFFECT OF GUIDED INQUIRY LEARNING AGAINST SCIENCE PROCESS SKILLS AND SCIENTIFIC ATTITUDES STUDENTS OF CLASS XI MIA SMAN 11 MAKASSAR 1) Salman, 2) Herman Anis, 3) Muhammad Arsyad 1,2,3) Universitas Negeri Makassar Kampus UNM Parangtambung Jln. Daeng Tata Raya, Makassar, 9224 1) e-mail : salman.fisika1@gmail.com Abstrak. Penelitian ini termasuk eksperimen semu yang bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah peserta didik setelah diajar melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dan diajar secara konvensional pada SMAN 11 Makassar serta menganalisis perbedaan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah peserta didik antara kelompok yang diajar melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelompok yang diajar secara konvensional pada SMAN 11 Makassar. Sampel penelitian ini adalah kelas XI MIA 2 sebanyak 37 orang sabagai kelas kontrol dan kelas XI MIA 3 sebanyak 38 orang sebagai kelas eksperimen. Selanjutnya berdasarkan analisis deskriptif diperoleh keterampilan proses sains kelas kontrol berada di kategori tinggi dengan persentase 56,76% sedangkan kelas eksperimen juga berada di kategori tinggi dengan persentase 81,58% dan untuk sikap ilmiah peserta didik keduanya berada di kategori tinggi dengan persentase kelas kontrol 91,89% dan kelas eksperimen 73,68%. Untuk analisis inferensial diperoleh bahwa data keterampilan proses sains tidak terdistribusi normal dan tidak homogen sehingga digunakan statistik nonparametrik metode Mann-Whitney yang menunjukan bahwa H ditolak dan H 1 diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses sains kelompok yang diajar melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelompok yang diajar secara konvensional. Data sikap ilmiah memenuhi syarat untuk uji-t yang menunjukan bahwa H 1 ditolak dan H diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap ilmiah kelompok yang diajar melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelompok yang diajar secara konvensional. Kata kunci : pembelajaran inkuiri terbimbing, keterampilan proses sains, sikap ilmiah, metode Mann-Whitney Abstract. This study included quasi-experiment that aims to describe the science process skills and scientific attitude of students after being taught through guided inquiry learning and taught conventionally at SMAN 11 Makassar and analyze differences in science process skills and scientific attitude of learners between the group taught through guided inquiry learning groups and taught conventionally at SMAN 11 Makassar. Samples were taken from class XI MIA 2 total of 37 people as control classes and class XI MIA 3 as many as 38 people as a experiment classes. Furthermore, based on the descriptive analysis obtained control class science process skills are in high category with a percentage of 56.76% while the experimental group were also in high category with a percentage of 81, 58% and for the scientific attitude of students both were in the high category with the percentage of 91.89% control class and experimental class 73.68%. For inferential analysis showed that the data science process skills were not normally distributed and inhomogeneous so used nonparametric statistical about Mann-Whitney methods shows that H rejected and H 1 accepted, meaning that there are significant differences between science process skills group taught through guided inquiry learning by group who taught conventionally. Data scientific attitude eligible for the t-test showed that H 1 is rejected and H accepted, meaning that there aren t significant differences between groups were taught scientific attitude through guided inquiry learning with the group that was taught conventionally. Keywords: guided inquiry learning, science process skills, scientific attitude, Mann-Whitney method PENDAHULUAN Kurikulum 213 merupakan terobosan baru dalam dunia pendidikan. Sistem pembalajaran yang diterapkan terintegrasi dengan pendekatan saintifik. Dalam praktiknya, pendekatan saintifik menuntun peserta didik untuk terlibat aktif dalam

264 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 13, Nomor 3, Desember 217, hal. 265 271 proses pembelajaran sesuai standar proses yang telah ditetapkan. Standar proses merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Pelaksanaan pembelajaran yang memenuhi standar proses akan memudahkan peserta didik dalam mencapai standar kompetensi lulusan. Kurikulum 213 menetapkan bahwa kompetensi yang harus dikembangkan adalah sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilaksanakan dengan pendekatan ilmiah dan menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran. SMA Negeri 11 Makassar merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pembelajaran dengan Kurikulum 213 (revisi). Sebagaimana peserta didik pada umumnya, peserta didik di SMA Negeri 11 Makassar juga mempunyai permasalahan dalam belajar. Hasil diskusi dengan guru mata pelajaran fisika bahwa terdapat peserta didik yang kesulitan memahami konsep fisika, kesulitan memilih persamaan yang tepat dalam menyelesaikan soal, sulit menjaga suasana yang kondusif sampai akhir pembelajaran di kelas, perlu waktu yang cukup lama untuk menyiapkan peserta didik (fokus pada materi), sebagian besar peserta didik belum memiliki buku materi dan tidak berusaha mencari buku yang relevan serta belum memanfaatkan waktu luang untuk mengunjungi perpustakaan sekolah. Demikian pula pendapat beberapa peserta didik, yang menganggap mata pelajaran fisika tidak menyenangkan dan sulit untuk dipahami karena terlalu banyak rumus yang harus dihafal. Hal ini terlihat dari persentase pelaksanaan praktikum hanya 15% dalam satu semester dan format laporan praktikum yang disediakan lebih menekankan pada pelaporan praktikum serta berujung pada hasil belajar peserta didik yang masih tergolong rendah yakni sekitar 5% peserta didik kelas X tidak tuntas pada mata pelajaran fisika, 85 % peserta didik yang memperoleh nilai di bawah 8 (dengan KBM 75) dan sisanya memperoleh nilai di atas 8. Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik adalah belum optimalnya kemampuan mereka dalam memahami masalah, menginterpretasi data, menganalisis data, merumuskan masalah, memprediksi suatu hasil, dan mengomunikasikan data (Trianto, 213). Hal ini dapat disebabkan oleh, peserta didik belum terbiasa menganalisis dan mengolah data yang diperoleh melalui pembelajaran terutama melalui eksperimen, untuk itu diperlukan kegiatan pembelajaran yang memuat proses penyelidikan (inquiry) sehingga diperoleh data yang dapat dianalisis, baik secara grafik maupun melalui persamaan-persamaan fisika. Indikator yang telah diuraikan seperti; menginterpretasi data, menganalisis dan mengomunikasikan data merupakan aspek keterampilan proses sains (Chiapetta, 2). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti beranggapan bahwa keterampilan proses sains peserta didik dapat dilatihkan melalui pembelajaran berbasis inkuiri, karena inkuiri mengharuskan peserta didik mencari dan mengolah informasi/data untuk menemukan sendiri sesuatu konsep atau pengertian melalui kegiatan penyelidikan (Kemendikbud, 217). Secara umum, peserta didik kelas XI MIA belum terbiasa untuk belajar mandiri sehingga perlu bimbingan dari guru untuk menemukan suatu konsep dan khusus pada kelas XI MIA 3, peserta didik lebih mudah, terarah, dan tertarik melakukan penyelidikan ketika guru menyediakan topik permasalahan, pertanyaan-pertanyaan awal, dan materi/bahan penunjang dalam pembelajaran. Kemudian peserta didik merumuskan masalah dan menguji hipotesis dengan bimbingan guru melalui proses penyelidikan untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Kualitas data atau informasi yang diperoleh dari kegiatan penyelidikan merupakan gambaran sikap ilmiah pada setiap peserta didik (Anwar, 29). Melalui

Salman, Pengaruh Pembelajaran Inqury Terbimbing Terhadap Keterampilan... 265 kegiatan penyelidikan dengan bimbingan guru, sikap ilmiah peserta didik akan tumbuh dalam diri peserta didik sebagaimana hasil penelitian (Sari, 215) menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap keterampilan proses dan sikap ilmiah. Dengan demikian, peneliti melakukan penelitian untuk mengkaji Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas XI MIA SMA Negeri 11 Makassar. Rumusan masalah penelitian yang difokuskan yakni (1) Bagaimana gambaran keterampilan proses sains dan sikap ilmiah peserta didik yang diajar secara konvensional pada kelas XI MIA 2 SMA Negeri 11 Makassar tahun ajaran 217/218?, (2) Bagaimana gambaran keterampilan proses sains dan sikap ilmiah peserta didik yang diajar melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas XI MIA 3 SMA Negeri 11 Makassar tahun ajaran 217/218?, dan (3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan skor keterampilan proses sains dan sikap ilmiah antara kelompok yang diajar melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelompok yang diajar secara konvensional pada peserta didik kelas XI MIA SMA Negeri 11 Makassar tahun ajaran 217/218? METODE Penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan desain static group comparison (borg, 23). Populasi dalam penelitian ini yaitu 263. orang kemudian diambil 37 orang sebagai kelas kontrol dan 38 orang sebagai kelas eksperimen. Instrumen penelitian terdiri atas tes keterampilan proses sains dan kuesioner sikap ilmiah. Keterampilan proses sains yang dimaksud memuat 6 indikator yakni merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menerapkan konsep, memprediksi hasil, mengomunikasikan data, dan menafsirkan. Sikap ilmiah yang dimaksud memuat 7 indikator yakni ingin tahu, berpikiran terbuka, teliti, ketekunan, kerjasama, berpikir kritis, dan respek terhadap data. Instrumen keterampilan proses sains dalam bentuk uraian berjumlah 18 soal dengan lima kriteria untuk setiap soal, skor maksimal 5 diperoleh peserta didik jika semua aspek yang ditentukan terpenuhi dan skor minimal jika tidak ada aspek yang dipenuhi ataupun tidak diisi. Instrumen sikap ilmiah berbentuk kuesioner berjumlah 4 pernyataan yang mewakili 7 indikator sikap yang diambil, penskoran sikap ilmiah peserta didik digunakan skala likert baik untuk pernyataan positif dan pernyataan negatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Keterampilan Proses Sains Adapun data distribusi frekuensi dan pengkategorian skor keterampilan proses sains peserta didik SMA Negeri 11 Makassar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Pengkategorian Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Pada Kelas Interval Skor Eksperimen dan Frekuensi (%) Frekuensi (%) 73 9 Sangat tinggi 12 31,58 55 72 Tinggi 19 5 21 56,76 37 54 Sedang 7 18,42 16 43,24 19 36 Rendah 18 Sangat Rendah Jumlah 38 37

Skor Rata-rata Frekuensi (%) 266 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 13, Nomor 3, Desember 217, hal. 265 271 Tabel 1. menunjukkan bahwa keterampilan proses sains peserta didik pada kelas eksperimen berada pada kategori tinggi, dengan persentase yaitu 81,58 % yang diakumulasikan dari kategori tinggi dan sangat tinggi sedangkan pada kelas kontrol keterampilan proses sains peserta didik juga berada pada kategori tinggi, dengan persentase yaitu 56,76 %. Secara umum keterampilan proses sains peserta didik kelas eksperimen berkisar pada kategori tinggi sampai kategori sangat tinggi jika dibandingkan dengan keterampilan proses sains peserta didik kelas kontrol yang berada pada kategori sedang sampai kategori tinggi. Adapun persentase skor keterampilan proses sains peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan pengkategorian keterampilan proses sains melalui analisis deskriptif, dapat dilihat pada diagram berikut 6 5 4 3 2 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Gambar 1. Diagram Persentase Nilai Keterampilan Proses Sains Peserta Didik dan Kelas Kontrol Berdasarkan Distribusi Frekuensi Perolehan skor rata-rata untuk keenam indikator keterampilan proses sains pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yakni merumuskan masalah (A), merumuskan hipotesis (B) menerapkan konsep (C), memprediksi hasil (D), mengomunikasikan data (E), dan menafsirkan (F) ditampilkan pada diagram berikut. 14 12 8 6 4 2 A B C D E F Indikator Keterampilan Proses Sains Gambar 2. Diagram Skor Rata-rata Keterampilan Proses Sains pada dan Sikap Ilmiah Adapun data distribusi frekuensi dan pengkategorian skor sikap ilmiah peserta didik SMA Negeri 11 Makassar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2

Frekuensi (%) Salman, Pengaruh Pembelajaran Inqury Terbimbing Terhadap Keterampilan... 267 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Pengkategorian Sikap Ilmiah Peserta Didik Pada dan Kelas Kontrol Interval Skor Frekuensi (%) Frekuensi (%) 161 2 Sangat tinggi 1 2,63 121 16 Tinggi 28 73,68 34 91,89 81 12 Sedang 9 23,69 3 8,11 41 8 Rendah 4 Sangat Rendah Jumlah 38 37 Tabel 2. menunjukkan bahwa keterampilan proses sains peserta didik pada kelas eksperimen berada pada kategori tinggi, dengan persentase yaitu 73,68 % sedangkan pada kelas kontrol keterampilan proses sains peserta didik juga berada pada kategori tinggi, dengan persentase yaitu 91,89 %. Eksperimen Adapun persentase skor keterampilan proses sains peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan pengkategorian keterampilan proses sains melalui analisis deskriptif, dapat dilihat pada diagram berikut Kontrol 9 8 7 6 5 4 3 2 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Gambar 3. Diagram Persentase Nilai Keterampilan Proses Sains Peserta Didik dan Kelas Kontrol Berdasarkan Distribusi Frekuensi Perolehan skor rata-rata untuk ketujuh indikator sikap ilmiah pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yakni rasa ingin tahu (A), berpikiran terbuka (B) teliti (C), ketekunan (D), kerjasama (E), berpikir kritis (F), dan respek terhadap data (G) ditampilkan pada diagram berikut.

Skor Rata-rata 268 Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Jilid 13, Nomor 3, Desember 217, hal. 265 271 3 25 2 15 5 A B C D E F G Indikator Sikap Ilmiah Gambar 4. Diagram Skor Rata-rata Sikap Ilmiah pada dan PEMBAHASAN Indikator keterampilan proses sains yang cukup dominan pada kelas eksperimen yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, memprediksi hasil, dan mengomunikasikan data. Hal ini menunjukkan bahwa sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing yang memuat pendekatan ilmiah berbasis praktikum berperan penting dalam melatih keterampilan-keterampilan tersebut secara efektif. Indikator menerapkan konsep juga terlihat masih didominasi kelas eksperimen namun memerlukan tindak lanjut pada latihan soal yang lebih banyak untuk memaksimalkan keterampilan ini. Indikator menafsirkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar karena hampir setiap akhir pertemuan di kelas, guru memberikan kesimpulan materi. Indikator ini sangat fleksibel terhadap berbagai metode pembelajaran. Untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan statistik non parametrik metode Mann-Whitney (bantuan program aplikasi SPSS), hasil anlisis data keterampilan proses sains memperlihatkan bahwa H ditolak dan H 1 diterima pada taraf signifikansi 5 %, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses sains peserta didik yang diajar melalui pembelajaran inkuiri terbimbing, dengan peserta didik yang diajar secara konvensional. Hal lain terlihat pada sikap ilmiah, dimana pengujian hipotesis menggunakan uji-t (bantuan program SPSS) menghasilkan H diterima dan H 1 ditolak artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap ilmiah peserta didik yang diajar melalui pembelajaran inkuiri terbimbing, dengan peserta didik yang diajar secara konvensional. Pengambilan indikator sikap ilmiah yang cukup banyak menyebabkan pengukuran tidak dapat terkonsentrasi pada setiap pertemuan. Peneliti terbatas pada satu instrumen sehingga perbedaan sikap ilmiah belum terlihat melalui data, artinya penelitian sikap ilmiah memerlukan data pembanding dari intrumen lain yang dikumpulkan setiap pertemuan di kelas. Penyebab teknis juga dimungkinkan terjadi dalam proses pengisian kuesioner sikap ilmiah karena walupun peneliti telah mencantumkan pedoman pengisiannya, tetapi peserta didik mempunyai peluang besar untuk mengisi angket secara acak maupun diisi secara tidak jujur. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat dismpulkan sebagai berikut. 1. Keterampilan proses sains peserta didik setelah diajar secara konvensional pada kelas XI MIA SMA Negeri 11 Makassar tahun ajaran 217/218 berada pada kategori tinggi. 2. Keterampilan proses sains peserta didik setelah diajar melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas XI MIA SMA Negeri 11 Makassar tahun ajaran 217/218 berada pada kategori tinggi.

Salman, Pengaruh Pembelajaran Inqury Terbimbing Terhadap Keterampilan... 269 3. Sikap ilmiah peserta didik setelah diajar secara konvensional pada kelas XI MIA SMA Negeri 11 Makassar tahun ajaran 217/218 berada pada kategori tinggi. 4. Sikap ilmiah peserta didik setelah diajar melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas XI MIA SMA Negeri 11 Makassar tahun ajaran 217/218 berada pada kategori tinggi. 5. Terdapat perbedaan yang signifikan skor keterampilan proses sains antara kelompok yang diajar melaui pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelompok yang diajar secara konvensional pada peserta didik kelas XI MIA SMA Negeri 11 Makassar tahun ajaran 217/218. 6. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan skor sikap ilmiah antara kelompok yang diajar secara pembelajaran inkuiri terbimbing dengan yang diajar secara konvensional pada peserta didik kelas XI MIA SMA Negeri 11 Makassar tahun ajaran 217/218 DAFTAR RUJUKAN Anwar, H. 29. Penilaian Sikap dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu Vol. 2 No.5, 7-8. Borg, W. R. 23. Educational Research Seventh Edition. Boston: Allyn and Bacon. Chiapetta. 2. Science Instruction in the Middle and Secondary Schools Seventh Edition. Boston: Allyn and Bacon. Kemendikbud. 217. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII untuk SMP/MTs. Jakarta: Kemendikbud. Kemendikbud. 216. Permendikbud No. 22 Tahun 216 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud Sari, K. 215. Pengaruh Penerapan Metode Eksperimen dan Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal pendidikan Sains Indonesia Vol.3 No.2. Trianto. 213. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media Group