1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Pariwisata juga merupakan perpidahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan melaksanakan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Jenis pariwisata berdasarkan tujuan objeknya ada beberapa jenis yaitu wisata alam, budaya (cultural tourism), agama (religious), olahraga (sport tourism) dan lainlain. Belakangan ini muncul juga beberapa istilah-istilah lain yang berhubungan dengan Indonesia yaitu wisata kuliner, wisata kesehatan, wisata bahari dan lain-lain. Indonesia memiliki potensi alam dan budaya yang sangat beranekaragam dan layak untuk dibanggakan sebagai daerah objek wisata, karena suku bangsa Indonesia yang heterogen. Potensi alam tersebut seperti keindahan pegunungan, dan pantaipantai yang sangat potensial dijadikan sengai objek wisata. Indonesia juga memiliki budaya yang melimpah seperti tradisi, alat musik, kesenian, ukiran yang berbeda pada setiap suku bangsa. Potensi alam dan budaya tersebut juga mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penunjang perekonomian suatu daerah dan juga sebagai sumber devisa negara (Sitindaon,Riston.2005).
2 Sumatera Utara merupakan salah satu Propinsi yang kaya akan keindahan alam, salah satunya yaitu Danau Toba. Danau Toba membentang luas yang dikelilingi oleh tujuh kabupaten, yaitu kabupaten yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir yang memiliki panorama alam indah dan menjadi lokasi tujuan wisata (Http//www.google.com/files/danau toba (di akses 20 januari 2014). Banyak turis yang menempuh perjalanan ke Danau Toba ingin mendapatkan beberapa tanda mata atau kenang-kenangan dari perjalanan mereka. Benda tersebut seperti kartu pos, gantungan kunci, kerang laut, tenunan atau ukir-ukiran yang biasa disebut souvenir (Andrew Causey,2006:63). Pada dasarnya, Danau Toba dapat dijadikan sebagai objek wisata yang sangat menarik jika dikelola dengan baik. Namun, belakangan ini mulai terjadi penyusutan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba, demikian juga yang dialami desa Tongging Desa Tongging atau disebut juga Desa Tambusen berlokasi disisi barat Danau Toba yang masuk wilayah Kabupaten Karo lebih kurang 100 km dari Kota Medan atau 30 km dari kota Kabanjahe. Tahun 2007-2010 Tongging sempat menjadi daerah tujuan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke karo,(sumber. Dinas Pariwisata Seni Dan Budaya Kab.Karo). Tongging sebagai objek wisata cukup menarik untuk dikunjungi karena kawasan Tongging dapat digunakan sebagai lokasi bagi pecinta olah raga para layang. Karena penerjun bisa take off langsung dari gunung Sipisopiso. Hal itu dikarenakan letak geografis Tongging yang dianggap cukup potensial.
3 Desa Tongging dapat dilihat dengan jelas dari Penatapan Sipiso-piso Tonging merupakan salah satu desa dikabupaten Karo, yang tepatnya berada dipinggiran Danau Toba. Banyak pihak yang berharap bahwa sektor pariwisata akan mampu menjadi pemasok devisa utama setelah menurunnya peran minyak dan gas, Namun harapan itu masih belum terealisasi karena pola pikir (SDM) masyarakat tentang pariwisata masih rendah. Hal ini terlihat dari pemanfaatan Danau Toba oleh masyarakat Tongging. Masyarakat Tongging dapat memanfaatkan keindahan alam danau toba sebagai tempat mata pencaharian pada sektor pariwisata. Karena Desa Tongging sempat menjadi daerah tujuan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia khususnya di Kabupaten Karo. Jadi sektor pariwisata dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat Tongging. Apabila pariwisata Tongging hidup dan berkembang, masyarakat dapat hidup dari sektor penyedia barang dan jasa di bidang pariwisata, seperti pengusaha hotel, pengelola pantai, penyewa ban, penyewa kapal, penyewa sepeda air, jual makanan,penjual souvenir dan lain-lain. Masyarakat Tongging lebih tertarik memanfaatkan Danau Toba tersebut sebagai sumber mata pencaharian, yaitu dengan beternak ikan dengan sistem keramba jaring apung (KJA). Masyarakat Tongging lebih memprioritaskan keramba daripada pengembangan pariwisata. Adapun jenis ikan yang dipelihara masyarakat Tongging pada saat sekarang ini adalah ikan nila, ikan mas dan lele.
4 Pertanian ikan keramba apung di danau tektonik ini, sudah ada sejak tahun 1980-an. Namun saat itu tidak banyak yang tertarik. Pada tahun 2008, masyarakat di sekitar danau mulai melirik budidaya keramba ikan apung. Awalnya usaha keramba tradisional di Danau Toba yang berkembang sangat pesat, ada di Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun Utara. Haranggaol menjadi pemasok ikan air tawar terbesar di Sumatera Utara. Seiring dengan semakin menggeliatnya perekonomian petani keramba, maka bermunculanlah petani baru. Masyarakat Tongging mulai tergiur dengan keuntungan yang ditawarkan dari beternak ikan. Melihat kesuksesan petani keramba di Kelurahan Haranggaol, masyarakat Tongging juga mulai ikut membuka usaha beternak ikan dengan sistem keramba (http://satuenam tumblr.com/post/39184346500/12-tongging) Keberadaan keramba di pesisir Tongging berdampak terhadap kerusakan air dan keidahan alam Danau Toba. Karena pakan ikan (pelet) yang tidak habis dimakan ikan nila akan mencemari perairan Danau Toba dan dapat menumbuhkan eceng gondok. Semakin banyak eceng gondok yang tumbuh akan semakin mengurangi keindahan alam Danau Toba, sehingga wisatawan yang berkunjung ke Tongging juga menjadi berkurang. Dengan melihat kenyataan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti pengaruh keberadaan keramba terhadap pariwisata Danau Toba yang berada di desa Tongging. Peneliti juga ingin mengetahui bagaimana cara atau solusi yang tepat terhadap keramba tersebut dalam melestarikan dan pengembangan pariwisata agar wisatawan kembali tertarik berkunjung ke Tongging.
5 1.2. Identifikasi Masalah Adapun yang menjadi ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Latar belakang munculnya keramba ikan di desa Tongging. 2. Proses beternak ikan dengan sistem keramba jaring apung. 3. Pengaruh rusaknya air Danau Toba terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke Tongging. 4. Alasan masyarakat Tongging lebih memilih beternak ikan daripada mengembangkan pariwisata. 1.3. Rumusan Masalah 1. Bagaimana latar belakang munculnya keramba ikan di desa Tongging? 2. Bagaimana proses beternak ikan dengan sistem keramba jaring apung? 3. Bagaimana pengaruh rusaknya air Danau Toba terhadap jumlah pengunjung (wisatawan) yang datang ke Tongging? 4. Mengapa masyarakat Tongging lebih memilih beternak ikan daripada memajukan pariwisata Tongging? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya keramba ikan di desa Tongging. 2. Untuk mengetahui proses beternak ikan dengan system keramba jaring apung.
6 3. Untuk mengetahui pengaruh rusaknya air Danau Toba terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung ke Tongging. 4. Untuk mengetahui alasan masyarakat Tongging lebih memilih beternak ikan daripada memajukan pariwisata Tongging? 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dengan dilakukannnya penelitian ini adalah: 1.Secara praktis Untuk melatih si peneliti untuk melakukan penelitian dan menambah wawasan si peneliti mengenai pariwisata dan peternakan ikan dengan sistem keramba jaring apung yang ada di desa Tongging. 2.Secara teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi peneliti lain yang hendak mengkaji pariwisata danau toba atau keramba jaring apung dan peternakan ikan yang ada di desa Tongging Kecamatan Merek Kabupaten Karo.