BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ina Mariana, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu lingkungan sangat kaya dengan sumber-sumber media dan alat

BAB I PENDAHULUAN. memahami dengan benar apa yang mereka baca. Salah satu kegiatan membaca adalah membaca pemahaman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

MENULIS MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat memahami apa yang disampaikan. Pesan tersebut dapat berisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar bidang studi bahasa Indonesia dibutuhkan adanya komunikasi antara guru dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

M 2015 PENERAPAN TEKNIK BBM (BERPIKIR-BERBICARA-MENULIS) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

Tabel. 1. Empat Jenis Keterampilan Berbahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. bagi guru lebih terpusat pada transformasi nilai-nilai yang terpuji dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan secara khusus adalah mampu menguasai empat aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekarang. Tidak hanya dijadikan sebagai perantara informasi dan komunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Melalui pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. menulis (St. Y. Slamet, 2008: 57). Keterampilan menulis dan membaca

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya. Tirtarahardja

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa sebagai sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu berbahasa yang baik dan benar. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa disertakan dalam kurikulum disetiap jenjang pendidikan di sekolah. Dalam pembelajaran bahasa ada empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai yakni, keterampilan membaca, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Dari keempat aspek tersebut dapat dibagi menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan produktif dan reseptif. Menyimak dan membaca merupakan keterampilan yang reseptif yaitu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam menerima pesan dari pembicara atau peneliti, sedangkan dua aspek lain berbicara dan menulis merupakan kegiatan yang produktif. Pada perkembangannya, untuk memperoleh keterampilan berbahasa biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mulanya belajar menyimak, kemudian berbicara, membaca dan menulis. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan dan merupakan suatu kesatuan. Dalam proses pemerolehan bahasa, para ahli pengajaran bahasa menempatkan keterampilan menulis pada tataran tinggi dibandingkan keterampilan menyimak, berbicara dan membaca, karena keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak, berbicara dan membaca. Sebagaimana dikemukakan oleh Cahyani dan Hodijah (2007:10) bahwa: Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling rumit karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan 1

juga mengembangkan dan mengungkapkan pikiran-pikiran dalam suatu tulisan yang teratur. Hal senada diungkapkan oleh (Tarigan, 2008 : 01), menurutnya: Setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir. (Tarigan, 2008 : 01) Dari paparan di atas sangat jelas bahwa kemampuan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, akan tetapi harus melalui rangkaian proses pembelajaran. Menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan sehingga pembelajarannya pun perlu dilakukan secara berkesinambungan. Keterampilan menulis di sekolah dasar selanjutnya menjadi kemampuan dasar siswa sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis di sekolah dasar perlu mendapat perhatian yang serius sehingga dapat memenuhi target kemampuan menulis yang diharapkan. Pembelajaran menulis memberikan banyak manfaat bagi siswa, di antaranya mengembangkan kreativitas, cara berpikir, kecerdasan dan kepekaan emosi. Selain itu pembelajaran menulis juga harus diarahkan untuk membantu siswa dalam menuangkan ide, gagasan, pikiran, pengalaman dan perasaan mereka dalam bentuk tulisan. Selanjutnya, menurut Widodo (2009: 1) Keterampilan menulis oleh para ahli pengajaran bahasa ditempatkan pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Oleh sebab itu keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit. Meskipun keterampilan menulis itu dianggap sulit, tetapi peranannya penting bagi kehidupan manusia sangat penting dalam masyarakat sepanjang 2

zaman. Kegiatan menulis dapat ditemukan dalam aktivitas manusia setiap hari, seperti menulis surat, teks percakapan (dialog), laporan, buku, artikel dan sebagainya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kehidupan manusia hampir tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan menulis. Pada perkembangannya keterampilan menulis menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan, seperti terampil memilih kata, terampil menuangkan gagasan serta pandai menyusun kalimat berdasarkan ejaan yang disempurnakan (EYD). Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pengajaran bahasa Indonesia yaitu agar siswa terampil berkomunikasi baik secara lisan maupun secara tulisan. Jadi pembelajaran menulis di sekolah mempunyai kedudukan yang sangat penting sebagai upaya melatih siswa agar terlatih dan terampil menulis. Hal ini berarti pula sistem pembelajaran bahasa berubah sehingga perlu pemahaman dan penanganan yang serius, disamping perubahan metode itu sendiri menuntut implementasi secara hirarkis, dalam arti bahwa metode memerlukan pendekatan yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Kenyataan di atas mengharuskan pengajaran menulis digalakkan sedini mungkin, akan tetapi, disayangkan sehubungan dengan kegiatan menulis dalam pengajaran bahasa kedua biasanya dianggap sebagai keterampilan sekunder yang nilai pentingnya terletak di bawah kemampuan menyimak, berbicara dan membaca. Oleh karena dianggap sebagai keterampilan sekunder, motivasi siswa ketika mengikuti pembelajaran menulis rendah, dan hasilnya pun kurang menggembirakan. Kondisi demikian ini mengakibatkan produk menulis mereka sangat minim. Siswa merasa sangat berat ketika mendapat tugas dari guru mereka untuk menghasilkan tulisan tertentu, apalagi yang berkaitan produk menulis karangan. Sebuah pernyataan hasil sebuah penelitian yang dikemukakan oleh Alwasilah (Hartati, 2009: 48) mengungkap bahwa dalam 20 tahun terakhir pendidikan di Indonesia dari sekolah dasar hingga universitas belum berhasil mengajarkan menulis. Selain itu Alwasilah pada sebuah buku yang berjudul 3

Pokoknya Rekaya Literasi (2012: 168-172) memaparkan rapor merah literasi anak negeri yang memuat keterpurukan skor prestasi membaca siswa Indonesia. Dalam temuan PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study), tercatat bahwa skor prestasi membaca siswa indonesia hanya mencapai 407, berada di bawah skor rerata peserta keseluruhan yang mencapai 500. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa Indonesia menempati peringkat kelima dari bawah dari keseluruhan peserta. Selanjutnya, pada tulisan tersebut, Alwasilah menyatakan bahwa literasi siswa Indonesia masih jauh tertinggal oleh siswa negara-negara lain. Artinya, pendidikan nasional kita belum berhasil menciptakan warga negara literat yang siap bersaing dengan sejawatnya dari Negara lain. Ringkasnya, dalam skala internasional, literasi siswa bangsa Indonesia belum kompetitif. Menurutnya dalam laporan PIRLS tidak ditemukan skor prestasi menulis, sehingga kita tidak mengetahui bukti korelasi antara skor prestasi membaca dan skor prestasi menulis. Namun, dapat diprediksi bahwa prestasi menulis sangat bergantung pada kemampuan membaca. Ketika kemampuan membacanya di bawah standar, maka dapat dibuat kesimpulan sementara bahwa kemampuan menulisnya pun jauh di bawah standar yang ada. Temuan lain yang mengungkap keterpurukan kemampuan literasi bangsa Indonesia, tertuang dalam sebuah Jurnal Bahasa dan Sastra, Tatang (2011) yang menggambarkan permasalahan kemampuan menulis bangsa Indonesia. Data tersebut mengungkap penelitian UNDP (United Nations Development Programme atau Badan Program Pembangunan PBB). UNDP mengukur Human Develompment Index (HDI) atau Index Pembangunan Manusia (IPM) yang salah satu indikator penilaianya adalah hasil tes menulis pada orang dewasa. Menurut UNDP, kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia pada tahun 2007 berada di urutan 107 dari 169 negara. Indonesia berada jauh di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Korea Selatan, dan Singapura. Pada tahun 2010 peringkat HDI atau IPM Indonesia menurun menjadi peringkat ke 108 dari 169 negara (http://en.wikipedia.org, tanggal 14 Maret 2011). Organisasi internasional 4

lain yang juga melakukan tes sejenis itu adalah International Educational Achievement (IEA). Tes dilakukan terhadap kemampuan baca tulis siswa sekolah dasar di Indonesia. Dari laporannya disebutkan bahwa kualitas pendidikan dasar di Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvey (Republika, 2 Maret 1999). Dari dua tes di atas (UNDP dan IEA) menunjukkan bahwa kualitas baca-tulis orang Indonesia sangat lemah. Selain hasil temuan penelitian di atas, melalui studi pendahuluan berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDN Cicabe sekaligus sebagai Ketua Gugus 21 d Kecamatan Mandalajati Dinas Pendidikan Kota Bandung (Deni Kurniadi, S.Pd.MM.Pd, 2012) menyatakan bahwa SDN Cicabe merupakan sekolah berstandar nasional dengan berbagai prestasi siswa baik di bidang akademik maupun non akademik. Menurut data yang ada di gugus 21, diberbagai perlombaan tersebut salah satu bidang lomba yang belum pernah berhasil diraih adalah Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) baik itu tingkat gugus, kecamatan, dan kota, SDN cicabe belum bisa memperoleh hasil yang baik khususnya dalam lomba menulis karangan (mengarang), sedangkan perlombaan lainnya bisa meraih juara sampai tingkat kota, bahkan ada beberapa yang masuk ke tingkat propinsi sedangkan untuk tingkat kecamatan sudah biasa menjadi juara umum. Hal tersebut menjadi pertanyaan mengapa dari kegiatan menulis dalam hal pembelajaran menulis karangan/ lomba menulis karangan belum bisa mencapai hasil yang terbaik? Setelah dilakukan pengamatan ditemukan beberapa permasalahan yang menjadi hambatan dalam kegiatan menulis terutama dalam menulis karangan tersebut di antaranya adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru, siswa dan pendekatan yang kurang tepat. Guru kurang membiasakan siswa untuk menulis, dan guru kurang tepat dalam menentukan pendekatan untuk melatih siswa menulis. Sedangkan permasalahan yang ditimbulkan dari siswa di antaranya adalah rendahnya kemampuan menulis siswa, terutama dalam pembelajaran menulis karangan. Permasalahan itu ditandai oleh (1) rendahnya kemampuan 5

siswa dalam menulis cerita secara kronologis sehingga menjadi karangan yang utuh, (2) rendahnya kemampuan siswa dalam memadukan hubungan antar kalimat, serta (3) rendahnya kemampuan siswa dalam penggunaan ejaan dan tanda baca dalam karangan. Selain hal diatas, kenyataannya dewasa ini pendekatan yang digunakan dalam pengajaran keterampilan menulis yang banyak diterapkan di sekolah adalah pendekatan tradisional yakni mengajar siswa secara langsung membuat karangan dengan memberikan judul, tema, atau topik tertentu. Siswa disuruh mengembangkan kerangka, dan sebagainya dengan penekanan pada hasil tulisan. Strategi semacam ini menjadi kendala bagi pengembangan keterampilan menulis siswa. Hal tersebut diakibatkan karena siswa tidak terbiasa mengkaji secara langsung permasalahan yang hendak ditulis. Akibatnya, siswa terbentur dalam menuliskan materi yang ada dalam pikirannya. Padahal, pada hakikatnya, kemampuan menulis siswa sangat bergantung kepada penguasaan hal yang hendak ditulis. Walaupun banyak faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa, namun, diakui bahwa peranan guru juga sangat menentukan. Oleh karena itu guru dituntut untuk kreatif dan inovatif serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang pembelajaran menulis karangan, terutama menyangkut pendekatan yang digunakan. Guru yang kreatif dalam memilih pendekatan pembelajaran menulis karangan tidak terpaku pada minimnya waktu yang digunakan dan tuntutan target kurikulum, akan tetapi harus sejalan dengan tujuan pembelajaran menulis yaitu agar siswa terampil mengkomunikasikan idenya secara tertulis melalui suatu proses menyeluruh yang bermakna, yang tentunya membutuhkan proses latihan menulis dan bimbingan yang memadai dan secara berkelanjutan. Selain itu guru juga harus mampu mengembangkan kemampuan menulis siswa. Oleh karena itu, agar siswa memiliki pemahaman dan keterampilan menulis diperlukan sebuah perencanaan pembelajaran yang baik dan terencana dengan menggunakan pendekatan yang tepat. 6

Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan praktik yang banyak dan teratur. Kemampuan menulis setiap siswa tidak dapat diperoleh secara alamiah atau diwarisi dari leluhurnya, namun setiap siswa perlu dilatih dan dipelajari secara sungguh-sungguh sejak dini sebagai bekal pendidikan lanjutan, karena menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan sehingga pembelajarannya perlu dilakukan sejak awal di SD secara berkesinambungan sebagai bekal belajar menulis di tingkat selanjutnya. Dengan demikian, aktivitas menulis menjadi suatu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan perhatian sungguh-sungguh. Dari beberapa hasil penelitian yang peneliti temukan dalam pembelajaran menulis karangan, para peneliti lebih banyak menekankan pada penggunaan model dan media, tetapi belum menyentuh pada proses menulis dan kreativitas bahasa tulis yang digunakan oleh siswa. Dalam hal ini peneliti mencoba mengangkat tiga hasil penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran menulis karangan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyu, Dini dan Zulkarnaini. Menurut Wahyu (2011:2) dalam tesisnya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Melalui Gambar Simbol Berseri (penelitian Siswa Kelas III SDN Beluk di Kabupaten Klaten) menunjukkan bahwa banyak siswa yang menganggap keterampilan menulis itu sulit. Masalah yang sekarang dilontarkan dalam pembelajaran mengarang adalah siswa menggunakan diksi yang tepat dan judul yang sejalan dengan tema dan jalan cerita, terutama untuk menulis karangan narasi. Melalui gambar simbol berseri membuat karangan narasi lebih mudah dan menarik. Gairah belajar yang tinggi dapat menimbulkan prestasi belajar yang tinggi pula. Pembelajaran dengan menggunakan teknik yang menarik memang lebih efektif. Seperti pada penelitian yang telah dilakukan oleh Dini Guswati pada tahun 2006 dengan judul Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan menggunakan teknik Reka Cerita Gambar. Pada penelitiannya dihasilkan sebuah simpulan bahwa pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan teknik reka cerita 7

gambar cukup efektif meningkatkan kemampuan siswa menulis karangan narasi. Sedangkan Zulkarnaini menerapkan model think talk write dengan judul Model Kooperatif Tipe Think Talk Write untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dan Berpikir Kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe think talk write lebih meningkat secara signifikan daripada siswa yang mengikuti pembelajaran biasa. Keberhasilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis siswa tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model pembelajaran kooperatif berorientasi terhadap siswa. Oleh karena itu, model kooperatif tipe think talk write dapat dijadikan alternatif model pembelajaran berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan cara mencoba menerapkan penggunaan pendekatan yang lebih menitikberatkan pada proses menulis dan kreativitas bahasa tulis yang digunakan oleh siswa. Pendekatan ini dikembangkan berdasarkan suatu asumsi bahwa mengarang merupakan suatu proses yang tidak bisa instan, tetapi membutuhkan proses secara bertahap dan untuk mendapatkan hasil karangan yang baik, kreativitas bahasa tulis siswanya pun perlu dikembangkan. Bertolak dari permasalahan di atas peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul PENGARUH PENDEKATAN WRITING PROCESS TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI EKSPOSITORIS DAN KREATIVITAS BAHASA TULIS SISWA (Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas VA SDN Cicabe Kecamatan Mandalajati Kota Bandung). B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan sebelumnya, maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, diantaranya: 8

1. Pada proses pembelajaran, guru terlalu mendominasi dan kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. 2. Metode pembelajaran kurang efektif sehingga siswa tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru, dan pendekatan dilakukan oleh guru lebih menekankan pada hasil daripada proses. 3. Kemampuan menulis karangan siswa masih rendah dan siswa kurang kreatif dalam menuangkan gagasannya. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian Pengaruh Pendekatan Writing Process terhadap Kemampuan Menulis Karangan Narasi Ekspositoris dan Kreativitas Bahasa Tulis Siswa adalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh pendekatan Writing Process terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi ekspositoris dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia? 2. Seberapa besar pengaruh pendekatan pembelajaran Writing Process terhadap kreativitas bahasa tulis siswa pada karangan narasi ekspositors dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia? D. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran menulis karangan narasi ekspositoris dan kreativitas bahasa tulis dengan menggunakan pendekatan writing process. Secara khusus tujuan yang diharapkan melalui penelitian ini adalah : 9

1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh pendekatan Writing Process terhadap peningkatan kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia. 2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh pendekatan pembelajaran Writing Process terhadap kreativitas bahasa tulis siswa pada karangan narasi ekspositoris dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia. E. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini ada dua ranah, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna untuk melengkapi informasi mengenai pembelajaran menulis karangan narasi ekspositoris dengan menggunakan pendekatan writing process dan menambah informasi bagi peneliti lain untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi ekspositoris. Sedangkan manfaat secara praktis, Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi semua pihak, guru, lembaga pendidikan, maupun untuk para peneliti lainnya yang mempunyai minat yang sama dalam mengembangkan kegiatan menulis. 1) Manfaat bagi Guru Perbaikan pembelajaran di SDN Cicabe sehingga dapat meningkatkan pembelajaran menulis karangan narasi. Pembelajaran menulis karangan narasi dengan mengunakan Pendekatan writing process menjadi sarana yang dapat meningkatkan kemampuan bagi siswa sehingga akan mampu memotivasi siswa dalam belajar. 2) Manfaat bagi Siswa Memberikan stimulasi bagi anak dalam berpikir, berpendapat dalam kemampuan menulis. Selain itu penggunaan pendekatan writing process 10

menjadi sarana latihan pembelajaran yang menyenangkan dan dapat menimbulkan motivasi serta kreativitas belajar siswa. 3) Manfaat bagi Peneliti Mengaplikasikan teori dan ilmu pengetahuan, serta menambah wawasan untuk menjadikan acuan pada penelitian berikutnya. F. Struktur Organisasi Penelitian Laporan hasil penelitian pada penelitian ini disampaikan dalam lima bab sebagai berikut: 1. Bab I, terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penulisan. 2. Bab II, terdiri atas kajian atas teori landasan yang digunakan dalam penelitian ini, penelitian yang relevan, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. 3. Bab III, terdiri atas uraian mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyusunan tesis. Bagian tersebut meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta analisis data. 4. Bab IV, terdiri atas gambaran umum mengenai bagaimana peneliti menganalisis data yang ditemukan dalam penelitian yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembahasan atau analisis temuan. 5. Bab V, terdiri atas penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta rekomendasi yang berkaitan dengan hasil analisis penelitian tersebut. 11