INFO TEKNIK Volume 10 No. 1, Juli 2009 (61-67) KARBON AKTIF DARI SEKAM PADI : PEMBUATAN DAN KAPASITASNYA UNTUK ADSORPSI LARUTAN ASAM ASETAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTERM ADSORBSI. I. TUJUAN Menentukan isoterm adsorbsi menurut Freundlich bagi proses adsorbsi asam asetat pada arang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri yang menghasilkan limbah logam berat banyak dijumpai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODE PENELITIAN

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG KELAPA SAWIT DENGAN AKTIVASI SECARA FISIKA, KIMIA DAN FISIKA-KIMIA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

PENENTUAN MASSA DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI KARBON GRANULAR SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT Pb(II) DENGAN PESAING ION Na +

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

Jason Mandela's Lab Report

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ARANG AKTIF DARI AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS RIA WIJAYANTI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

Jurnal Kependidikan Kimia Hydrogen Vol. 1 Nomor 1, Juli 2013 ISSN:

Mengapa Air Sangat Penting?

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan bakar minyak merupakan hasil dari proses destilasi minyak bumi (Crude

BAB III METODE PENELITIAN

Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

Keywords : activated charcoal, rice hurks, cadmium metal.

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

PENYISIHAN KONSENTRASI COD LIMBAH CAIR DOMESTIK SISTEM BATCH MENGGUNAKAN ADSORBEN FLY ASH BATUBARA. *

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

2.1 TEORI SISTEM REFRIGERASI ADSORPSI

PENGARUH SUHU, KONSENTRASI ZAT AKTIVATOR DAN WAKTU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KEMIRI

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

ARANG AKTIF (Pengenalan dan Proses Pembuatannya) MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST TUTI SARMA SINAGA, ST

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET UNTUK ADSORPSI ION BESI (II) DALAM LARUTAN

KESETIMBANGAN ADSORBSI SENYAWA PENOL DENGAN TANAH GAMBUT

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Karbon Aktif dari BFA dengan Aktifasi Kimia Menggunakan KOH Kapasitas Ton/Tahun. A.

4 Hasil dan Pembahasan

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

ANALISIS GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DENGAN MEDIA ABSORBSI KARBON AKTIF JENIS GAC DAN PAC

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi Protein kasar limbah (%) (% BK) Palabilitas. Limbah jagung Kadar air (%)

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENGARUH JENIS ARANG AKTIF AMPAS TEBU, TATAL KAYU DAN TEMPURUNG KELAPA TERHADAP KEMAMPUAN PENJERAPAN WARNA AIR SUNGAI SAMBAS

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

Transkripsi:

INFO TEKNIK Volume 10 No. 1, Juli 2009 (61-67) KARBON AKTIF DARI SEKAM PADI : PEMBUATAN DAN KAPASITASNYA UNTUK ADSORPSI LARUTAN ASAM ASETAT Hesti Wijayanti 1 Abstract - Activated carbons prepared from rice husks, an agricultural waste by product, have been examined for the removal of acetic acid from aqueous solutions. The activated carbon was prepared by physical activation. The results show that the Freundlich isothem model were well fitted rather than Langmuir model. They also indicate that the sorption of acetic acid is depend on the stirrer velocity as well as on the particle size of the activated carbons. Keywords: activated carbon, rice husks, acetic acid solutions, physical activation PENDAHULUAN Senyawa kimia menempati peran penting dalam industri, khususnya industri kimia. Senyawa kimia digunakan dalam industri baik sebagai bahan baku utama yang diolah menjadi produk maupun sebagai bahan pembantu dalam proses produksi, misalnya sebagai bahan pelarut, katalisator, bahan pencuci dan sebagainya. Penggunaan senyawa tersebut tentunya akan menghasilkan limbah industri, baik yang telah bereaksi dengan senyawa lain menghasilkan senyawa turunannya maupun yang terikut dalam aliran limbah. Penanganan limbah industri yang tidak sesuai standar mutu lingkungan dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Cara untuk menangani limbah industri, khususnya limbah kimia yang biasanya terikut dalam aliran limbah adalah dengan prinsip pemisahan. Dalam prinsip pemisahan, senyawa kimia yang berbahaya dipisahkan terlebih dulu dari aliran limbah sebelum dibuang ke lingkungan dengan metode tertentu. Salah satu cara yang sering digunakan dalam pemisahan adalah dengan metode adsorpsi. Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul-molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul-molekul tadi mengembun pada permukaan padatan tersebut Dalam operasi ini molekul-molekul yang terembunkan tadi disebut adsorbat dan permukaan kontaknya disebut adsorben. Salah satu jenis adsorben yang sering digunakan adalah karbon aktif, yaitu bahan yang mengandung karbon yang telah ditingkatkan daya adsorpsinya dengan cara aktivasi.. Kebutuhan dunia akan karbon aktif cenderung mengalami peningkatan setiap tahun. Karbon aktif bisa dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuhtumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon, antara lain: tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu keras dan batubara. Melalui penelitian ini dapat diketahui karakteristik karbon aktif dari sekam padi yang dibuat dengan aktivasi fisika selain itu juga kemampuannya dalam adsorpsi senyawa kimia yaitu larutan asam asetat dengan tinjauan dari pengaruh diameter karbon aktif dan kecepatan pengadukan dalam adsorpsi 1 Staf Pengajar Teknik Kimia Universitas Lambung Mangkurat, e-mail: hesti_pbun@yahoo.com

62 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009 serta penggunaan model Isotherm Langmuir dan Freundlich untuk menganalisa kondisi kesetimbangan adsorpsinya. KAJIAN TEORITIS Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi secara kimia atau fisika. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai karbon aktif. Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari bahanbahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 300-3500 m 2 /gram dan ini berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan karbon aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat karbon aktif. (Sembiring dan Sinaga, 2003) Kemampuan adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1. Sifat Adsorben Karbon aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing- masing berikatan secara kovalen. Dengan demikian, permukaan karbon aktif bersifat non polar. Selain kompisisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori-pori karbon aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan karbon aktif yang telah dihaluskan. Jumlah atau dosis karbon aktif yang digunakan, juga diperhatikan. 2. Sifat Serapan Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan. 3. Temperatur Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna mau dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih kecil. 4. ph (Derajat Keasaman) Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila ph diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila ph asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam. 5. Waktu Singgung Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan.

Hesti Wijayanti, Karbon Aktif dari 63 Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang digunakan. (Sembiring dan Sinaga, 2003) METODE 1. Pembuatan Karbon Aktif dari Sekam Padi Sekam padi berjenis Siam Unus yang akan digunakan dibersihkan dari pengotornya dengan cara dicuci dengan aquadest. Setelah itu dihilangkan kandungan airnya dengan cara dehidrasi pada suhu 100 o C selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan aktifasi secara fisika yaitu dengan cara dipanaskan dalam furnace pada suhu 600 o C selama 3 jam. Karbon aktif yang dihasilkan dihaluskan kemudian diayak untuk memperoleh ukuran diameter partikel 605 µm, 427.5 µm,, dan 302.5 µm. 2. Karakterisasi Karbon Aktif Karbon aktif yang dihasilkan dari aktifasi fisika tersebut dianalisa kadar abu dan bulk density-nya. - Kadar Abu Analisa kadar abu dilakukan dengan cara sejumlah karbon aktif dimasukkan ke dalam krus porselin selanjutnya dipanaskan dalam oven pada suhu 80oC selama 24 jam, Kemudian ditimbang untuk memperoleh berat karbon kering. Setelah itu dipanaskan lagi dalam furnace pada suhu 650oC selama 3 jam. Kadar abu dihitung dengan persamaan berikut: (2) 3. Persiapan Larutan Asam Asetat Larutan asam asetat 0,5 N sebanyak 500 ml dibuat dengan cara mengencerkan 14,98 ml asam asetat glacial dengan aquadest di dalam labu takar 500 ml. 4. Persiapan Larutan NaOH Larutan NaOH 0,2 N sebanyak 500 ml dibuat dengan cara menimbang 4 g NaOH teknis, selanjutnya mengencerkan dengan aquadest di dalam labu takar 500 ml. 5. Pengujian Kemampuan Adsorpsi Karbon Aktif terhadap Larutan Asam Asetat Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan 2,5 g karbon aktif berukuran 605 µm, 427.5 µm dan 302.5 µm ke dalam gelas beaker yang berisi 50 ml larutan asam asetat 0,5 N. Kemudian diaduk dengan kecepatan konstan (400, 500 dan 600 rpm) selama waktu yang telah ditetapkan (30 180 menit). Setelah waktu yang diinginkan tercapai, campuran disaring dengan kertas saring, filtratnya dititrasi dengan NaOH 0,2 N untuk mengetahui jumlah asam asetat yang diserap oleh karbon aktif. Konsentrasi asam asetat yang terserap dalam karbon aktif dihitung dengan persamaan berikut: (3) Dengan C0 dan Ce adalah konsentrasi larutan asam asetat pada awal dan kesetimbangan. Sedangkan V adalah volum larutan dan W adalah berat karbon aktif yang digunakan. (1) - Bulk Density Sejumlah karbon aktif dimasukkan ke dalam wadah silinder yang sudah diketahui berat dan volumnya. Selanjutnya dipanaskan dalam oven bersuhu 80C selama 24 jam (dinyatakan sebagai berat bahan kering). Bulk density dihitung dengan persamaan: HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Karbon Aktif Karbon aktif dari sekam padi yang diaktivasi secara fisika yang dihasilkan dalam percobaan ini memiliki kadar abu 33 % dan bulk density 0,27 g/l 2. Pengaruh Waktu Kontak Karbon Aktif (Adsorben) dengan Larutan Asam Asetat (Adsorbat) Terhadap Kinerja Karbon Aktif

64 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009 Gambar 1 dan gambar 2 menunjukkan pengaruh waktu kontak karbon aktif terhadap kemampuan adsorpsinya. Semakin lama waktu adsorpsi, asam asetat yang dapat diserap semakin besar. Pada awalnya, kecepatan adsorpsi meningkat secara linier, namun mendekati waktu 150 menit, asam asetat yang diserap mulai konstan. Hal ini menunjukkan keadaan kesetimbangan telah tercapai. 3. Pengaruh Diameter Partikel Karbon Aktif Terhadap Kinerja Karbon Aktif Pengaruh diameter partikel karbon aktif terhadap kemampuan adsorpsi karbon aktif dapat dilihat dalam gambar. Konsentrasi asam asetat yang diserap oleh partikel karbon aktif yang lebih kecil (ukuran diameter 302.5 µm) relatif lebih besar dibandingkan partikel yang berukuran lebih besar (ukuran diameter 427.5 µm dan 605 µm). Hal ini disebabkan partikel yang lebih kecil memiliki luas penampang yang lebih besar sehingga transfer massa asam asetat dari larutan ke permukaan karbon aktif berlangsung lebih mudah. Gambar 1. Pengaruh waktu kontak terhadap konsentrasi Asam Asetat yang diserap pada berbagai variasi ukuran partikel Karbon Aktif 4. Pengaruh Kecepatan Putar Pengadukan Terhadap Kinerja Karbon Aktif Pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kemampuan adsorpsi karbon aktif dapat dilihat dalam gambar. Semakin besar kecepatan pengadukan, konsentrasi ASAM ASETAT yang diserap oleh partikel karbon aktif juga semakin besar. Hal ini disebabkan adanya pengadukan meningkatkan kecepatan transfer massa asam asetat dari larutan ke permukaan karbon aktif. Selain itu, pengadukan memperbesar kesempatan partikel karbon aktif untuk kontak lebih lama dengan larutan. Gambar 2. Pengaruh waktu kontak terhadap konsentrasi asam asetat yang diserap pada berbagai variasi kecepatan pengadukan 5. Isoterm Adsorpsi Keadaan kesetimbangan adsorpsi asam asetat dengan menggunakan karbon aktif dapat dinyatakan secara matematis dengan isotherm adsorpsi. Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk menggambarkan data-data percobaan isotherm adsorpsi. Model yang paling sering digunakan adalah model Langmuir dan Freundlich. Pada percobaan ini digunakan kedua model tersebut. Model Langmuir menunjukkan hubungan antara konsentrasi asam asetat yang berhasil diserap oleh karbon aktif (q e ) dengan konsentrasi larutan asam asetat pada keadaan kesetimbangan (C e ) sebagai berikut: (4) Dengan K L menunjukkan kapasitas adsorpsi maksimum pada fase solid dan b merupakan konstanta energi yang berhubungan dengan panas adsorpsi. Model Langmuir digambarkan dalam grafik berikut:

Hesti Wijayanti, Karbon Aktif dari 65 Gambar 6. Isoterm Langmuir adsorpsi 400 rpm Gambar 3. Isoterm Langmuir adsorpsi 302.5 µm Gambar 7. Isoterm Langmuir adsorpsi 500 rpm Gambar 4. Isoterm Langmuir adsorpsi 427.5 µm Gambar 8. Isoterm Langmuir adsorpsi 600 rpm Gambar 5. Isoterm Langmuir adsorpsi 605 µm Dari grafik-grafik di atas, diperoleh nilai intersep 1/K L dan slope 1/(K L.b). Dapat dilihat bahwa hasil percobaan mengikuti model isoterm Langmuir dengan R 2 berkisar antara 0.921-0.984. Model Freundlich menunjukkan hubungan antara konsentrasi asam asetat yang berhasil diserap oleh karbon aktif (q e ) dengan konsentrasi larutan asam asetat pada keadaan kesetimbangan (C e ) sebagai berikut: (5) Dengan k menunjukkan kapasitas adsorben dan 1/n menunjukkan intensitas penyerapan. Model Freundlich digambarkan dalam grafik berikut:

66 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009 Gambar 12. Isoterm Freundlich adsorpsi 400 rpm Gambar 9. Isoterm Freundlich adsorpsi 302.5 µm Gambar 13. Isoterm Freundlich adsorpsi 500 rpm Gambar 10. Isoterm Freundlich adsorpsi 427.5 µm Gambar 14. Isoterm Freundlich adsorpsi 600 rpm Gambar 11. Isoterm Freundlich adsorpsi 605 µm Dari gambar di atas diketahui bahwa hasil percobaan mengikuti model isoterm Freundlich (dengan R 2 berkisar antara 0.938 0.995). Dari grafik diperoleh intersep ln k dan slope 1/n. Nilai k berkisar antara 0.006-0.011 dan nilai 1/n berkisar antara 0.058-0.156. Nilai 1/n kurang dari 1 mengindikasikan adsorpsi berlangsung dengan baik. KESIMPULAN Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa karbon aktif dari sekam padi yang diaktifasi secara fisika dapat digunakan untuk mengadsorpsi asam asetat dengan baik. Hal ini ditandai oleh persentasi asam asetat yang

Hesti Wijayanti, Karbon Aktif dari 67 berhasil diserap berkisar antara 5.660% 24.108 %. Ukuran partikel karbon aktif dan kecepatan pengadukan mempengaruhi kemampuan adsorpsi karbon aktif. Kondisi optimum untuk adsorpsi asam asetat dengan karbon aktif dari sekam padi yang diaktifasi secara fisika dalam percobaan ini adalah pada waktu 150 menit, dengan diameter partikel karbon aktif 302.5 µm dan kecepatan pengadukan 600 rpm. Data hasil percobaan mengindikasikan sesuai dengan kedua model isotem yaitu isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich. Ditandai dengan nilai R 2 yang cukup besar. Namun dari berbagai variasi yang dilakukan diketahui bahwa isoterm Freundlich lebih cocok untuk hasil percobaan ini, karena memilik nilai R 2 yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA M.M. Yeganeh, T. Kaghazchi, M. Soleimani, Effect of Raw Materials on properties of Activated Carbons, Chem. Eng. Technol. 2006, 29, 1247-1251. M.T. Sembiring dan T.S. Sinaga, Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya), Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, 2003, Medan. Schweitzer., Philip.,Handbook of Separation Techniques for Chemical Engineers, 3 rd Edition, McGraw Hill, 1997. V.V. Goud, K. Mohanty, M.S. Rao, N.S. Jayakumar, Phenol Removal from Aqueous Solutions by Tamarind Nutshell Activated Carbon: Batch and Column Studies Chem. Eng. Technol. 2005, 28, 814-821. ----------, Petunjuk Praktikum Pengantar Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada, 2000, Yogyakarta