BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi, guru selalu memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya pembentukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Pendidikan, kita mengenal dengan Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Guru berperan penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswanya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bermutu adalah pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru yang prosesional yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara, dimana

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan pola dan urutan kegiatan guru dan siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan metode pembelajaran yang kurang. Djamarah (2013:3) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. belajar (pengajaran) maupun penilaian pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu seseorang dalam

I. PENDAHULUAN. Kondisi siswa SMA PGRI 2 Marga Tiga, kelas XI IPS, sebelum diadakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dari seluruh rakyat Indonesia, baik dari pemerhati pendidikan, birokrasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar siswa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I. pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa cenderung pasif. Sikap siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk itu guru harus menata kegiatan. sesuai dengan situasi dilingkungan siswa itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bidang pendidikan memegang peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan sejalan dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir seseorang. Oleh karena itu pendidkan merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. melakukan banyak cara untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini

I. PENDAHULUAN. untuk menghasilkan siswa yang berkualitas. Siswa yang berkualitas adalah siswa

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan salah satu unsur dalam proses belajar mengajar yang bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan peserta didik secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman di era abad 21 yang pesat menuntut adanya sumber

BAB I PENDAHULUAN. menambah sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era indutrialisasi, perkembangan zaman semakin maju dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang harus melakukan kegiatan belajar dengan sungguh sungguh

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered karena tidak memerlukan alat

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. diharuskan memiliki profesionalisme yang tinggi dalam proses belajar- mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Melalui sekolah, siswa belajar

BAB I PENDAHULUAN. Guru menempati posisi dan peran penting dalam pendidikan, karena guru

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu bagian yang tidak dapat lepas dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha untuk membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk melakukan perubahan terhadap diri manusia, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan ataupun sikap menurut Arikunto (dalam Sagala, 2013:166). Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar yang diperoleh setiap siswa biasanya berbeda, antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain. Hasil belajar mengelola sistem kearsipan merupakan suatu tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam program belajar mengajar pada mata pelajaran mengelola sistem kearsipan. Hasil belajar akan baik jika proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan siswa mengikuti semua kegiatan pembelajaran dengan aktif. Guru sebagai fasilitator dan motivator harus mampu dan berusaha mendesain pembelajaran dengan cara terbaik agar dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dan materi pelajaran yang dibelajarkan dapat diserap oleh siswa dengan mudah. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat membangun siswa untuk berpikir kritis serta melatih daya ingatnya akan poin-poin penting materi pelajaran terutama mengelola sistem kearsipan yang banyak terdapat istilah-istilah asing yang membutuhkan ketepatan penulisan dan daya ingat. Dengan demikian siswa 1

2 dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Namun kenyataannya, ketika proses belajar mengajar berlangsung masih banyak guru khususnya guru mata diklat mengelola sistem kearsipan yang mendominasi atau mengajar dengan model konvensional yang menyebabkan siswa belajar pasif, siswa duduk, diam, mendengar, mencatat atau menghafal sehingga menyebabkan siswa merasa bosan dan kurang berminat dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Akhirnya siswa cenderung menyimpan segala kesulitan yang ditemui saat belajar tanpa ada usaha dann cara menyelesaikannya. Kondisi menjadikan siswa enggan dalam belajar, kemudian merasakan kejenuhan dan keinginan agar proses belajar mengajar cepat selesai. Bahkan terkadang sebelum proses belajar-mengajar selesai, siswa cenderung mencari-cari alasan agar bisa keluar dari kelas untuk menghilangkan kejenuhan. Karena hanya guru yang aktif di kelas tanpa melibatkan siswa, akhirnya berdampak pada rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa. Motivasi belajar siswa adalah salah satu faktor penting dalam keberhasilan belajar. Motivasi merupakan dorongan yang muncul dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu agar mencapai tujuan. Motivasi berfungsi meningkatkan usaha siswa untuk belajar dan berprestasi motivasi yang baik dalam belajar dapat mengembangkan aktivitas, inisiatif dan ketekunan siswa dalam belajar.

3 bahwa: Hal ini sejalan dengan pendapat Sutarno dkk (2010:1), yang menyatakan Reformasi dalam pembelajaran perlu dibangun dan dikembangkan untuk menciptakan suasana belajar yang interaktif antara guru dengan siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak ditemukan pembelajaran yang konvensional, dimana sistem penyampaian lebih banyak ditemukan pembelajaran yang didominasi oleh guru, sedangkan siswa cenderung diam dan secara pasif menerima materi pelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat dan sesuai. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri Nugraheni (2015), bahwa antara motivasi dengan hasil belajar memiliki hubungan yang erat. Hal ini dilihat dari hasil penelitian yang didapat bahwa nilai r (koefisien korelasi) adalah sebesar 0,02 atau 2% dan koefisien determinasi sebesar 0,03%, maka hasil penelitian diinterprestasikan bahwa pemberian motivasi belajar berpengaruh sangat kecil terhadap hasil belajar, artinya jika motivasi belajar meningkat maka hasil belajar juga meningkat. Pada saat peneliti melakukan observasi di SMK Negeri 1 Pantai Cermin, guru menyajikan materi pelajaran khususnya pelajaran Administrasi Perkantoran, guru lebih dominan di dalam kelas. Peneliti juga mengamati bahwa: 1) Siswa bersikap pasif, hanya mengikuti instruksi dari guru saja tanpa ada respon timbal balik dari siswa. 2) Hampir tidak pernah ada siswa bertanya tentang materi yang disampaikan. 3) Saat mengerjakan tugas atau latihan, ada siswa yang hanya menunggu temannya yang lain untuk menyelesaikannya tanpa ada usaha untuk mengerjakan sendiri atau berdiskusi untuk memecahkan masalah dalam tugas atau latihan tersebut. Hal ini juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa, karena tujuan dari motivasi tersebut adalah untuk mengoptimalkan kegiatan belajar

4 siswa, karena seseorang akan berhasil dalam belajar, jikalau didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Dengan model pembelajaran yang konvensional tentu membuat siswa merasa bosan dan keinginan untuk belajar menjadi berkurang. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru mata diklat mengelola sistem kearsipan, diperoleh keterangan bahwa motivasi belajar siswa di daerah pantai cenderung lebih rendah dibandingkan diperkotaan hal ini dapat dilihat dari jumlah absensi kelas yang masih besar dan faktor pola pikir masyarakat mengenai pendidikan masih rendah, banyak dari siswa di sekolah juga ikut membantu orang tua mereka untuk bekerja mencari ikan dilaut. Hal ini dikarenakan penghasilan orang tua yang rendah dan mudah mendapatkan uang. Siswa juga tidak akan mau belajar jika tidak mendapatkan hasil dari pekerjaannya, sebab sudah menjadi budaya di daerah ini tidak akan melakukan sesuatu jika tidak ada hasil nyata. Siswa belum menyadari dan memahami makna dari belajar tersebut. Oleh sebab itu hasil belajar siswa masih rendah, terutama dalam mata diklat mengelola sistem kearsipan. Rendahnya hasil belajar siswa terlihat dari data kumpulan nilai ujian semester mengelola sitem kearsipan yang diperoleh dari guru yang mengampu pada mata diklat tersebut. Dari 37 siswa di kelas XI ADM1 masih terdapat hasil belajar siswa mengelola sistem kearsipan yang belum memenuhi KKM ( 77) sebanyak 35% orang dan di kelas XI ADM2 sebanyak 55 %. Secara rinci dapat dilihat berdasarkan tabel 1 berikut:

5 Tabel 1.1 Nilai Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Mengelola Sistem Kearsipan Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Pantai Cermin Semester Genap Tahun Pembelajaran 2015/2016 No. Kelas Jumlah Siswa Nilai Terendah Tertinggi 77 77 1 XI ADM1 37 65 83 12 25 2 XI ADM2 37 63 82 20 17 Berdasarkan pengamatan sementara yang dilakukan, peneliti menduga bahwa faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa yaitu penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dan di dalam dokumen rancangan pelaksanaan pembelajaran pada mata diklat mengelola sistem kearsipan, guru masih bersifat konvensional dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan sehingga pembelajaran terpusat pada guru. Oleh karena itu pembaharuan dalam hal pembelajaran penting untuk disadari dan di implementasikan dalam pendidikan karena belajar bukan proses penyerapan pengetahuan, tetapi belajar haruslah merupakan upaya mengkonstruksi pengetahuan (Gersom, 2006:2). Salah satu alternatif pendekatan pengajaran yang dapat digunakan adalah penerapan model pengajaran Word Square yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar. Model pembelajaran Word Square menempatkan siswa sebagai subjek belajar, pembelajaran lebih berpusat kepada siswa. Model pembelajaran Word Square merupakan pendekatan yang efektif yang dapat digunakan sebagai variasi dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Word Square dapat menarik minat siswa, dimana model pembelajaran ini dapat merangsang siswa untuk

6 berpikir efektif dan kreatif, tampil belajar mandiri dengan memanfaatkan berbagai sumber sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada saat proses pembelajaran. Hal ini juga didukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan beberapa peneliti yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran Word Square dan motivasi belajar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya adalah sebagai berikut: Anuardi (2014), Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Word Square untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Medan T.A 2013/2014. Diketahui bahwa aktivitas belajar selama siswa selama pembelajaran dengan menggunakan kolaborasi model pembelajaran quantum teaching dengan Word Square meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas hasil belajar siswa. Pada siklus I, persentase aktivitas belajar belum mencapai 70% dari jumlah siswa yakni hanya mencapai 36,35 (16 siswa). Peningkatan hasil belajar terjadi pada siklus II yakni mencapai 77,26% (35 siswa). Dan telah memenuhi penilaian aktivitas yang ditentukan oleh peneliti yaitu sebesar 70% yang berarti bahwa pembelajaran ini sudah berhasil. Hal ini juga terjadi pada hasil belajar siswa setelah menerapkan kolaborasi model pembelajaran quantum teaching dengan Word Square yang mengalami peningkatan disiklus II dengan jumlah siswa yang dinyatakan tuntas 38 siswa dengan persentase 86, 36% dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah 81,47. Dwa Gd Alit Muriana dkk (2014), Pengaruh Model Pembelajaran Word Square terhadap Hasil Belajar IPA siswa kelas IV SD Desa Tista Tahun Pelajaran

7 2013/2014 Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh nilai t hitung sebesar 5,80. Sedangkan nilai t tabel dengan taraf signifikansi 5% adalah 2,012. Hal ini berarti nilai thitung lebih besar dari nilai t tabel (t hitung > t tabel ), sehingga H 0 ditolak atau H 1 diterima. Dengan demikian, dapat di interprestasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Word Square dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Negeri Desa Tista. Secara deskriptif, hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan hasil belajar IPA pada kelompok kontrol. Togatorop (2013), Pengaruh model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran menggunakan peralatan kantor SMK 1 YP HKBP P. Siantar. Dimana data yang diperoleh menunjukkan t hitung > t tabel atau 1,806 > 1,682 maka dapat dinyatakan H 0 ditolak dan H u diterima. Hal ini berarti bahwa peningkatan hasil belajar menggunakan peralatan kantor siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Word Square lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Kd. Tia Lestari dkk (2013), Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas III SD dari hasil penelitian yang mereka lakukan, analisis data menggunakan uji-t, diketahui t hitung = 4,19 dan t tabel dengan taraf signifikansi 5% = 2,02. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung > t tabel ), sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal

8 ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Word Square memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Dan motivasi belajar juga berpengaruh terhadap hasil belajar, sebagaimana dikemukakan Prastiwi Yuliani (2014) dalam hasil penelitiannya yang berjudul Pengaruh fasilitas belajar, pengelolaan kelas dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar ekonomi melalui motivasi belajar siswa kelas XI MA AL-ASROR kota Semarang menunjukkan bahwa motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar sebesar 26,3 %, dengan motivasi yang tinggi, siswa akan lebih tertarik dan bersemangat dalam memperhatikan pelajaran, tekun dan ulet dalam mengerjakan tugas. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Word Square dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Mengelola Sistem Kearsipan Siswa Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Pantai Cermin T.P 2016/2017 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Pembelajaran yang masih bersifat konvensional menyebabkan siswa menjadi pasif didalam proses belajar mengajar. 2. Motivasi belajar siswa rendah.

9 3. Rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini dilihat dari DKN pelajaran mengelola sistem kearsipan, dari 37 siswa kelas XI ADM1 masih ada hasil belajar siswa yang belum memenuhi KKM ( 77) sebanyak 35% orang di kelas XI ADM1 dan 55 % di kelas XI ADM2. 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah penelitian yaitu: 1. Model pembelajaran yang diteliti adalah model pembelajaran Word Square dan metode konvensional sebagai bandingnya. 2. Motivasi yang diteliti adalah bentuk motivasi belajar. 3. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar Mengelola Sistem Kearsipan kelas XI di SMK Negeri 1 Pantai Cermin. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan Identifikasi Masalah di atas maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar Mengelola Sistem Kearsipan kelas XI ADM SMK Negeri 1 Pantai Cermin? 2. Apakah ada pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar Mengelola Sistem Kearsipan kelas XI ADM SMK Negeri 1 Pantai Cermin?

10 3. Apakah ada pengaruh model pembelajaran Word Square dan motivasi belajar terhadap hasil belajar Mengelola Sistem Kearsipan kelas XI ADM SMK Negeri 1 Pantai Cermin? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Word Square terhadap hasil belajar Mengelola Sistem Kearsipan Siswa kelas XI SMK Negeri 1 Pantai Cermin T.P 2016/2017. 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar Mengelola Sistem Kearsipan Siswa kelas XI SMK Negeri 1 Pantai Cermin T.P 2016/2017. 3. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Word Square dan Motivasi belajar terhadap hasil belajar Mengelola Sistem Kearsipan Siswa kelas XI SMK Negeri 1 Pantai Cermin T.P 2016/2017. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan kemampuan dan wawasan peneliti dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Word Square terhadap peningkatan hasil belajar siswa di SMK Negeri 1 Pantai Cermin. 2. Meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa di SMK Negeri 1 Pantai Cermin.

11 3. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah pada umumnya dan bagi guru atau calon guru bidang studi Mengelola Sistem Kearsipan tentang pentingnya model pembelajaran Word Square dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMK Negeri 1 Pantai Cermin. 4. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi civitas Akademika UNIMED dan pihak lain yang melakukan penelitian yang sama.