BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah akan selalu mendapatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN. formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (Undang-Undang Guru

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan guru secara sadar dan dengan sistematis serta berpedoman pada

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 adalah

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Tema-tema pada pembelajaran tematik integratif Kurikulum 2013

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan akan menunjang kehidupan yang lebih baik di masa depan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan melalui kegiatan matematika. Matematika juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cerdas dan berkarakter dalam mengembangkan potensinya.

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. didik sebagai manusia yang berkepribadian luhur dan berakhlak mulia. mendengarkan ketika proses pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN. aktif yaitu ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup

BAB I PENDAHULUAN. merasakan kenyamanan dalam menerima pelajaran. Sebagaimana pengajaran. hanya bermakna apabila terjadi proses belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai tema. Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti

I. PENDAHULUAN. selanjutnya. Penyelenggaraan pendidikan dasar bertujuan untuk menyiapkan

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan motivasi manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Hal-hal yang diperhatikan dalam proses belajar yaitu penggunaan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat

I. PENDAHULUAN. dapat ditempatkan pada siswa kelas rendah (yaitu:siswa kelas I, II dan III) KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik) dijelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama bagi kemajuan suatu bangsa. manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tentang faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pendidikannya (Rusman, 2012 : 93). kegiatan belajar mengajar, salah satunya adalah pengorganisasian mata

BAB I PENDAHULUAN. didik di perlukan proses belajar-mengajar. Belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sebab penduduk di Indonesia kurang memperhatikan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

kebutuhan anak yang berusia antara 7-12 tahun. Anak dalam kelompokusia 7-12 tahun menurut Piaget (dalam Riyanto : 2002), anak pada usia ini pada tahap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan pada akhirnya hasil belajar siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 bab I, bahwa pendidikan

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah akan selalu mendapatkan perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan. Perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran di sekolah itu dilakukan melalui perubahan kurikulum sekolah oleh pemerintah. Pemerintah mulai ajaran baru (2013) akan menerapkan kurikulum baru di semua jenjang pendidikan sekolah. Dari jenjang sekolah tingkat SD/MI, SMP/MTs,SMA/MA/SMK mulai tahun ajaran 2013-2014, akan menerapkan kurikulum baru, terutama di sekolah jenjang SD/MI akan mendapatkan porsi perubahan yang cukup banyak. Salah satu ciri kurikulum tahun 2013 adalah bersifat tematik terpadu pada level pendidikan dasar (SD). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Suherman (2003) Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Pernyataan ini menegaskan bahwa guru harus berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, inovatif, kreatif dan mengaktifkan siswa. Menurut Poerwadarminta (dalam Majid, 2014) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. 1

2 Menurut Majid (2014) pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang merupakan suatu system pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas rendah oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tidak lepas dari perkembangan akan konsep dari pendekatan terpadu itu sendiri. Pada dasarnya pembelajaran terpadu dikembangkan untuk menciptakan pembelajaran yang di dalamnya siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilkinya. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus pada suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka, bukan ketepatan siswa dalam melakukan replikasi atas apa yang dilakukan pendidik. Pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antarmata pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Pentingnya pembelajaran tematik untuk murid sekolah dasar. Model pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam proses

3 pembelajaran. Melalui pembelajaran tematik siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajari secara holistik, bermakna, autentik, dan aktif. Pentingnya pembelajaran tematik diterapkan di Sekolah Dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan, perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional. Menurut Rusman (2010) penggunaan model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar mengarah pada peningkatan mutu pendidikan dan memberikan prospek yang sangat mendukung terhadap pelaksanaan Kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat mengembangkan wawasan dan aktivitas berpikir siswa melalui jaringan tema yang berisi pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh siswa dalam pembelajaran yang utuh/ terpadu dan simultan. Makin tepat model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran sangat menentukan hasil pembelajaran berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang intrgral dalam suatu sistem pengajaran. Model pembelajaran yang biasanya

4 digunakan dalam pembelajaran diantaranya model STAD, jigsaw, concept map, TGT, mind map termasuk didalamnya make a match. Berdasarkan observasi dan hasil wawancara dengan guru di SDN Ngroto 3 di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang pada tanggal 17 Agustus 2014 di kelas V, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran tematik tema Organ Tubuh Manusia dan Hewan masih rendah. Hal ini dibuktikan oleh 65% siswa belum tuntas sesuai KKM yang telah ditetapkan. Pada SDN Ngroto 3 di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang menetapkan KKM untuk pembelajaran tematik tema organ tubuh manusia dan hewan adalah 70. Hal ini dapat dilihat dari perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu siswa kurang bersemangat, mengantuk, kurang memusatkan perhatian dan ramai sendiri selama pelajaran. Ada beberapa kesulitan yang sering di alami oleh guru diantaranya: (1) Guru masih terkendala dengan media pembelajaran karena harus menyesuaikan dengan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013; (2) motivasi belajar siswa rendah, yang ditandai oleh siswa kurang aktif dalam mencari pengetahuan sendiri, cenderung pasif, hanya menunggu pemberian materi oleh guru serta suka berbicara sendiri dengan teman pada saat guru menjelaskan; (3) Pembelajaran yang dilakukan dengan menjelaskan secara lisan, tertulis di papan tulis pembelajarannya masih bersifat Teacher centered. Selain hanya berpusat pada guru media yang digunakan guru hanya berupa buku paket dan LKS; (4) Siswa bersikap pasif sehingga siswa kurang mandiri dan pemilihan metode yang kurang tepat dapat mempengaruhi

5 prestasi belajar dan cepat bosan; (5) Penyampaian materi masih berpedoman pada buku teks. Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya sebagai guru di depan kelas. Komponen yang harus dikuasai adalah menggunakan bermacam-macam model pembelajaran yang bervariasi yang dapat menarik minat belajar siswa dan guru tidak hanya cukup dengan memberikan ceramah di depan kelas. Hal ini tidak berarti bahwa ceramah tidak baik, melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan apabila hanya guru sendiri yang berbicara, sedangkan mereka duduk, diam dan mendengarkan. Kebosanan dalam mendengarkan uraian guru dapat mengurangi semangat belajar siswa. Selain itu ada pokok bahasan yang memang kurang tepat untuk disampaikan melalui metode ceramah dan lebih efektif melalui metode lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai berbagai metode pembelajaran. Guru dalam pembelajaran lebih sering menggunakan metode ceramah. Guru tidak pernah mencoba menggunakan metode yang lain untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Pada saat guru berceramah, ada beberapa siswa yang mengganggu siswa lainnya, sehingga kondisi kelas menjadi gaduh. Hal ini, dapat segera dikondisikan oleh guru yang bersangkutan, akan tetapi selang beberapa waktu mereka kembali lagi menggangu yang lain. Fakta tersebut menggambarkan proses pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Akar penyebab anak mendapatkan nilai rendah kerena pembelajaran guru dalam menyampaikan pembelajaran masih menggunakan cara-cara tradisional.

6 Cara-cara tradisional diatas adalah guru terlalu banyak ceramah menjelaskan materi, tidak adanya media sehingga murid menjadi ngantuk, malas, bicara sendiri dengan teman sebangkunya, bermain sendiri, kurang bergairah, dan kurang aktif. Guru menjadi sangat dominan dalam pembelajaran dan siswa menjadi pasif (teacher centered). Guru di dalam kelas menjadi sumber informasi satu-satunya, tidak ada tukar informasi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, kerana siswa kurang merespon pelajaran yang disampaikan. Pembelajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan pelajaran dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Peran guru sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, guru sebagai tenaga professionl. Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah (Djamarah, 2002). Selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik memiliki kepribadian yang paripurna. Dengan keilmuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Mengatasi permasalahan di atas guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting guru memiliki pembelajaran yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Guru harus

7 memiliki model pembelajaran yang baik. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pembelajaran tematik tema oragan manusia dan hewan. Salah satu model pembelajaran yang diterapkan oleh guru adalah model pembelajaran make a match. Model make a match dikembangkan pertama kali pada tahun 1994 oleh Lorna Curran, strategi make a match saat ini menjadi salah satu strategi penting dalam ruang kelas. Tujuan dari strategi ini antara lain: pendalaman materi, penggalian materi dan edutainment. Sekolah yang menerapkan make a match adalah SD Ngroto 3 di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang diperoleh bahwa sebagian besar siswa kelas 5 tidak tuntas dalam pembelajaran tematik tema organ tubuh manusia dan hewan. Salah satu penyebab siswa banyak yang tidak tuntas belajarnya adalah motivasi belajar tematik masih rendah. Pelajaran tematik kurang menyenangkan sehingga menjadi pelajaran yang sulit dan tidak disukai siswa.. Model pembelajaran make a match dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar tematik tema organ tubuh manusia dan hewan di SD. Karena dengan menggunakan model ini dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik, model ini menyenangkan, meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Pentingnya upaya penelitian ini dilakukan karena pembelajaran tematik sangat penting dan seberapa besar model pembelajaran

8 make a match dapat menentukan hasil pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan perbaikan pembelajaran dengan penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Make a Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Tema Organ Tubuh Manusia dan Hewan Kelas V SDN Ngroto 3 Kecamatan Pujon Kabupaten Malang B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran make a match pada pembelajaran tematik tema organ tubuh manusia dan hewan pada siswa kelas V di SDN Ngroto 3 Kecamatan Pujon Kabupaten Malang? 2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pembelajaran tematik tema organ tubuh manusia dan hewan pada siswa kelas V dengan model make a match di SDN Ngroto 3 di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran make a match pada pembelajaran tematik tema Organ Tubuh Manusia dan Hewan pada siswa kelas V di SDN Ngroto 3 Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.

9 2. Untuk menjelaskan peningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik pada tema Organ Tubuh Manusia dan Hewan pada siswa kelas V dengan model pembelajaran make a match di SDN Ngroto 3 di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh setelah dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Diharapkan dari penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan tentang penerapan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran make a match. b. Hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan sebagai rujukan referensi dalam penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Menumbuhkan semangat belajar siswa pada pembelajaran tematik tema Organ Tubuh Manusia dan Hewan 2) Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam memahami materi pembelajaran tematik tema Organ Tubuh Manusia dan Hewan

10 3) Memberikan cara belajar aktif dan kreatif melalui model pembelajaran make a match yang menyenangkan dalam pembelajaran tematik b. Bagi Guru 1) Dapat menambah pengetahuan tentang macam macam model pembelajaran. 2) Memudahkan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik. 3) Membantu guru dalam pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa agar lebih menarik minat dan motivasi siswa dalam belajar. c. Bagi Sekolah 1) Sebagai masukan untuk proses pembelajaran di masa yang akan datang. 2) Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran guna peningkatan kualitas pembelajaran. Selain itu juga memotivasi guru-guru agar menerapkan model pembelajaran make a match. d. Bagi Peneliti 1) Dapat menambah pengalaman peneliti dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam proses pembelajaran. 2) Sebagai sarana untuk mempraktikan teori-teori tentang metode, model, teknik dan sumber belajar yang diperoleh selama di bangku kuliah dengan kenyataan yang di sekolah.

11 E. Batasan Penelitian 1. Penelitian ini hanya dilaksanakan di kelas 3 SDN Ngroto 3 Kecamatan Pujon Kabupaten Malang 2. Permasalahan yang dikaji peneliti adalah berfokus pada pembelajaran tematik tema Organ Tubuh Manusia dan Hewan. 3. Penelitian ini memanfaatkan penggunaan model pembelajaran make a match untuk mengukur peningkatan hasil pembelajaran tematik siswa. F. Definisi Istilah Istilah-istilah dalam penelitian ini sangat beragam, untuk mengatasi kesalahan pengertian/ presepsi pembaca terhadap istilah tersebut maka diperlukan penegasan istilah penegasan-penegasan sebagai berikut: 1. Model adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Model pembelajaran dapat pula diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan mencari informasi baru rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Model pembelajaran make a match merupakan salah satu jenis dari model dalam pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kartu-kartu untuk dicocokkan. Model mencari pasangan atau Make a Match adalah pendekatan model pembelajaran kooperatif dengan mencari pasangan soal atau jawaban.

12 3. Pembelajaran adalah sebagai proses modifikasi dalam kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya. 4. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan. 5. Aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan unsur fisik (jasmani) dan psikis (mental). 6. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mendapatkan dan menerima bahan pelajaran dari guru dalam suatu kegiatan belajar mengajar.