1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 lalu, Indonesia secara resmi telah memberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau Pasar Bebas ASEAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan sebuah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalisasi hambatanhambatan di dalam melakukan kegiatan ekonomi lintas kawasan, misalnya dalam perdagangan barang, jasa, dan investasi. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negaranegara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Adanya MEA tentu berdampak besar pada bidang konstruksi di Indonesia karena untuk dapat bersaing dalam MEA, Indonesia harus mempunyai infrastruktur penting yang baik. Adanya MEA akan mendorong peningkatan pembangunan infrastrukstur sehingga membuka peluang yang besar untuk para pelaku jasa konstruksi. Namun dengan adanya MEA, ternyata tidak hanya membuka peluang untuk pelaku jasa kontsruksi dalam negeri saja namun juga untuk pelaku jasa konstruksi luar negeri. Saat ini banyak sekali konsulatan dan kontraktor asing yang telah masuk dalam industri konstruksi di Indonesia. Dengan masuknya pelaku jasa konstruksi asing, masuk pula teknologi-teknologi mutakhir yang sangat mendukung pembangunan infrastruktur Indonesia. Selain teknologi, terdapat pedoman atau peraturan-peraturan dalam bidang konstruksi dari berbagai negara yang diperkenalkan oleh pelaku jasa konstruksi asing, seperti British Standard yang banyak digunakan di negara Inggris, Eurocode yang banyak digunakan di negara-negara Eropa, Japan Industrial Standard (JIS) yang digunakan oleh negara Jepang, ACI dan AISC yang digunakan di negara Amerika.
2 Saat ini salah satu mega proyek yang sedang berlangsung di ibu kota Indonesia adalah Proyek Pembangunan MRT (Mass Rapid Transit) Jakarta. Proyek Pembangunan MRT ini merupakan proyek kerjasama dengan negara Jepang. Banyak kontraktor-kontraktor dari negara Jepang yang terlibat dalam proyek ini. Salah satunya pada CP-104 dan CP-105 yang dikerjakan oleh Joint Venture antara kontraktor Shimizu, Obayashi, Wijaya Karya dan Jaya Konstruksi. Proyek MRT Jakarta CP-104 dan CP-105 yang dikerjakan oleh Shimizu- Obayashi-Wijaya Karya-Jaya Konstruksi Joint Venture atau SOWJ JV ini meliputi konstruksi pada area transisi dan underground section. Konstruksi pada underground section sendiri meliputi konstruksi stasiun bawah tanah dan konstruksi struktur tunnel atau terowongan. Jenis kontrak yang disepakati antara owner dan pelaksana adalah kontrak lump-sump dengan sistem kontrak Design and Built untuk perencanaan. Dalam proses perencanaan tersebut, SOWJ bekerja sama dengan konsultan asing Mott-MacDonald. Dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan struktur MRT Jakarta CP-104 dan CP- 105, konsultan Mott Mac-Donald menggunakan British Standard, Japan Industrial Standard (JIS), Design Standards for Railway Structures and Commentary (DSRSC) sebagai pedoman perencanaan. Penggunaan standar luar negeri dalam perencanaan merupakan hasil kebijakan yang diambil oleh kontraktor SOWJ Joint Venture di mana nilai bagian kontrak terbesar dimiliki oleh kontraktor Shimizu dan Obayashi yang merupakan kontraktor asing. Kemudian konsultan perencana, Mott-MacDonald merupakan konsultan perencana berbasis di Inggris sehingga lebih banyak menggunakan British Standard sebagai pedoman perencanaan struktur. Di Indonesia sendiri terdapat peraturan secara resmi telah ditetapkan sebagai pedoman dalam perencanaan struktur bangunan khususnya untuk bangunanbangunan yang berada di Indonesia, yaitu SNI. SNI merupakan peraturan yang sudah dikenal umum oleh pelaku jasa konstruksi Indonesia, para ahli di bidang konstruksi, mahasiswa yang mempelajari bidang konstruksi maupun masyaratakat
3 umum. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membandingkan antara British Standard dan SNI dalam perhitungan desain. Untuk mempermudah dalam melakukan komparasi, digunakan studi kasus yaitu struktur sementara Water Pipe Support atau pipa penyangga air minum pada Stasiun Bendungan Hilir. Struktur sementara Water Pipe Support pada Stasiun Bendungan Hilir tersebut merupakan struktur yang tersusun dari material baja dan beton bertulang. Oleh karena itu dalam studi komparasi ini digunakan 4 code atau peraturan utama yang dibandingkan yaitu SNI 1729:2015 tentang Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural, SNI 2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung, British Standard 5950-1:2000 tentang Structural use of steelwork in building Part 1: Code of practice for design Rolled and welded sections dan Bristish Standard 8110-1:1997 tentang Structural use of concrete Part 1: Code of practice for design and construction. 1.2. Rumusan Masalah Dengan masuknya pelaku jasa konstruksi asing ke Indonesia, selain membawa teknologi-teknologi mutakhir yang mendukung majunya bidang konstruksi juga memperkenalkan pedoman dan peraturan-peraturan di bidang konstruksi dari berbagai negara. Salah satunya dalam proyek MRT Jakarta khususnya CP-104 dan CP-105 yang dikerjakan oleh kontraktor Shmizu-Obayashi-WijayaKarya- JayaKonstruksi (SOWJ) Joint Venture yang menggunakan British Standard sebagai pedoman perencanaan struktur. Adapun di Indonesia sendiri terdapat peraturan dan pedoman perencanaan struktur yang telah yang telah disesuaikan dengan kondisi Indonesia dan telah dikenal luas oleh pelaku jasa konstruksi Indonesia serta masyarakat umum yaitu SNI. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membandingkan British Standard dan SNI dalam hal perhitungan desain. Dalam studi komparasi ini digunakan studi kasus berupa struktur sementara Water Pipe Support pada stasiun Bendungan Hilir, Proyek MRT Jakarta CP-105.
4 1.3. Maksud dan Tujuan Penulisan Studi komparasi yang penulis lakukan mempunyai beberapa tujuan yaitu sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui perbedaan performa elemen struktur pada studi kasus struktur sementara Water Pipe Support hasil perencanaan berdasarkan British Standard dan berdasarkan SNI 2. Untuk mengetahui antara British Standard dan SNI yang memberikan hasil perencanaan elemen struktur sementara Water Pipe Support yang lebih efektif. 1.4. Batasan Masalah Dalam studi komparasi ini, terdapat beberapa hal yang digunakan sebagai pembatas permasalahan yang dibahas yaitu sebagai berikut. 1. Pemodelan ulang struktur sementara Water Pipe Support menggunakan program SAP 2000 versi 16 secara tiga dimensi (3D untuk mendapatkan gayagaya dalam. 2. British Standard yang digunakan dalam perencanaan elemen struktur baja adalah British Standard 5950-1:2000 tentang Structural use of steelwork in building Part 1: Code of practice for design Rolled and welded sections dan elemen struktur beton bertulang adalah Bristish Standard 8110-1:1997 tentang Structural use of concrete Part 1: Code of practice for design and construction. 3. SNI yang digunakan dalam perencanaan elemen struktur baja adalah SNI 1729:2015 tentang Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural dan elemen struktur beton bertulang adalah SNI 2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung 4. Elemen struktur yang ditinjau dalam penelitian adalah elemen balok menahan lentur dan geser, baik yang menggunakan material baja yaitu tie beam, main beam, primary beam dan lateral beam maupun yang menggunakan material beton yaitu RC-beam, serta elemen kolom king-post. Sambungan antar elemen dan fondasi tidak ditinjau dalam penelitian ini.
5 5. Kondisi yang ditinjau adalah ketika galian telah selesai dilakukan dan tidak ada timbunan tanah sehingga kondisi struktur menahan secara penuh pipa air minum. Kondisi setelah kontruksi selesai ketika beban pipa ditahan oleh roof slab dan kolom tidak ditinjau. 6. Mutu beton dan material property baja yang digunakan disesuaikan dengan hasil perancangan awal oleh konsultan Mott-MacDonald dan kontraktor SOWJ serta kondisi eksisting di lapangan yang didasarkan pada peraturan JIS (Japan Industrial Standard). 7. Pipa diasumsikan dalam kondisi penuh air. 1.5. Manfaat Penelitian Studi komparasi perencanaan elemen struktur baja dan beton antara British Standard dan SNI pada studi kasus struktur sementara Water Pipe Support di Stasiun Bendungan Hilir, proyek MRT Jakarta CP-105 diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Memberikan informasi mengenai perbedaan performa elemen struktur baja dan beton hasil perencanaan berdasarkan British Standard dan berdasarkan SNI untuk studi kasus struktur sementara Water Pipe Support. 2. Memberikan informasi mengenai efektifitas dan nilai ekonomis penggunaan British Standard dibandingkan dengan penggunaan SNI dalam perencanaan struktur khususnya untuk studi kasus struktur Water Pipe Support. 3. Memberikan informasi mengenai penggunaan British Standard dalam perencanaan elemen struktur beton dan baja untuk studi kasus struktur Water Pipe Support pada proyek MRT Jakarta. 4. Memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan terutama pada bidang ketekniksipilan.
6 1.6. Keaslian Penelitian Pada penelitian ini dilakukan perencanaan ulang elemen struktur sementara Water Pipe Support di Stasiun Bendungan Hilir, Proyek MRT Jakarta CP-105 menggunakan pedoman British Standard dan SNI. Hasil perencanaan tersebut dibandingkan guna mengetahui perbedaan perbedaan performa struktur hasil perencanaan menggunakan metode British Standard dan SNI serta guna mengetahui metode perencanaan yang memberikan hasil yang paling efektif dan paling ekonomis. Sebelumnya Ticoalu, dkk (2015) telah melakukan studi serupa mengenai komparasi perhitungan struktur bangunan dengan menggunakan SNI 03-2847- 2013 dan British Standard 8110-1-1997. Studi komparasi ini hanya fokus pada struktur beton bertulang dengan elemen struktur yang menjadi studi kasus meliputi struktur balok, kolom dan plat. Adapun penelitian yang penulis lakukan selain elemen struktur beton juga meliputi elemen struktur baja sehingga digunakan pula SNI 1729:2015 dan British Standard 5950-1:2000 sebagai bahan komparasi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa studi yang dilakukan penulis bersifat asli.