musta`jir adalah pemilik giling padi. Untuk mu`ajir dan musta`jir BAB IV

dokumen-dokumen yang mirip
Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANAREKSA REPO SAHAM (DARSA)

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG SISTEM PENGUPAHAN BERDASARKAN KELEBIHAN TIMBANGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV. dijadikan obyek dari penelitian ini adalah tanah ladang, dengan tujuan di ambil

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA MENYEWA LAHAN PERTANIANDI DESA GETASREJO KEC. GROBOGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV. Surabaya ini termasuk pada bab ija>rah karena merupakan akad yang objeknya. Menurut bapak A. Djohan Hidayat selaku PJS Penyelia Umum & SDM,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

ANALISIS AL- URF DAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TERHADAP UPAH GILING PADI YANG TIDAK BERBENTUK UANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

Materi: 12 AKUNTANSI IJARAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN OBJEK DARI PRAKTIK PARON HEWAN (SAPI) DI DESA GUNUNG SERENG KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Sistem Pengupahan Pada PT Suri Tani Pemuka Lampung/Japfa Comfeed Group

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB IV ANALISIS BISNIS BIRO PERJALANAN HAJI DAN UMROH PT ARMINAREKA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN NO:83/DSN-MUI/VI/2012

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN DALAM PENGGILINGAN GABAH di DADAPMULYO KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG

ditawarkan sesuai dengan luas sawah serta subur atau tidaknya padi yang akan ditebas. Tawar menawar harga diperlukan untuk mencapai kesepakatan harga

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB IV AKAD SEWA SPEEDBOAT DALAM FIQH MUAMALAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Perjanjian Penarikan Tarif Retribusi Parkir Wisata. 1. Menjaga kelancaran Arus Lalu Lintas di kawasan Wisata;

BAB V PENUTUP. 1. Akad utang sapi untuk penanaman tembakau berdasarkan ketentuan kreditur

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH TEGALAN YANG DI KELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI LELANG ONLINE DI BALELANG.COM. menyetujui segala ketentuan-ketentuan yang Balelang.

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan penghasilan. Setiap usaha tidak dapat dilakukan sendiri tanpa

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Jual Beli Bunga di Kawasan Wisata Makam Bung Karno

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Akad Kerjasama antara Pemilik Modal. dengan Pemilik Perahu di Desa Pengambengan

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB IV ANALISIS TERHADAP APLIKASI PEMBIAYAAN PLAY STATION DENGAN SISTEM MURA<BAH}AH

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS

PERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB IV ANALISIS SEWA MENYEWA TAMBAK YANG DIALIHKAN SEBELUM JATUH TEMPO MENURUT HUKUM ISLAM. A. Analisis Terhadap Akad Sewa Menyewa Tambak

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban ritual ibadah berupa shalat, puasa zakat dan lain-lainya, Islam juga

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis terhadap Akad bisnis Advertising dengan pendapatan

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PERJANJIAN SEWA RUMAH DI DESA RANDUSARI TERAS BOYOLALI

BAB IV ANALISIS DATA. kepustakaan baik yang diperoleh langsung dari kitab-kitab aslinya atau kitabkitab

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA TENTANG PENAMBAHAN UANG SEWA TAMBAK DI DESA GISIK CEMANDI KEC. SEDATI KAB.

BAB III TRANSAKSI SEWA JASA ANJING PEMBASMI HAMA TIKUS DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

Transkripsi:

73 BAB IV ANALISIS AL- URF DAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TERHADAP UPAH GILING PADI YANG TIDAK BERBENTUK UANG DI DESA TANON KECAMATAN PAPAR KABUPATEN KEDIRI A. Analisis Pengupahan Giling Padi Yang Tidak Berbentuk Uang Berdasarkan Hukum Islam 1. Proses Perjanjian Kerja Pada dasarnya, perjanjian kerja di Desa Tanon dilakukan secara tidak tertulis, hanya sebuah kesepakatan untuk bekerja ketika dibutuhkan penggilingan padi. Di dalam ajaran Islam, syarat sahnya suatu perjanjian harus dipenuhi oleh para pihak yang berakad yaitu; a. Orang yang melakukan Akad (Aqidain) Adapun syarat dan rukun yang terdapat dalam pengupahan adalah adanya muàjir dan musta`jir. Mu`ajir yaitu orang yang memberikan upah dan musta jir orang yang menerima upah. Dalam pekerjaan ini, petani/pihak pengguna jasa giling padi sebagai mu`ajir. Dimana ia menyewa atau menggunakan jasa pemilik giling padi untuk menggilingkan padi miliknya. Musta`jir adalah orang yang menerima upah untuk melakukan suatu pekerjaan. Dalam hal ini yang disebut musta`jir adalah pemilik giling padi. Untuk mu`ajir dan musta`jir

74 disyaratkan harus baligh, berakal, cakap melakukan tasharruf (mengendalikan harta) dan saling merid}ai. Dalam praktek pengupahan buruh tani di Desa Tanon Kec. Papar Kab. Kediri ini, untuk rukun dan syarat di atas telah terpenuhi oleh masing-masing pihak yang melakukan. Mereka juga mengadakan akad berdasarkan inisiatif mereka sendiri dengan kerelaan dan tanpa paksaan dari pihak lain. b. Ṣ ighat (ija>bdan qabul) Setiap transaksi yang dilakukan harus disertai ija>b dan qabul karena keduanya merupakan unsur yang harus ada dalam sebuah akad. Pada prinsipnya makna akad adalah kesepakatan dua kehendak. Seperti halnya yang terjadi pada jasa penggilingan padi di Desa Tanon. Ija>b dan qabul dilaksanakan oleh kedua belah pihak tanpa ada ucapan yang tentu. Hanya dengan perbuatan saja seperti yang mereka lakukan dari dahulu kala sesuai dengan tradisi masyarakat. Hal tersebut sudah dianggap sebagai ija>b dan qabul oleh mereka. Jadi dalam pelaksanaan pengupahan tersebut tidak bertentangan dengan hukum Islam. c. Obyek ijarah Adapun syarat obyek ijarah adalah pekerjaan tersebut harus jelas batas waktunya, menyebutkan pekerjaan yang dikontrakkan menyebutkan waktu yang dikontrak saja, tanpa harus menyebutkan takaran kerjanya, ada juga yang harus disebutkan waktu dan

75 pekerjaannya. Oleh karena itu, tiap pekerjaan yang tidak bisa diketahui selain dengan menyebutkan waktunya, maka waktunya harus disebutkan. Karena transaksi ijarah itu harus berupa transaksi yang jelas, sebab tanpa menyebutkan waktu pada beberapa pekerjaan itu, bisa menyebabkan ketidakjelasan. Dan bila pekerjaan tersebut sudah tidak jelas, maka hukumnya tidak sah. Dilihat dari segi obyek ijarah, jasa buruh tani telah memenuhi syarat hukum Islam karena jenis pekerjaannya telah jelas meskipun waktu pekerjaan tidak dijelaskan secara detail namun dengan kebiasaan yang telah ada membuat mereka mengetahui detail pekerjaannya. Pekerjaan buruh tani ini pun bukan merupakan pekerjaan ibadah dan bukan pekerjaan yang telah menjadi kewajiban pihak musta jir. Pelaksanaan upah jasa buruh tani ini diperbolehkan menurut hukum Islam, meskipun nampaknya upah yang diterima mengandung unsur ketidakjelasan namun pihak petani atau pengguna jasa giling padi sudah dapat mengukur berapa banyak upah yang harus diberikan kepada pemberi jasa giling padi. Pemberi jasa tersebut juga telah saling rid}a dengan upah yang didapatkannya. 2. Kelayakan Upah atas Pekerjaan Di Desa Tanon jenis beras yang diberikan sebagai upah tidak pasti, tergantung padi yang digiling. Terkadang memperoleh beras berkualitas dan bagus, terkadang memperoleh beras yang sebaliknya. Harga jual beras pun berbeda pada setiap musim. Terkadang harga jual beras tinggi,

76 terkadang harga jual beras rendah. Jenis dan harga tersebut mempengaruhi pendapatan upah yang diterima oleh pihak penggiling padi. Semakin mahal jenis beras dari hasil penggilingan padi, maka semakin banyak juga upah yang didapat. Dengan kata lain upah yang diterima tidak pasti atau tidak jelas besarannya jika diuangkan. Sedangkan dalam Hukum Islam, apabila upahnya belum jelas tetapi transaksi ijarah tersebut sudah berlangsung, maka transaksi tersebut tetap sah, dan apabila kemudian hari terjadi perselisihan tentang kadar upahnya, maka bisa dikembalikan kepada upah sepadan (ujrah al-mithli) dengan syarat: Pertama, tidak menyalahi hukum Islam yang disepakati, maksudnya bahwa perjanjian yang diadakan oleh para pihak pemilik dan pengguna jasa penggilingan padi bukan perbuatan yang melawan hukum Islam, sebab perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan hukum shariah adalah tidak sah. Kedua, harus sama-sama rid}a dan ada pilihan, maksudnya perjanjian yang diadakan oleh para pihak haruslah didasarkan kepada kesepakatan kedua belah pihak, apabila salah seorang diantaranya merasa terpaksa melakukan akad itu, maka akadnya tidak sah. Ketiga, harus jelas dan gamblang, maksudnya apa yang diperjanjikan oleh para pihak harus terang atau jelas tentang apa yang menjadi isi perjanjian sehingga tidak mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman diantara para pihak tentang apa yang telah mereka

77 perjanjikan dikemudian hari. melalui tahapan ini penulis akan menganalisis beberapa hal termasuk dalam pemenuhan rukun dan syarat pengupahan. Sebagai penguatnya, penulis sertakan kaidah fiqih yang dapat menguatkan diperbolehkannya pengupahan di Desa Tanon menurut hukum Islam, yakni: كل ما جاز أن يكون مثنا يف البيع جاز أن يكون أجرا يف اإلجارة "Apa saja yang dapat menjadi harga dalam jual beli, dapat menjadi upah dalam ijarah." Dengan demikian maka perjanjian kerja yang dilakukan oleh pihak pemilik dengan pengguna jasa penggilingan padi sudah memenuhi syarat sahnya perjanjian menurut hukum Islam. 3. Dasar Pengupahan Di Desa Tanon, tidak ada ketentuan pasti yang mengatur tentang pengupahan tersebutyang tidak berbentuk uang. Baik menurut petani/pihak penggiling maupun pemilik penggilingan padi, yang utama adalah kekeluargaan, dan bagaimana caranya agar keduanya sama-sama tidak merasa lebih untung atau dirugikan. Sedangkan dalam hukum Islam dasar pengupahan dijelaskan dalam al-qur an, yakni: QS. At-ṭ alāq ayat 6:

78 Kemudian jika mereka menyusukan (anak anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya. 1 Walaupun di Desa Tanon tidak ada ketentuan atau aturan yang dianut masyarakat setempat dalam pemberian upahnya, namun menurut dalil al-qur an diatas sudah mewakili bahwa dasar pengupahan yang tidak berbentuk uang di Desa Tanon diperbolehkan menurut hukum Islam selama tetap ada penggantian atas jasa yaitu upah. 4. Standar Pengupahan Dalam praktek pengupahan buruh tani di Desa Tanon Kec. Papar Kab. Kediri ini, diawal akad sudah ada ketidakjelasan dalam pemberian upah. Karena harga beras yang tidak menentu setiap saat bila dikurskan dengan rupiah. Namun jika dilihat dan ditelusuri dari hasil wawancara penulis dengan petani dan pemilik penggilingan padi, bahwa pembagian upahnya sudah masuk dalam kategori adil. Sedangkan dalam Hukum Islam, syarat Upah/harga sewa dalam sewa-menyewa harus jelas, tertentu dan bernilai harta. Jelas dan tertentu dalam hal ini adalah jelas nilai dari harga sewa tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari perselisihan dikemudian hari. B. Analisis Pengupahan Giling Padi Yang Tidak Berbentuk Uang Berdasarkan Al- Urf 1 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Jumanatul Ali-Art, 2007), 559.

79 1. Dasar Pengupahan Di Desa Tanon tidak ada ketentuan pasti yang mengatur tentang pengupahan tersebut. Baik menurut petani/pihak penggiling maupun pemilik penggilingan padi, yang utama adalah kekeluargaan, dan bagaimana caranya agar keduanya sama-sama tidak merasa lebih untung atau dirugikan. a. Ditinjau dari bentuknya, pengupahan giling padi yang tidak berbentuk uang di Desa tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri ini termasuk dalam kategori Urf Amaly ( urf perbuatan). Urf Amaly yaitu kebiasaan yang berupa perbuatan 2 atau kebiasaan dalam perbuatan sehari-hari. 3 Seperti halnya kegiatan tukar jasa yang dilakukan pihak antara pengguna jasa dan pemberi jasa giling padi di Desa Tanon yang pengupahannya dalam bentuk beras dan tidak terdapat ucapan ija>b qabulnya, maka dengan demikian sewa atas jasa penggunaan mesin beserta pekerja penggiling padi tersebut dapat dikatakan dalam golongan urf amaly. b. Ditinjau dari segi nilai atau hukumnya, pengupahan di Desa ini termasuk dalam golongan urf ṣ aḥ iḥ. Urf ṣ aḥ iḥ yaitu urf yang baik dan dapat diterima, kerena tidak bertentangan dengan nashshara. 4 c. 2 Zarkasji Abdul Salam dan Oman Fathurohman, Pengantar Ilmu Fiqh-Usuhul Fiqh, 124. 3 Hamzah Ya qub, Pengantar Ilmu Syariah (Hukum Islam), 101. 4 Zarkasji Abdul Salam dan Oman Fathurohman,Pengantar Ilmu Fiqh-Usuhul Fiqh, 124.

80 c. Ditinjau dari segi luas berlakunya, termasuk dalam urf khash ( urf khusus) yaitu urf yang hanya berlaku atau hanya dikenal di suatu tempat saja, di tempat lain tidak berlaku. 5 Pengupahan atas jasa giling padi yang berbentuk selain uang, yang penulis ketahui hanya ada di Desa Tanon. Di Desa lainnya rata-rata berbentuk uang sebagaimana mestinya pengupahan di Negara kita. Analisis Syarat Al- urf Para Ulama Ushul fiqh menyatakan bahwa suatu urf, baru bisa dijadikan sebagai salah satu dalil dalam menetapkan hukum shara apabila sudah memenuhi syarat berikut: a. Urf itu bersifat secara umum Artinya berlaku dalam mayoritas kasus yang terjadi ditengah-tengah masyarakat dan keberlakuannya dianut oleh mayoritas masyarakat tersebut. Di Desa Tanon, pengupahan yang tidak berbentuk uang sudah lama dianut oleh masyarakat setempat, dan pengupahan seperti ini bukanlah suatu hal untuk dipermasalahkan. Jadi pengupahan tersebut telah memenuhi syarat urf yang pertama. b. Urf yang baru datang, tidak dapat dijadikan sandaran hukum terhadap kasus yang telah lama. Karena kebiasaan pengupahan yang tidak berbentuk uang layaknya yang terjadi di Desa Tanon sudah lama adanya, maka 5 Zarkasji Abdul Salam dan Oman Fathurohman,Pengantar Ilmu Fiqh-Usuhul Fiqh, 125.

81 bukan termasuk urf yang baru datang, sehingga syarat urf yang kedua pun terpenuhi. c. Urf tidak bertentangan dengan nash, sehingga hukum yang dikandung nash itu bisa diterapkan. Dalam Islam, pengupahan yang tidak berbentuk uang uang bukan hal yang tidak biasa. Bahkan pada zaman Rasululloh SAW pengupahan sudah dilakukan dalam bentuk selain uang. Jadi kenyataan pengupahan di Desa Tanon tersebut tidak beretentangan dengan nash. C. Analisis Pengupahan Giling Padi Yang Tidak Berbentuk Uang Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Dalam Pasal 1 ayat 30 dijelaskan bahwa upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Menurut penjelasan dalam Undang-Undang tersebut, upah yang dibayarkan adalah berbentuk uang, sementara yang terjadi di Desa Tanon ini adalah pengupahan dengan bentuk barang yaitu beras.dari pasal 1 ayat 30 ini yang dimaksud upah adalah upah kepada buruh, dalam arti buruh adalah pekerja harian, mingguan atau bulanan, sedangkan di Desa Tanon, yang dibayar bukanlah buruh, tetapi justru pengusahanya.disini, pengusaha adalah pekerja, pengusaha giling padi

82 memberikan jasa penggilingan padi kepada petani yang membutuhkan jasa penggilingan padi guna menggilingkan padi hasil panennya hingga menjadi beras. Upah di Desa ini tidak ditetapkan secara tertulis, berbeda dengan penjelasan pengupahan pada Pasal 1 ayat 30 ini yang terdapat perjanjian kerja secara jelas terhadap kesepakatan dan pengupahannya. Begitu pula yang dijelaskan dalam Pasal 50 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Jadi disini belum dijelaskan mengenai pengupahan yang berbentuk selain dengan uang dan pengupahan yang tanpa adanya perjanjian atau kesepakatan kerja secara jelas. Menurut Pasal 51 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menjelaskan mengenai perjanjain kerja yaitu antara lain; Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan dan Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Pada prinsipnya perjanjian kerja dibuat secara tertulis, namun melihat kondisi masyarakat yang beragam dimungkinkan perjanjian kerja secara lisan.perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain perjanjian kerja waktu tertentu antar-kerja, antar-daerah, antar-kerja, antarnegara, dan perjanjian kerja laut. Di Desa Tanon tidak ada perjanjianperjanjian kerja, jangankan perjanjian secara tertulis, secara lisan saja tidak ada, semua terjadi begitu saja sejak dahulu kala, hingga menjadi suatu tradisi saat ini. Jadi Pasal 51 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

83 Ketenagakerjaan juga tidak menguatkan diperbolehkan atau tidaknya pengupahan yang terjadi di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri ini. Dalam Pasal 52 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa; Perjanjian kerja dibuat atas dasar kesepakatan kedua belah pihak, kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum, adanya pekerjaan yang diperjanjikan dan pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud kemampuan atau kecakapan adalah para pihak yang mampu atau cakap menurut hukum untuk membuat perjanjian. Bagi tenaga kerja anak, yang menandatangani perjanjian adalah orang tua atau walinya. Dalam pasal ini sudah jelas bahwa masyarakat Desa Tanon tidak melanggar aturan, dimana para pihak yang terkait dengan sebuah pekerjaan atau yang dimaksud dalam pasal ini adalah perjanjian tersebut dilakukan oleh orang-orang yang sudah dewasa atau cakap dan mampu menurut hukum untuk membuat perjanjian, pekerjaan yang dilakukan juga tidak mengganggu ketertiban umum, justru memberikan dampak positif bagi warga sekitar. Dalam ayat 2 dijelaskan bahwa perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana penjelasan dalam pasal diatas dapat dibatalkan. Sedangkan dalam Pasal 53 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa segala hal dan/atau biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan pembuatan perjanjian, maksudnya kewajiban

84 pembuatan perjanjian kerja dan surat pengangkatan dibebankan kepada pengusaha, dan apabila pengusaha tidak melakukan kewajiban itu maka pengusaha bertanggung jawab terhadap akibat dari pelaksanaan hubungan kerja tersebut. Di Desa Tanon ini karena tidak terdapat perjanjian kerja secara tertulis, jadi tidak diperlukan surat-surat ataupun pembebanan kepada pengusaha penggilingan padi apabila terjadi akibat atas pelaksanaan penggilingan padi.