BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang barang dari dalam negeri ke luar negeri dengan memenuhi ketentuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

There are no translations available.

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

Tujuan, Tugas, dan Jenis Perdagangan Internasional. Pertemuan ke-2

Visi Menciptakan perdagangan yang tangguh di DKI Jakarta dalam bersaing di pasar global

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 41/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

IMPOR MURAH DENGAN SKEMA FREE TRADE AGREEMENT

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 59/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-DAG/PER/7/2008

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13

: 41/M-DAG/PER/9/2009

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 558/MPP/Kep/12/1998 T E N T A N G KETENTUAN UMUM DI BIDANG EKSPOR

LAMPIRAN. Lampiran Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor : 575/MPP/Kep/VIII/2002 Tanggal : 6 Agustus 2002

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26/M-DAG/PER/12/2005 TENTANG KETENTUAN EKSPOR KOPI MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

I. BARANG YANG DIATUR EKSPORNYA. 1. Maniok, khusus ekspor tujuan negara Uni Eropa :

Lampiran Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 10/M-DAG/PER/5/201141/M-DAG/PER/9/2009 Tanggal : 3 MEI September 2009

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/M-DAG/PER/9/2005

BAB II LANDASAN TEORI

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN R.I

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Menteri Perdagangan Republik Indonesia NOMOR : 43/M-DAG/PER/10/ /M-DAG/PER/9/2007

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Sisa dan Skrap Logam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 199

Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDLSTRUN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No b. bahwa sehubungan dengan pemberlakuan ketentuan mengenai sistem klasifikasi barang berdasarkan Harmonized System 2017 dan ASEAN Har

STANDARD DAN PEDOMAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA IUIPHHK DAN IUI LANJUTAN. Prinsip Kriteria Indikator Verifier Metode Verifikasi Norma Penilaian

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Non-migas Awal 2011: Memberikan Sinyal Positif yang Berlanjut untuk Mencapai Target 2011

Lampiran 1. Prosedur Ekspor Barang Secara Umum

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT APRIL 2017

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

PEMERIKSAAN BARANG EKSPOR PENGENALAN KEGIATAN SURVEYOR

BAB II LANDASAN TEORI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Ekspor Bulan Juni 2011 Mencapai Rekor Baru Mendukung Tercapainya US$ 200 Miliar Tahun 2011

1. 3. Realisasi ekspor DKI Jakarta berdasarkan Penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA)

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Asnawati (2013), bisnis internasional adalah bisnis yang

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN Nomor 78/M-DAG/PER/10/2014 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK KEHUTANAN

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

2017, No Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/12/2016 tentang Pelayanan Terpadu Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 10/M-DAG/PER/3/2009 TENTANG EKSPOR BARANG YANG WAJIB MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Letter Of Credit. Ekspor.

2 d. bahwa hasil pembahasan Tim Pertimbangan Kepentingan Nasional telah memutuskan untuk mengenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan berupa kuota terha

CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT JULI 2013

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

MEMASUKI PASAR LUAR NEGERI

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

Slide untuk eksternal BC

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 05/DAGLU/PER/6/2008 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

User Manual. Sistem e-ska untuk Eksportir

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN BARAT MEI 2013

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst

2018, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2.

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/6/2008 TENTANG

2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. A. Prosedur Transaksi Ekspor dan Impor dengan Mekanisme L/C pada Citi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN

2017, No mengenai Suatu Kemitraan Ekonomi, telah dijadwalkan skema penurunan tarif bea masuk dalam rangka Persetujuan antara Republik Indonesi

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ekspor Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang barang dari dalam negeri ke luar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara kepada negara lain, termasuk diantara barang barang, asuransi, dan jasa jasa pada suatu tahun tertentu (Triyoso, 200). Menurut Punan (1992:2) Ekspor adalah mengeluarkan barang dari dalam keluar daerah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan berlaku. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas mengenai ekspor, maka dapat disimpulkan bahwa inti dari ekspor adalah suatu kegiatan menjual barang ke luar negeri dengan tujuan mencari keuntungan bagi perusahaan atau individu. 9

10 2.2 Prosedur Ekspor Sumber: djpen.kemendag.go.id Gambar 2.1 Bagan Prosedur ekspor Dalam hal ini prosedur ekspor termasuk pengurusan dokumen-dokumen ekspor, persiapan barang ekspor, dan hal pembiayaan (Amir, 2004). Berikut adalah langkah-langkah untuk melengkapi prosedur ekspor: a. Korespondensi, yaitu eksportir melakukan korespondensi dengan importir di luar negeri untuk menawarkan komoditas yang akan dijual b. Pembuatan Kontrak Dagang, setelah importir setuju dengan semua kondisi yang ditawarkan oleh eksportir, kontrak dagang segera dibuat. c. Penerbitan Letter of Credit (L/C), importir membuka L/C melalui bank koresponden di negaranya dan mengirimkan L/C tersebut ke bank devisa yang ditunjuk eksportir di Indonesia.

11 d. Mempersiapkan barang ekspor, dengan diterimanya L/C, eksportir segera mempersiapkan barang yang dipesan importir. e. Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), pendaftaran dilakukan ke bank devisa dengan melampirkan keterangan sanggup membayar apabila barang ekspornya terkena pajak ekspor. f. Pemesanan ruang kapal, dilakukan eksportir ke Perusahaan. Pelayaran Samudera atau perusahaan penerbangan. g. Pengiriman barang ke pelabuhan. Tahapan ini dapat dilakukan oleh eksportir sendiri melalui perusahaan jasa pengiriman barang. h. Pemeriksaan Bea Cukai, pihak Bea Cukai akan memeriksa barangbarang yang akan di ekspor beserta dokumennya. Setelah itu ia akan mendatangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada PEB. i. Pemuatan barang ke kapal. Setelah PEB ditandatangani oleh pihak Bea Cukai, barang bisa dimuat ke kapal. Kemudian pihak pelayaran akan memberikan B/L kepada Eksportir. j. Surat Keterangan Asal Barang (SKA), surat ini bisa diperoleh dari Kanwil Deperindag atau kantor Depperindag setempat. k. Pencairan L/C, apabila barang sudah dikapalkan, eksportir bisa mencairkan L/C ke bank dengan menyerahkan syarat B/L, faktur, packing list, dan syarat lainnya. l. Pengiriman barang ke importir.

12 2.3 Dokumen Ekspor Jenis-jenis dokumen yang diperlukan dalam melakukan ekspor antara lain: a. Invoice Invoice adalah dokumen nota/faktur penjualan barang ekspor/impor. Diterbitkan oleh penjual/eksportir/pengirim barang. Di dalam invoice ini wajib mencantumkan: nomor dan tanggal dokumen invoice, nama pembeli/importir/penerima barang/consignee/applicant, nama barang, harga per unit (dijual berdasarkan, pcs/kgm/cbm/dozen/ lainnya), harga total seluruh barang, cara penyerahan barang (FOB, CNF, CIF/lainnya). Hal-hal diatas perlu ditulis didalam invoice, adapun informasi lain dapat disertakan seperti: nama kapal/pesawat, nomor container, tempat muat dan bongkar dan sebagainya. Invoice ini juga digunakan sebagai dasar untuk menghitung pajak/pungutan negara. b. Packing List Packing list adalah merupakan dokumen packing/kemasan yang menunjukkan jumlah, jenis serta berat dari barang ekspor/impor. Juga merupakan penjelasan dari uraian barang yang disebut di dalam commercial invoice. Diterbitkan oleh penjual/eksportir/pengirim barang. Di dalam Packing List ini wajib mencantumkan: nomor dan tanggal dokumen packing list, nama pembeli/importir/penerima barang/ consignee/applicant, nama barang, jumlah dan jenis pengemas, berat bersih dan kotor dari barang barang tercantum. Hal-hal diatas perlu ditulis, adapun informasi lain dapat disertakan seperti: nama kapal/ pesawat, no.

13 container, tempat muat dan bongkar dan sebagainya. Packing list ini juga digunakan sebagai dasar pemeriksaan barang oleh pihak-pihak terkait. c. COO/ SKA COO (Certificate of Origin) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Surat Keterangan Asal (SKA) merupakan suatu dokumen yang berdasarkan kesepakatan dalam suatu perjanjian antar negara baik perjanjian bilateral, regional maupun multilateral. Dokumen tersebut fungsinya sebagai surat keterangan yang menyatakan bahwa barang yang diekspor (atau diimpor) berasal dari suatu negara yang telah membuat suatu kesepakatan (agreement) dengan negara tersebut. Biasanya agreement tersebut berkaitan dengan skema Free Trade Area dalam perdagangan internasional. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa Certificate Of Origin (COO) atau Surat Keterangan Asal (SKA) merupakan dokumen yang dibuat oleh eksportir (seller) dan disertakan pada saat mengirim / mengekspor barang ke suatu negara tertentu dimana negara penerima barang tersebut telah menyepakati suatu perjanjian untuk memberikan suatu kemudahan bagi barang dari negara asal (origin) untuk memasuki negara tujuan tersebut, sebagai contoh kemudahan berupa keringanan bea masuk atau dengan kata lain fasilitas preferensi berupa pembebasan sebagian atau keseluruhan bea masuk impor yang diberikan oleh negara tertentu. Selain itu SKA juga berfungsi sebagai dokumen yang menerangkan bahwa barang ekspor tersebut benar-benar berasal, dihasilkan atau diolah di negara asal yang disebutkan di dalamnya.

14 Jenis SKA dibagi menjadi 2 jenis yaitu SKA Preferensi dan SKA Non-preferensi. Yang termasuk ke dalam SKA Preferensi yaitu: 1. General System of Preferences (GSP) (Form A) 2. ASEAN Free Trade Area (AFTA) (Form D ATIGA ) 3. Asean China FTA (ACFTA) (Form E) 4. Asean Korea FTA (AKFTA) (Form AK) 5. Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) (Form IJEPA) 6. Global System of Trade Preference Among Developing Countries (GSTP) (Form GSTP) 7. ASEAN Australia New Zealand (AANZFTA) (Form AANZ) 8. ASEAN India FTA (AIFTA) (Form AI) 9. ASEAN Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) (Form AJ) 10. Form COA (SKA Preferensi untuk Tembakau di 4 IPSKA) 11. Form Handicraft Batik 12. Form Handicraft Goods 13. Industrial Craft Certification (ICC) 14. Indonesia Pakistan Preferential Trade Agreement (IPPTA) (Form IP) Sedangkan jenis SKA Non-Preferensial meliputi: 1. Form B (Ke Timur Tengah wajib dilampirkan) 2. Form TP (SKA Nonn Preferensi untuk TPT tujuan Uni Eropa)

15 3. Form ICO (SKA Non Preferensi ekspor kopi di 15 IPSKA) untuk ke semua negara 4. Form Annexxa 3 (Untuk ekspor ke Mexico) d. L/C Letter of credit (L/ C) adalah surat dari bank ditujukan kepada eksportir yang menyatakan atas nama nasabah mereka (importir) akan membayar atau mengaksep draft yang diterbitkan oleh eksportir, dengan ketentuan semua syarat yang ditentukan dalam L/C telah dipenuhi. L/C pada umumnya cenderung ditujukan untuk kepentingan eksportir dan sebagai akibatnya eksportir akan mendesak importir agar menerbitkan L/C guna kepentingannya sebelum pengapalan barang terjadi. L/C dapat dikeluarkan oleh pedagang importir sendiri (merchant s L/C) tetapi mengingat resikonya maka sering dikehendaki L/C yang dikeluarkan oleh bank (banker s L/C). Dari sudut pandangan importir, L/C yang ia minta untuk diterbitkan oleh sebuah bank tertentu adalah import credit (outward credit) dan biasanya L/C tersebut dinamakan demikian oleh importir dan bank penerbit L/C (opening/issuing bank). Sebaliknya dari sudut pandangan advising bank yang meneruskan L/C tersebut kepada eksportir atau melakukan pembayaran bertindak sebagai negotiating bank, L/C tersebut dinamakan export credit (inward credit). e. B/L Bill of lading (B/L) adalah dokumen perjalanan atau pemuatan. B/L dikeluarkan oleh pihak pengangkut baik pelayaran, penerbangan atau

16 lainnya atau agennya yang menunjukkan bahwa pengirim mengirimkan barangnya dengan kesepakatan yang tertulis di dalam B/L tersebut. B/L ini jika oleh pelayaran lazim disebut Bill of Lading (B/L) namun untuk maskapai penerbangan disebut Airwaybill, atau bahkan ada sebutan lain Ocean B/L, Marine B/L, Sea waybill. Apapun sebutan itu pada dasarnya sama adalah dokumen pengangkut, dan semua itu adalah dalam kategori B/L. Pendeknya B/L adalah bukti penyerahan/pengiriman barang dari pengirim kepada pelayaran untuk mengirimkan barangnya sampai ke tempat tujuan yang ditunjuk oleh si pengirim. Jadi B/L dapat berfungsi sebagai: Dokumen penyerahan barang dari eksportir kepada pihak ekspedisi; Dokumen kontrak perjalanan antara eksportir dengan perusahaan ekspedisi; Dokumen kepemilikan barang yang tertera dalam dokumen B/L. Dalam B/L wajib disebutkan: nomor dan tanggal B/L dan ditandatangani yang mengeluarkan, nama pengirim, penerima barang, pelabuhan muat, bongkar, nama sarana pengangkut, nama kapal atau pesawat dan nomor perjalanannya, nama, jumlah dan jenis barangnya, berat bersih atau kotor barang, model penyerahan barang, ongkos perjalanan dibayar dimuka atau dibelakang. f. Sales Contract Sales contract adalah dokumen/surat persetujuan antara penjual dan pembeli yang merupakan follow-up dari purchase order yang diminta importir. Isinya mengenai syarat-syarat pembayaran barang yang akan dijual, seperti harga, mutu, jumlah, cara pengangkutan, pembayaran

17 asuransi dan sebagainya. Kontrak ini merupakan dasar bagi pembeli untuk mengisi aplikasi pembukaan L/C kepada Bank. 2.4 Jenis Barang Barang Ekspor Sebagaimana ditentukan dalam PERMENDAG Republik Indonesia Nomor: 13/M-DAG/PER/3/2012 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor bahwa jenis barang barang ekspor diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu: 1. Jenis Barang yang diatur Tata Niaga Ekspornya Jenis barang ini hanya diekspor oleh eksportir yang sudah terdaftar saja. Eksportir terdaftar sendiri adalah suatu perusahaan atau perorangan yang telah mendapatkan pengakuan dari Kementrian Perdagangan untuk mengekspor barang tertentu sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Barang Diatur ekspornya ini meliputi: a. Produk Perkebunan : Kopi digongsang/tidak digongsang b. Produk Kehutanan : Produk dari rotan ataupun kayu c. Produk Industri : Asetat Anhidrida, Asam Fenilasetat, Efedrin, Aseton, Butanol d. Produk Pertambangan : Intan, timah, emas 2. Jenis Barang yang diawasi Tata Niaga Ekspornya Barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan oleh eksportir yang telah mendapatkan persetujuan ekspor dari Kementerian Perdagangan atau Pejabat yang ditunjuk. Barang yang diawasi ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dilakukan oleh eksportir yang telah

18 mendapat persetujuan ekspor dari Menteri Perdagangan atau pejabat yang ditunjuk (eksportir khusus). Suatu barang diawasi ekspornya karena pertimbangan untuk menjaga keseimbangan pasokan di dalam negeri agar tidak mengganggu konsumsi dalam negeri. Barang Diawasi ekspornya ini meliputi: a. Produk Peternakan : Bibit sapi, sapi bukan bibit, kerbau, kulit Buaya, wet blue, binatang liar dan tumbuhan (appendix II cites) b. Produk Perikanan : Ikan napoleon, wirasse, benih ikan bandeng c. Produk Perkebunan : Inti kelapa sawit (palm kernel) d. Produk Pertambangan : Gas, kokas/minyak petroleum, bijih logam Mulia, perak, emas, e. Produk industri : Sisa dan scrap dari besi, baja stainless, tembaga, kuningan, alumunium, pupuk urea 3. Jenis Barang yang Dilarang Tata Niaga Ekspornya Suatu barang yang dilarang ekspornya karena pertimbangan: Menjaga kelestarian alam, tidak memenuhi standar mutu, menjamin kebutuhan bahan baku bagi industri kecil atau pengrajin, peningkatan nilai tambah, dan merupakan barang bernilai sejarah dan budaya. Barang Dilarang ekspornya ini meliputi: a. Produk Pertanian : Anak ikan dan ikan arwana, benih ikan sidat, ikan hias botia, udang galah ukuran

19 8 cm dan udang panaedae b. Produk Kehutanan : Kayu bulat, bahan baku serpih, bantalan kereta api atau trem dari kayu dan kayu gergajian c. Produk Kelautan : Pasir laut d. Produk Pertambangan : Bijih timah dan konsentratnya, abu dan residu yang mengandung arsenik, logam atau senyawanya dan lainnya, terutama yang mengandung timah dan batu mulia. 4. Jenis Barang yang Bebas Ekspornya Semua jenis barang yang tidak termasuk kedalam kelompok diatur, diawasi, dan dilarang ekspornya dikategorikan sebagai barang bebas ekspor. 2.5 Kopi Kopi adalah minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk. Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara. Dua varietas pohon kopi yang dikenal secara umum yaitu Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Kopi Arabika (Coffea arabica). Kopi arabika mengandung sekitar 0.8-1.4 persen kafeina, sedangkan kopi robusta 1.7-4% kafeina. Kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan dan komoditas ekspor utama dari setengah negara berkembang di dunia. Pohon kopi dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 10 meter. Tumbuhan kopi umumnya ditanam dengan jarak antara pohon sekitar dua meter. Kopi arabika dan robusta

20 masing-masing memiliki kebutuhan lingkungan yang berbeda; kopi arabika mengutamakan termperatur yang lebih dingin dan kopi robusta membutuhkan temperatur yang lebih hangat. Seperti halnya tumbuhan berbuah lainnya, kopi membutuhkan musim kering dan matahari yang cukup banyak ketika mulai berbuah. 2.5.1 Proses Pembuatan Kopi Untuk menjadi sebuah kopi yang siap diseduh, buah ceri kopi melalui berbagai tahap mulai dari pemanenan biji ceri, kemudian diproses untuk mengeluarkan biji kopi-nya melalui 3 cara yaitu dicuci (basah), dikeringkan atau dijemur, dan semi cuci atau gabungan dari keduanya, kemudian biji kopi disangrai, hingga akhirnya digiling untuk selanjutnya diseduh. 2.6 Dasar kebijakan Ekspor Kopi di Indonesia Komoditas kopi termasuk ke dalam komoditas yang diatur tata niaga ekspornya sesuai PERMENDAG No. 13/2012: Ketentuan Umum Ekspor, karena: 1. Komitmen pemerintah Indonesia kepada International Coffee Agreement (ICA). 2. Penerapan kuota ekspor kopi sebelum tahun 2001. 3. ICA2007: Komitmen Indonesia untuk menyampaikan statistik perdagangan ekspor dan impor kopi secara rutin kepada Internasional Coffee Organization (ICO) yang menjadi dasar penerapan kewajiban SKA Form ICO.

21 2.7 Ketentuan Ekspor Kopi di Indonesia Tujuan ekspor kopi dari Indonesia menurut PERMENDAG No. 41/2009 jo. PERMENDAG No. 10/2011 yaitu untuk mendorong peningkatan daya saing dan persaingan usaha yang sehat. 2.7.1 Kelompok Barang yang diatur 1. Biji Kopi (HS 0901): green bean dan roasted bean 2. Produk Kopi (HS 2102): kopi instan, ekstrak, essence, dll. Tabel 2.1 Daftar Pos Tarif/HS Code Untuk Komoditas Kopi yang diatur Ekspornya

22 2.7.2 Instrumen Perizinan Ekspor Kopi di Indonesia 1. Eksportir Terdaftar Eksportir Kopi Sementara (EKS) dan Eksportir Tetap Kopi (ETK) Dari Kementrian Perdagangan, diproses secara daring melalui INATRADE. Syarat: Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan rekomendasi dari Dinas Perdagangan Provinsi. EKS Berlaku selama 1 tahun, ETK berlaku secara permanen selama melakukan kegiatan ekspor. EKS dapat ditingkatkan menjadi ETK setelah melakukan ekspor >200-ton dalam 1 tahun. Eksportir terdaftar memiliki kewajiban untuk melakukan ekspor kopi dalam jangka waktu 1 tahun disertai SPEK dan SKA form ICO, dan wajib menyampaikan laporan realisasi ekspor per 3 bulan 2. Persetujuan Ekspor Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK) Dari 16 Instansi/Dinas Penerbit SPEK (Kepdirjen Daglu No. 20/DAGLU/KEP/12/2013) Syarat: Terdaftar EKS atau ETK Berlaku untuk setiap pengiriman ekspor, selama 30 hari

23 3. Surat Keterangan Asal SKA/COO Form ICO Dari Instansi/Dinas Daerah Penerbit SKA (IPSKA) Sebagai bentuk komitmen Pemerintah Indonesia pada International Coffee Agreement (ICA) 2017, ICO membutuhkan data produksi, konsumsi dan perdagangan kopi dunia untuk memonitor tren perkembangan pasar kopi Internasional terkini. Setiap pengiriman ekspor kopi wajib disertai dokumen SKA Form ICO.