Kebijakan Pengendalian Ruang Perumahan dan Pemukiman di Kota Padang:...

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh

WALIKOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

penelitian 2010

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN LEGISLASI LAHAN DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

PEMERINTAH KOTA PADANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kebijakan Pengendalian Pertumbuhan Ruang dan Perizinan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I. PENDAHULUAN A.

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAHAN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN

I. PENDAHULUAN. peternakan. Keberhasilan pembangunan peternakan sangat ditentukan oleh

Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Kecamatan Bandung Kidul Kota Bandung

BAB V PENUTUP. Proses evaluasi implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan pada. 52 Laporan Keuangan SKPD dilakukan dengan membandingkan LK SKPD

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III TINJAUAN KOTA BEKASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

I. PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PADA KAWASAN PERUMAHAN

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III MONOGRAFI KOTA PADANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

21 Januari 2017 PENYEDIAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994;768) dalam buku

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia menempati bumi, lahan sudah menjadi salah satu unsur utama

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR. TAHUN. TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

III DRAFT KETENTUAN DAN PERSYARATAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN BIDANG PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG SECARA ELEKTRONIK A. Izin Prinsip (IP) 1.

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

Transkripsi:

Kebijakan Pengendalian Ruang Perumahan dan Pemukiman di Kota Padang:... KEBIJAKAN PENGENDALIAN RUANG PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DI KOTA PADANG: STUDI KASUS PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERUMAHAN DI KECAMATAN PAUH KOTA PADANG Melinda Noer 1), Rian Hidayat 1), Yushy 2). 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas 2) Mahasiswa Program Studi Perumahan dan Pemukiman Pascasarjana Universitas Andalas Email : melindanoer@yahoo.com; rianpiliang@yahoo.com; yushy@yahoo.com Naskah diterima :17 Maret 2017 Naskah direvisi : 6 Maret 2017 Disetujui terbit : 20 Maret 2017 ABSTRAK Tulisan ini merupakan hasil penelitian tentangimplementasi kebijakan di bidang perumahan dan permukiman yang akhir-akhir ini diamati semakin jauh jarak antara rencana tata ruang dan pemanfaatan ruang wilayah. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menggambarkan hasil kajian implementasi kebijakan pengendalian ruang wilayah dan menjelaskan permasalahan sejauh mana rencana tata ruang dipedomani dalam pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Padang, khususnya di Kecamatan Pauh. Urgensi penelitian adalah pentingnya mempedomani rencana tata ruang wilayah dalam merencanakan program dan kegiatan pembangunan, sehingga pemanfaatan ruang wilayah dapat terlaksana secara tertib dan berkelanjutan sesuai dengan pola ruangnya. Lokasi penelitian di Kecamatan Pauh Kota Padang yang tercacat sebagai wilayah yang cepat perkembangannya dan termasuk tinggi laju pengalihfungsian lahan pertanian menjadi lahan perumahan dan permukiman. Metoda penelitian deskriptif kualitatif dipilih agar dapat menggambarkan dan menjelaskan proses terjadinya peralihan pemanfaatan lahan sehingga tidak lagi sesuai dengan peruntukannya melalui proses perizinan pembangunan atau pendirian perumahan dan bangunan yang dilakukan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pengendalian ruang pembangunan perumahan dan permukiman di lokasi studi belum terlaksanasecara efektif dan belum sepenuhnya mempedomani kebijakan penataan ruang wilayah yang berlaku. Pembangunan perumahan dan permukiman ditemukan juga menggunakan lahan pertanian yang kejadiannya diawali dengan perubahan kepemilikan lahan. Perubahan kepemilikan lahan pertanian tersebut dapat terjadi dalam jumlah yang luas dan berkelompok pada satu hamparan, namun dapat juga terjadi pada luas lahan yang kecil dan terpencar. Pengendalian ruang wilayah untuk pembangunan perumahan dan permukiman perlu ditegakkan secara tegas agar sesuai dengan rencana tata ruang wilayahagar pembangunan sektor perumahan dan permukiman tidak mengancam keberlanjutan pemanfaatan lahan untuk pembangunan sektor lain khususnya pembangunan pertanian sebagai sumber produksi pangan. Kata kunci: penataan ruang, alih fungsi lahan, perumahan, pertanian PENDAHULUAN Tekanan jumlah penduduk yang mendorong pertumbuhan pembangunan bidang perumahan dan permukiman dirasakan di setiap kota sedang berkembang. Sebagian besar permintaan akan perumahan berasal dari penduduk luar kota, yang datang untuk tujuan pendidikan, pekerjaan atau untuk menikmati keuntungan ekologis tertentu seperti pada daerah ketinggian atau pengunungan. Kebutuhan rumah pada tahun 2015 telah mencapai 15,2 juta unitdan sebagian besar untuk mengisi kebutuhanmasyarakat berpenghasilan menengah ke bawah [1]. Perumahan dan pemukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dalam hidupnya, sehingga pemerintah harus menempatkan bidang pembangunan perumahan dan pemukiman sebagai salah satu prioritas dalam pembangunan. Untuk pembangunan perumahan dan pemukiman di Kota Padang sejak tahun 2009 lebih banyak berada pada daerah zona aman bencana tsunami, baik dilakukan perusahaan pengembang maupun masyarakat dan individu. Akibatnya, lahan yang sebelumnya digunakan sebagai lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan untuk perumahan. Berdasarkan data Dinas Pertanian, ISBN : 978-602-73463-1-4 541

Melinda Noer, Rian Hidayat dan Yushy Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan (Dipernakbunhut) Kota Padang (2016), diketahui bahwa lahan sawah yang sudah beralih fungsi pada periode waktu 2009 2013 adalah sebanyak 106 Ha. Kecamatan Pauh di dalam Perda Kota Padang No. 4 tahun 2012 tentang RTRW Kota Padang tahun 2012-2032, ditetapkan sebagai kawasan perumahan kepadatan rendah. Namun saat ini Kecamatan Pauh mengalami pertumbuhan perumahan yang tergolong cepat sejak tahun 2009. Kondisi ini terlihat dari beralih fungsinya lahan pertanian khususnya lahan sawah di Kecamatan Pauh seluas 35 Ha dalam periode waktu 2009 2013.Kecamatan Pauh merupakan kecamatan yang tergolong tinggi tingkat alih fungsi lahan sawahnya dibandingkan kecamatan lainya di Kota Padang [2]. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan hasil kajian implementasi kebijakan pengendalian ruang wilayah pembangunan perumahan dan menjelaskan permasalahan sejauh mana rencana tata ruang dipedomani dalam pembangunan perumahan dan permukiman di Kota Padang.Proses perizinan pembangunan perumahan dan pemukiman penduduk dan beralih fungsinya lahan pertanian menjadi lahan perumahan di Kecamatan Pauh Kota Padang menjadi kasus studi untuk menjelaskan kajian kebijakan ini. Tulisan ini berpendapat bahwa pengendalian pemanfaatan ruang wilayah perlu ditegakkan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan melalui pemanfaatan ruang wilayah (lahan) yang sesuai dengan peruntukan atau pola ruang yang direncanakan. Diharapkan tulisan ini dapat menyumbang masukan kepada pemerintah dalam upaya penegakan kebijakan pengendalian ruang wilayah untuk terwujudnya pembangunan berkelanjutan sesuai yang diharapkan. Perlu upaya untuk menjaga konsistensi rencana penataan ruang dengan implementasi pemanfaatan ruang wilayah khususnya dalam pembangunan perumahan dan pemukiman dimasa depan dalam rangka menghindari persaingan lahan antar sektor pembangunan. METODOLOGI Penelitian menggunakan metoda studi kasus dengan mempelajari kasus pengendalian ruang pembangunan perumahan di Kecamatan Pauh di Kota Padang.Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja (purposive)dengan pertimbangan Kecamatan Pauh merupakan Kecamatan yang cepat pertumbuhan pembangunan perumahan dan permukimannya. Kondisi ini terlihat dari alih fungsi lahan pertanian seluas 35 hektar pada periode tahun 2009-2013, sementara RTRW Kota Padang menetapkan Kecamatan Pauh sebagai kawasan perumahan dengan kepadatan rendah. Penelitian menggunakan data primer dan sekunder. Untuk memperoleh data primer yang holistik dan integratif dan kuatnya relevansi data dengan fokus penelitian, maka pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik wawancara mendalam (indepth interview), observasi partisipasi, dan studi dokumentasi. Data primer diperoleh dari informan kunci yang terkait dengan pembangunan perumahan dan pemukiman di Kecamatan Pauh.Informan kunci dipilih berdasarkan keterlibatan langsung dengan kejadian, proses dan keputusan implementasi kebijakan pengendalian ruang untuk pembangunan perumahan, baik di tingkat Kota Padang maupun di Kecamatan.Pemilihan informan kunci dikembangkan denga n tehnik bola salju (snow ball). Data sekunder yang dikumpulkan berupa dokumen dan peraturan yang berlaku terkait kebijakan pengendalian tata ruang, perizinan pembangunan perumahan, data alih fungsi lahan pertanian, peraturan dan perundangan tentang pembangunan perumahan dan pemukiman di Kota Padang. Sumber data sekunder adalah Bappeda Kota Padang, Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Padang, Dinas Pertanian Kota Padang, Kantor Camat Pauh, UPT Pertanian Kecamatan Pauh. Data difokuskan pada: (a) Peraturan perundangan yang mengatur proses perizinan pemanfaatan ruang sesuai RTRW Kota Padang 2010-2030; (b) Proses dan keputusan yang dibuat institusi dalam perizinan pembangunan perumahan dan permukiman di lokasi kasus studi; (c) Proses dan keputusan stakeholders(pemerintah, swasta, dan masyarakat) dalam mengimplementasi kebijakan pengendalian ruang untuk pembangunan perumahan di lokasi kasus studi. Penelitian menggunakan analisa deskriptif kualitatif untuk mengkaji implementasi kebijakan pengendalian ruang pembangunan perumahan, dan pendekatan yang digunakan pada analisa deskriptif kualitatif ini adalah evaluasi formal [3].Evaluasi formal merupakan pendekatan yang menggunakan metoda deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan cepat dipercaya mengenai hasil-hasil implementasi kebijakan atas dasar tujuan kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan dan adminsitrator.evaluasi formal menggunakan undang-undang, dokumen, program, dan wawancara dengan pembuat atau pelaksana kebijakan untuk mengidentifikasi, mendefenisikan, dan menspesifikasikan tujuan dan target kebijakan. Fungsi evaluasi dalam penelitian ini adalah untuk memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan pengendalian pembangunan perumahan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan membangun rumah telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Kajian ini diperlukan untuk menguji 542 ISBN : 978-602-73463-1-4

Kebijakan Pengendalian Ruang Perumahan dan Pemukiman di Kota Padang:... apakah pemanfaatan ruang perumahan dan permukiman sudah mempedomani rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan pemerintah Kota Padang, khususnya di lokasi kasus studi. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian Kecamatan Pauh merupakan salah satu dari 11 kecamatan yang ada di Kota Padang.Kecamatan Pauh terdiri dari 9 kelurahan. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Koto Tangah, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Kilangan, sebelah Timur dengan Kabupaten Solok, dan sebelah Barat dengan Kecamatan Kuranji dan Padang Timur (lihat Gambar 1). Gambar 1. Batas wilayah Kecamatan Pauh [4]. Luas wilayah Kecamatan Pauh adalah 146.29 km 2 dan berada pada ketinggian 10-1.600 meter di atas permukaan lautdengan suhu berkisar antara 22 0 C 31,7 0 C.Kecamatan Pauh Berada di kawasan barat Kota Padang yang terletak pada posisi 0 0 58 Lintang Selatan dan 100 0 21 11 Bujur Timur. Lebih kurang 82% dari total luas wilayah Kecamatan Pauh berupa hutan, terutama hutan lindung. Sisanya berupa lahan pertanian, tegal, ladang, dan lahan bukan pertanian. Luas lahan bukan pertanian hanya berkisar 582 hektar yang terdiri dari lahan perumahan dan permukiman, perkantoran, dan jalan(ke camatan Pauh dalam Angka, 2015). Penduduk Kecamatan Pauh Kota Padang pada tahun 2015 sebanyak 68.448 jiwa. Tabel 1 memperlihatkan jumlah penduduk di Kecamatan Pauh Kota Padang periode tahun 2011 2015 yang terus meningkat. ISBN : 978-602-73463-1-4 543

Melinda Noer, Rian Hidayat dan Yushy Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kecamatan Pauh tahun 2011-2015 Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 2015 68.448 2014 64.863 2013 61.755 2012 61.006 2011 59.216 Sumber: Kecamatan Pauh Dalam Angka Tahun 2016 Terjadinya peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Pauh Kota Padang dipicu oleh keinginan masyarakat Kota Padang untuk memilih tempat tinggal di kawasan zona aman tsunami. Peningkatan jumlah penduduk juga didorong oleh ketertarikan masyarakat untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Andalas dan Politeknik Negeri Padang yang juga berlokasi di kecamatan Pauh. Gambaran Perubahan Pemanfaatan Ruang Di Kota Padang Penambahan jumlah penduduk mendorong permintaan yang meningkat akan lahan perumahan dan permukiman. Kebutuhan lahan untuk pembangunan perumahan dan pemukiman yang meningkat ini telah berdampak kepada pengurangan jumlah lahan sawah.tabel 2 memperlihatkan angka alih fungsi lahan sawah yang tertinggi di Kota Padang pada periode 2009-2013 adalah di Kecamatan Pauh. Tabel 2. Luas Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Padang periode tahun 2009-2013 No. Kecamatan Luas alih fungsi lahan sawah(hektar) 1 Bungus Teluk Kabung 4 2 Lubuk Kilangan 3 3 Lubuk Begalung 33 4 Padang Selatan 0 5 Padang Timur 8 6 Padang Barat 0 7 Padang Utara 0 8 Nanggalo 0 9 Kuranji 23 10 Pauh 35 11 Koto Tangah 0 Jumlah 106 Sumber : Dipernakbunhut Kota Padang (2016) Jumlah lahan sawah yang beralih fungsi menjadi lahan perumahan dan pemukiman di Kota Padang periode waktu 2009-2013 adalah 106 Ha. Sementara, kecamatan Pauh dengan tingkat alih fungsi lahan sawah tertinggi, didalam RTRW Kota Padang tahun 2012 termasuk lingkungan dengan tingkat kepadatan rendah. Dengan demikian, hal ini menunjukkan telah terjadi perubahan pola ruang wilayah, dimana pemanfaatan ruang wilayah tidak lagi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah di kecamatan Pauh, khususnya untuk kawasan perumahan dan permukiman. Untuk itulah perlunya studi implementasi kebijakan pengendalian ruang wilayah di lokasi studi ini. Perubahan pola pemanfaatan ruang wilayah di Kecamatan Pauh yang disebabkan oleh peningkatan permintaan luas lahan perumahan, juga ditunjukkan oleh data perkembangan jumlah Rukun Tetangga (RT).Sejak tahun 2012, telah terjadi penambahan jumlah RT sebanyak 4 RT. Namun dari tahun 2011 sebenarnya telah bertambah 1 RW dan 7 RT. Perkembangan jumlah RT dan RW menurut Kelurahan di kecamatan Pauh tahun 2012 dan 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.Pemekaran RT terjadi di kelurahan Limau Manih Selatan sebanyak 3 RT dan di kelurahan Cupak Tangah bertambah sebanyak 1 RT. 544 ISBN : 978-602-73463-1-4

Kebijakan Pengendalian Ruang Perumahan dan Pemukiman di Kota Padang:... Tabel 3. Jumlah Rukun Tetangga (RT) menurut Kelurahan di Kecamatan Pauh Tahun 2012 dan 2015 Kelurahan RukunTetangga (RT) Tahun 2012 Tahun 2015 1. Pisang 23 23 2. BinuangKampuangDalam 18 18 3. PiaiTangah 12 12 4. CupakTangah 20 21 5. Kapalo Koto 15 15 6. Koto Lua 25 25 7. LambungBukik 13 13 8. LimauManih Selatan 28 31 9. LimauManih 18 18 Jumlah 172 176 Sumber: Kecamatan Pauh Dalam Angka, 2013 dan 2016 Kebijakan Pengendalian Ruang Pembangunan Perumahan di Kota Padang Proses implementasi kebijakan penataan ruang wilayah, baik melalui pendekatan top-down yang sentralistis maupun bottom-up yang lebih demokratis atau pendekatan gabungan keduanya, haruslah disertai dengan instrumen kebijakan. Instrumen kebijakan yang diperlukan adalah instrumen yang lebih bersifat teknis dan impelementatif. Setiap instrumen kebijakan memiliki sifat yang membatasi kemungkinannya untuk mempengaruhi perilaku setiap pelaku yang mengimpelementasikan kebijakan. Instrumen yang dapat digunakan bisa berupa pengaturan (hukum) bertujuan untuk menormalisasi perilaku para pelaku kepentingan, insentif finansial yang tidak bersifat memaksa misalnya subsidi, atau penyebaran (transfer) informasi. Implementasi kebijakan di bidang perumahan dan permukiman untuk individu atau badan komersial oleh perseorangan/perusahaan selama ini adalah mengikuti peraturan (hukum) yang berlaku, yakni dengan menetapkan sejumlah prosedur perizinan pembangunan sehingga memenuhi persyaratan perumahan sesuai yang diatur Undang-Undang. Penyelenggaraan pembangunan gedung (rumah) diatur dan dibina berdasarkan rencana tata ruang wilayah demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat.oleh karena itu, pengaturan pembangunan perumahan dan pemukiman harus mengacu pada pengaturan penataan ruang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Di dalam RTRW Kota Padang 2010-2030 disebutkan bahwa kawasan perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan, sementara kawasan permukiman adalah kawasan yang diperuntukkan sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung bagi peri kehidupan dan penghidupan. Kebijakan penataan ruang wilayah kota termasuk mengatur pengembangan kawasan perumahan yang aman dan nyaman sesuai dengan jumlah penduduk kota sampai akhir tahun perencanaan. Strategi yang digunakan untuk itu antara lain adalah dengan membatasi perkembangan secara horisontal agar tidak mengokupasi lahan pertanian yang beririgasi teknis. Pemerintah Kota Padang telah menerbitkan peraturan daerah No. 7 tahun 2015yang mengatur penyelenggaraan bangunan gedung (rumah)tersebut [5]. Setiap bangunan yang didirikan harus sesuai dengan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung, peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Padang, dan juga memenuhi persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.upaya pengendalian ruang wilayah guna menjamin pemanfaatan ruang wilayah kota Padang agar sesuai dengan rencana peruntukannya, dikeluarkanlah Peraturan Walikota (perwako) Padang nomor 15 tahun 2013 [6]. Setiap orang atau badan harus mendapatkan izin dari Walikota supaya terjamin pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang. Izin-izin yang harus dipenuhi oleh setiap orang atau badan dalam pemanfaatan ruang wilayahfdi Kota Padang adalah: 1. Izin Prinsip Izin prinsip ini menyatakan bahwa pembangunan perumahan diperkenankan untuk diselenggarakan atau beroperasi berdasarkan kepada kesesuaian dengan RTRW.B atasan pemanfaatan ruang untuk kawasan perumahan yang wajib memiliki izin prinsip adalah minimal seluas satu hektar. Instansiyang bertanggung-jawab dalam mengelola izin prinsip ini adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Padang. ISBN : 978-602-73463-1-4 545

Melinda Noer, Rian Hidayat dan Yushy 2. Izin Lokasi Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada orang atau badan untuk memperoleh ruang yang diperlukan dalam rangka melakukan aktivitasnya.izin Lokasi merupakan dasar untuk pembebasan lahan dalam rangka pemanfaatan ruang dan mendirikan bangunan termasuk rumah. Izin lokasi diperlukan untuk pemanfaatan ruang paling sedikit satu hektar untuk kegiatan bukan pertanian dan paling sedikit 25 (dua puluh lima) hektar untuk kegiatan pertanian. Izin Lokasidiberikan setelah mendapatkan atau berdasarkan atas Izin Prinsip yang diterbitkan.instansi yang bertugas dan bertanggungjawab mengelola izin lokasi adalah Dinas Tata Ruang, Tata Bangunan dan Perumahan Kota Padang. 3. Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah Izin penggunaan pemanfaatan tanah merupakan Keterangan Rencana Kota yang didasarkan pada Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).Instansi yang bertanggungjawab mengelola izin penggunaan pemanfaatan tanah adalah Dinas Tata Ruang, Tata Bangunan dan Perumahan Kota Padang. 4. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan dasar untuk mendirikan bangunan dalam rangka pemanfaatan ruang.instansi yang bertanggungjawab mengelola IMB adalah Dinas Tata Ruang, Tata Bangunan dan Perumahan Kota Padang. IZIN PRINSIP IZIN LOKASI IZIN PENGUNAAN PEMANFAAT - AN T ANAH IMB Gambar 1.Proses Perizinan Pemanfaatan Ruang untukperumahandan Pemukiman di Kota Padang Gambar 1 memperlihatkan tahapan perizinan pemanfaatan lahan di Kota Padang. U ntuk memperoleh izin prinsip, pemohon harus memenuhi persyaratan teknis dan persyaratan administrasi, dan mendapatkan persetujuan Walikota dalam hal ini dikelola oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. B appeda Kota Padang melibatkan Tim BKPRD (Badan Koordinasi Pengendalian Ruang Daerah) mengadakan rapat Koordinasi dengan instansi terkait untuk memberikan pertimbangan atas rencana kegiatan yang diajukan yang disertai dengan peninjauan lapangan. Setelah Izin Prinsip terpenuhi, tahap berikutnya adalah izin Lokasi, Izin Pengunaan Pemanfaatan Tanah, dan terakhir adalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB). IMB baru diterbitkan setelah Izin Prinsip, Izin Lokasi dan Izin Pengunaan Pemanfaatan Tanah terpenuhi oleh pemohon. Untuk kondisi saat ini dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Pemerintah Kota Padang merujuk kepada serangkaian aturan antara lain Peraturan Pemerintah nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaran Tata Ruang, Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2012 tentang RTRW, Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung, Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2011 tentang Retribusi, Peraturan Walikota No. 15 Tahun 2013 tentang Izin Pemanfaatan Ruang.. RealitasPengendalian Ruang Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Kecamatan Pauh Pada prosedur pemanfaatan ruang yang diatur dalam peraturan Walikota Padang Nomor 15 tahun 2013 masih tedapat celah bagi setiap orang atau badan untuk dapat memanfaatkan lahan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Untuk pembangunan perumahan dan pemukiman di Kota Padang, tahap izin prinsip hanya wajib dengan batasan pemanfaatan ruang untuk kawasan perumahan dan pem ukiman adalah minimal seluas 1 (satu) Ha, sehingga ketika setiap orang atau badan akan memanfaatkan lahan untuk perumahan dan pemukiman kurang dari 1 Ha maka tidak dibutuhkan persyaratan izin prinsip. Gambar 2 memperlihatkan proses perizinan pendirian bangunan berdasarkan luas lahan dibangun di kecamatan Pauh. 546 ISBN : 978-602-73463-1-4

Kebijakan Pengendalian Ruang Perumahan dan Pemukiman di Kota Padang:... Gambar 2. Alur Proses Perizinan Pendirian Bangunan berdasarkan Luas Lahan Dibangun (sumber: kecamatan Pauh, 2016) Izin pemanfaatan ruang untuk perumahan dan pemukiman ternyata juga ada yang menjadi bagian kewenangan pemerintah tingkat Kecamatan yaitu dengan batasan luas lahan dibawah 100 M 2. Dalam memberikan izin pemanfaatan lahan dibawah 100 M 2, pemerintah Kecamatan belum memperhatikan atau belum mempedomanirencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang. Kenyatan pemanfaatan ruang dalam pembangunan perumahan dan pemukiman yang tetap berlanjut seperti saat ini tentu akanberdampak terhadap terganggunya rencana tata ruang dan pemanfaatan lahan di Kota Padang dalam jangka panjang. Hal ini juga telah berdampak pada perubahan fungsi lahan dari fungsi lahan pertanian ke lahan perumahan seperti yang terjadi di Kecamatan Pauh. Luas lahan sawah di Kecamatan Pauh memperlihatkan jumlah yang berkurang sebanyak 5 hektar kondisi tiga tahun terakhir (UPT Dipernakbunhut, Kecamatan Pauh, 2016). Semua lahan sawah di Kecamatan Pauh merupakan lahan sawah beririgasi, dengan luas panen padi tahun 2015 adalah 3.208 hektar dengan jumlah produksi 17.089 Ton(Kecamatan Pauh dalam Angka, 2016). Artinya, alih fungsi yang terjadi pada lahan sawah menjadi lahan perumahan di kecamatan ini adalah pada lahan sawah beririgasi. Hal ini tentu akan berpengaruh kepada tujuan program ketahanan pangan, lahan pertanian pangan berkelanjutan, dan pemanfaatan infrastruktur irigasi di lahan pertanian beririgasi yang telah dibangun. Berdasarkan proses, implementasi kebijakan yang ditemukan dalam hal pengendalian ruang wilayah seperti digambarkan di atas, tentu saja tidak terlihat apakah terjadi atau tidak terjadi penyimpangan pemanfaatan ruang wilayah untuk perumahan dan permukiman di lokasi studi. Namun dalam kenyataannya, yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan key informan di kecamatan, rencana tata ruang wilayah (RTRW) 2010-2030 Kota Padang belum dipedomani oleh kecamatan sebagai dasar pemberian izin untuk bangunan di atas luas lahan 100 M 2. Dengan demikian, jumlah izin yang dikeluarkan juga tidak akan terhubung dengan status lahan yang tercatat sebagai lahan yang mengalami pengalihfungsian lahan dari sawah menjadi lahan perumahan. Pemilik lahan mengajukan permohonan izin setelah mendapatkan hak penguasaan lahan sebagai pemilik atas lahan yang akan dibangun yang diperoleh dari kaumnya. Lahan tersebut merupakan lahan bersertifikat dengan status hak milik dan tidak lagi berfungsi sebagai sawah. Lahan sawah dikeringkan dan diberakan beberapa lama sebelum dialihkan hak kepemilikannya. Mengingat realita implementasi kebijakan perumahan dan kawasan permukiman seperti di atas, termasuk jumlah aktor yang terlibat didalam proses implementasi kebijakan pengendalian ruang pembangunan perumahan, hasil kajian implementasi kebijakanini menjadi sumbangan pemikiran untuk perbaikan implementasi selanjutnya di masa datang. Kenyataan bahwa pihak pengambil keputusan perizinan dalam hal ini bukan hanya satu aktor yang menentukan, tetapi terkait dengan kebijakan dari aktor lain yang saling terkait. Arti penting aktor - aktor tersebut seharusnya mampu memunculkan collective decision making sehingga ikatan antar pembuat keputusan dalam rangka penegakan aturan menjadi penting dan sejalan. Dampak negatif yang ditimbulkan yang terkait dengan pengendalian ruang wilayah ini dalam jangka menengah dan panjang antara lain adalah: a. sulitnya untuk mewujudkan lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat dan berkelanjutan sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Tata Ruang dan Undang-Undang Perumahan dan Permukiman b. sulitnya mewujudkan kota metropolitan sebagaimana yang diembankan kepada kota Padang sebagai kota inti dan kota pelayanan yang tertib, teratur dan berkelanjutan ISBN : 978-602-73463-1-4 547

Melinda Noer, Rian Hidayat dan Yushy c. sulitnya mewujudkan kehidupan perkotaaan dengan estetika tata ruang yang baik, indah dan nyaman d. sulitnya nuntuk mewujudkan ketahanan pangan karena lahan pangan berkelanjutan sulit dicapai. e. sulitnya untuk membangun kawasan pertanian dengan konsep pertanian perkotaan karena ketidakpastian kepemilikan lahan pertanian berkelanjutan. Agar kebijakan dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya, beberapa strategi yang berbasis pemberdayaan masyarakat sesungguhnya dapat digunakan, antara lain: a. strategi fasilitasi; digunakan ketika masyarakat yang menjadi target pembangunan mengetahui ada masalah dan membutuhkan perubahan, ada keterbukaan terhadap bantuan dari luar dan keinginan pribadi untuk terlibat. b. strategi persuasif, berupaya membawa setiap perubahan melalui kebiasaan, dimana pesan distruktur dan dipresentasikan. c. strategi re-edukasi melibatkan proses justifikasi rasional atas aksi yang dilakukan. d. strategi kekuasaan, efektif apabila fasilitator memiliki sumber-sumber untuk memberikan insentif atau sanksi pada target serta memiliki kemampuan untuk memonopoli akses. KESIMPULAN Kesimpulan Pemanfaatan lahan untuk pembangunan perumahan dan pemukiman di kecamatan Pauh khususnya dan Kota Padang secara umum belum sesuai dengan rencana tata ruangnya, sehingga implementasi kebijakan pengendalian ruang masih terkendala.kendala ini disebabkan oleh belum terintegrasinya sistem pengendalian ruang dan belum sama pemahaman setiap tingkat pemerintahan yang memberi izin pembangunan tersebut. Selain itu peraturan yang ada dan berlaku juga masih terbatas, karena perizinan pemanfaatan lahan dapat dilakuan pada beberapa tingkat pemerintahan yang koordinasinya juga belum optimal. Izin prinsip hanya wajib dengan batasan pemanfaatan ruang untuk kawasan perumahan dan pemukiman minimal seluas satu Hektar.Ketika setiap orang atau badan perizinan di Kota Padang tidak melewati izin prinsip, maka setiap orang atau badan tersebut berpeluang untuk memanfaatkan lahan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang. Saran Pemanfaatan ruang untuk pembangunan perumahan dan pemukiman di Kota Padang perlu memperhatikan dan berpedoman kepada RTRW dengan proses perizinannya tid ak hanya pada luas lahan yang akan dimanfaatkan. Perlu sosialisasi RTRW kepada semua stakeholders di setiap tingkat pemerintahan agar masyarakat dan stakeholders pengendalian ruang memiliki pemahaman yang sama tentang pentingnya penataan ruang wilayah. DAFTAR PUSTAKA [1] Kementerian Pekerjaan Umum. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Pemukiman. 2015. [2] Pemerintah Kota Padang. Peraturan Daerah Kota Padang No. 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Tahun 2010 2030. [3] Dunn, W.N. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 2000. [4] Badan Pusat Statistik Kota Padang. Kecamatan Pauh Dalam Angka Tahun 2016. [5] Pemerintah Kota Padang. Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung. [6] Pemerintah Kota Padang. Peraturan Walikota Padang No. 15 Tahun 2013 tentang Izin Pemanfaatan Ruang. 548 ISBN : 978-602-73463-1-4