BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perubahan fungsi fisik yang terkadang berhubungan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern, bekerja merupakan suatu tuntutan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat meningkatkan fungsi sistem imun, namun sebaliknya ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan (Papalia, et. la., 2007). Setelah menikah laki-laki dan perempuan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. biasanya disebabkan oleh usia yang semakin menua (Arking dalam Berk, 2011). Dari masa

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk sebagian besar manusia

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan nilai dan kebanggaan tersendiri. Individu dapat berprestasi ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. manusia terutama para peneliti. Hal ini dikarenakan semuanya menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF,

Dewasa ini obesitas atau kegemukan merupakan salah satu masalah utama di

BAB I PENDAHULUAN. umum dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di Bandung (dalam

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. ( orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai sejak berada dalam kandungan, lalu lahir menjadi bayi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas manus1a yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

8. Apakah Saudara merasa kesulitan dalam mengajar dan mendidik anak didik terkait dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki anak didik?

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional, telah. mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang berupa kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. satunya yaitu proses penuaan. Proses penuaan (aging. proses) adalah norma (Suling dan Palenkahu, 2002). Proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap orang pasti pernah mengalami masalah yang menjadi tekanan di

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lanjut usia adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia yang ditandai dengan perubahan fungsi fisik yang terkadang berhubungan dengan proses menua (Papalia, 2004). Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain (Kuntjoro, 2002). Lanjut usia membawa penurunan fisik yang lebih besar dibandingkan periodeperiode usia sebelumnya. Lanjut usia mengalami kehilangan sejumlah neuron pada otak dan sistem saraf, penurunan pada fungsi indra, kapasitas paru-paru dan kemampuan seksualitas (Santrock, 2002). Sistem kekebalan tubuh lanjut usia pun menurun, rentan terhadap penyakit, kemampuan mencerna makanan menjadi lamban, kehilangan elastisitas dan fleksibilitas persendian dan tulang mulai keropos (Kuntjoro, 2005). Perubahan-perubahan fisik tersebut diatas sering kali menimbulkan berbagai penyakit kronis pada lanjut usia, diantaranya diabetes melitus, kanker, asam urat tinggi, penyakit saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan sebagainya (Hutapea, 2005). Penyakit-penyakit kronis ini dicirikan oleh serangan yang perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat membatasi aktivitas-aktivitas lanjut usia (Santrock, 2002). Sarafino (2006) mengatakan

2 bahwa lanjut usia yang mengalami kondisi kronis menjadi tidak mampu menikmati waktu luang yang didapati setelah masa kerjanya. Lanjut usia juga harus mengalami perubahan-perubahan secara psikologis, yaitu perubahan pada psikis atau kejiwaan individu. Lanjut usia sering berbeda dalam mempersepsikan sesuatu, kurang cepat dalam melakukan gerakan motorik atau melakukan respon terhadap rangsangan yang ada, penurunan intelektual, dan perubahan pada kepribadian (Barrow, 1996). Papalia (2004) menuliskan bahwa lanjut usia lebih dapat mengingat kejadian atau peristiwa yang dipersepsikan berbeda oleh lanjut usia. Hal ini menurut peneliti berpengaruh ketika lanjut usia melihat keadaan zaman sekarang yang berbeda dengan zaman ketika lanjut usia tersebut masih muda, sehingga lanjut usia lebih sering menceritakan kehidupan dan kesuksesannya di masa lalu yang terkadang tidak relevan lagi di masa sekarang. Perubahan lainnya yang harus dihadapi lanjut usia adalah perubahan secara sosial. Keberadaan lanjut usia sering dipersepsikan negatif oleh masyarakat luas, yaitu sering dianggap tidak berdaya, sakit-sakitan, tidak produktif, dan sebagainya. Tidak jarang lanjut usia diperlakukan sebagai beban keluarga, masyarakat hingga negara dan sering dikucilkan di panti-panti jompo (Hutapea, 2005). Kuntjoro (2002) menambahkan bahwa dalam masyarakat Indonesia sering dijumpai pengertian dan mitos yang salah mengenai lanjut usia, sehingga banyak merugikan lanjut usia. Contohnya lanjut usia dianggap berbeda dengan orang lain,

3 sukar memahami informasi baru, tidak produktif dan menjadi beban masyarakat, lemah, jompo, sakit-sakitan, pikun, dan lain-lain. Masa lanjut usia ditandai pula dengan masa pensiun. Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian individu sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak. Hal tersebut dikarenakan dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan dan memperkuat harga diri), sehingga sering terjadi orang yang pensiun tidak bisa menikmati masa tua dengan hidup santai, sebaliknya, bahkan mengalami masalah serius (kejiwaan ataupun fisik) (Jacinta, 2001). Menurut Calhoun (1999), perubahan-perubahan atau kemunduran yang dialami lanjut usia sangat membawa stres, baik untuk hal yang lebih baik maupun yang lebih buruk. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan lanjut usia merasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam, sering bingung, panik dan depresif (Hutapea, 2005). Menurut Partodiwirjo (2005), sekitar 70 % lanjut usia di Jawa Timur diduga stress. Pemicunya adalah faktor eksternal seperti tidak mempunyai jaminan uang pensiun dan tidak mendapatkan perhatian dari keluarga. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa bukanlah hal yang mudah bagi lanjut usia untuk menghadapi setiap perubahan yang ada, namun bagaimanapun perubahan itu haruslah dialami dan dihadapi oleh individu. Calhoun (1999) menuliskan bahwa semua orang yang hidup pasti menghadapi

4 perubahan-perubahan, untuk itu dibutuhkan penyesuaian diri, yang menurut Sobur (2003) merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Hal diatas didukung oleh Erikson (dalam Prawitasari, 1994) yang mengatakan bahwa tugas perkembangan lanjut usia adalah mencapai integritas, artinya lanjut usia harus berhasil mencapai komitmen dalam hubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Lanjut usia harus mampu menerima kelanjutan usia, keterbatasan fisik, dan penyakit yang dideritanya, untuk itu lanjut usia harus mampu melakukan penyesuaian diri yang baik. Penyesuaian diri yang baik bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan oleh lanjut usia karena seandainyapun lanjut usia dapat menerima setiap perubahan pada dirinya, namun keterbatasan fisik, kesehatan ataupun ekonomi lanjut usia, mengakibatkan lanjut usia mengalami masalah atau kesulitan untuk melakukan penyesuaian diri. Menurut Kuntjoro (2002), untuk membantu lanjut usia tetap beraktivitas maka dibutuhkan dukungan sosial. Dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah ketenteraman hidup setelah individu memasuki masa lanjut usia. Glaser mengatakan bahwa dukungan sosial, termasuk dari teman dan keluarga, dapat menolong seseorang untuk mengatasi stres emosional yang disebabkan perubahan-perubahan atau kemunduran-kemunduran yang dialami lanjut usia yang dapat mengganggu penyesuaian diri lanjut usia (Hutapea, 2005). Sarafino (2006) mengatakan bahwa individu yang mengalami sakit dan kurang mendapatkan dukungan sosial, memiliki angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan individu sakit yang memiliki dukungan sosial yang baik. Taylor

5 (2003) mengatakan bahwa dukungan sosial dapat dengan efektif mengurangi psychological distress, seperti depresi, atau kecemasan selama masa stres. Menurut Santrock (2002), lanjut usia yang memiliki penyesuaian diri yang baik adalah lanjut usia yang sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk dintaranya temanteman dan keluarganya. Interaksi sosial dengan orang lain yang menyediakan dukungan sosial, bagi lanjut usia memberikan suatu pandangan terhadap diri sendiri yang lebih positif, dan lebih memampukan lanjut usia untuk mengatasi dan pulih dari kejadian atau kondisi krisis yang dihadapi. Kenyataannya di Indonesia, banyak lanjut usia yang tidak memiliki dukungan sosial yang baik. Menurut data yang dikumpulkan dari Dinas Sosial pada tahun 2006, terungkap sekitar 10% atau 1.564.286 orang dari keseluruhan lanjut usia di Indonesia sebanyak 16.522.311 orang, termasuk dalam kategori terlantar, bahkan diperkirakan dari jumlah 16,5 juta lanjut usia, hanya 9 juta orang saja yang tidak masuk kategori terlantar, sisanya masuk kategori terlantar dan rawan terlantar. Pengertian lanjut usia terlantar adalah lanjut usia dengan usia diatas 60 tahun yang tidak punya penghasilan, tidak punya tempat tinggal dan atau tinggal bersama keluarga miskin (Susanto, 2007). Banyaknya lanjut usia yang tidak memiliki dukungan sosial yang baik atau terlantar menimbulkan pertanyaan bagi peneliti apakah berarti banyak juga lanjut usia yang tidak memiliki penyesuaian diri yang baik, sebab menurut teorinya, lanjut usia yang melakukan penyesuaian diri yang baik adalah lanjut usia yang memiliki dukungan sosial yang baik pula.

6 Kenyataannya ada lanjut usia yang meskipun kurang memiliki dukungan sosial yang baik, terutama dari keluarga, namun masih dapat melakukan penyesuaian diri yang baik. Hasil pengamatan peneliti dari lima orang lanjut usia yang kurang memiliki dukungan sosial yang baik, ada dua orang lanjut usia yang tetap memiliki penyesuaian diri yang baik. Dua orang lanjut usia tersebut diatas telah kehilangan pasangan hidup, tinggal sendiri, kurang diperhatikan keluarga dan masyarakat sekitar rumah. Keluarga lanjut usia tersebut kurang peduli meskipun lanjut usia tersebut sedang sakit dan membiarkan lanjut usia itu menanggung semua biaya hidup dan perobatan sendiri, bahkan masih saja menyusahkan dengan meminta bantuan dana kepada lanjut usia tersebut. Itu semua tidak membuat lanjut usia memiliki penyesuaian diri yang buruk. Lanjut usia menjadi lebih memperhatikan kesehatan, tetap bekerja sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetap bersosialisasi, dan tidak menyesali hidup. Ada pula lanjut usia yang memiliki dukungan sosial yang baik, tetapi tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Kuntjoro (2002) bahwa dukungan sosial bagi lanjut usia sangat diperlukan selama lanjut usia sendiri mampu memahami makna dukungan sosial tersebut sebagai penyokong atau penopang kehidupannya. Seringkali ditemui bahwa tidak semua lanjut usia mampu memahami adanya dukungan sosial dari orang lain, sehingga walaupun telah menerima dukungan sosial tetapi masih saja menunjukkan ketidakpuasan, yang ditampilkan dengan cara menggerutu, kecewa, kesal, dan sebagainya.

7 Peneliti juga melihat dari hasil pengamatan langsung terhadap sepuluh orang lanjut usia yang memiliki dukungan sosial yang baik, terdapat empat orang lanjut usia yang tidak melakukan penyesuaian diri yang baik. Lanjut usia tersebut tinggal bersama keluarga atau anak-anaknya dan mendapatkan perhatian dari keluarga, bahkan dari lingkungan, namun para lanjut usia tersebut sering mengeluh, atau marah kepada keluarga dan mengatakan bahwa keluarganya tidak dapat memahami kehidupan lanjut usia tersebut. Empat orang lanjut usia tersebut diatas jarang ke luar rumah untuk bersosialisasi atau ikut kegiatan sosial, tetapi lebih sering berdiam diri dirumah sambil menonton televisi atau melakukan aktivitas yang hanya melibatkan diri sendiri, seperti makan sirih atau tidur. Ada pula lanjut usia yang memendam kesedihan dan permasalahannya sendiri, tidak bersedia memberitahukan kepada keluarga, dan hanya bisa menangis, bahkan ada yang melupakan permasalahan dengan berjudi dan kurang peduli dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk judi, dan menjadi lupa waktu atau terlambat makan. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, dapat dilihat bahwa tidak selamanya dukungan sosial itu berpengaruh terhadap penyesuaian diri lanjut usia. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh dukungan sosial terhadap penyesuaian diri lanjut usia.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah yang muncul adalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh dukungan sosial terhadap penyesuaian diri lanjut usia? C. Tujuan Penelitian Peneliti menetapkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap penyesuaian diri lanjut usia. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan teoritis bagi disiplin ilmu Psikologi, terutama Psikologi Perkembangan dan Psikologi Lanjut Usia mengenai sumbangan dukungan sosial terhadap penyesuaian diri lanjut usia. 2. Manfaat praktis a. Memberikan tambahan informasi bagi lanjut usia tentang bagaimana dukungan sosial mempengaruhi penyesuaian diri, sehingga lanjut usia lebih dapat melakukan penyesuaian diri. b. Memberikan tambahan informasi pada keluarga, masyarakat dan pemerintah tentang seberapa besar pengaruh dukungan sosial terhadap penyesuaian diri lanjut usia, sehingga dapat lebih memperhatikan kesejahteraan lanjut usia

9 dan memberikan kemudahan dan dukungan untuk membantu penyesuaian diri lanjut usia. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Berisi uraian singkat tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II: Landasan Teori Berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan permasalahan penelitian, terdiri dari teori-teori tentang penyesuaian diri, dukungan sosial dan lanjut usia, serta hipotesa penelitian. Bab III : Metode Penelitian Berisi tentang identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, daya beda aitem, validitas dan reliabilitas, prosedur penelitian serta metode analisa data. Bab IV : Analisa Data dan Interpretasi Berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil penelitian dan deskripsi data penelitian Bab V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran Berisi tentang kesimpulan penelitian, diskusi dan saran praktis sesuai hasil dan masalah penelitian.