II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Simanjuntak, 1998) tenagakerja ialah penduduk yang berusia 10

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan produksi maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Para ahli ekonomi mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber daya manusia (SDM) atau human resources mengandung dua

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan variabelserta analisis dalam

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wilayah dan Pembangunan Wilayah. terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI KOTA BOGOR. Oleh : EVA DWI PRIHARTANTI H

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment).

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatmya.

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya di negara berkembang. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012).

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH ( )

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan membangunan ekonomi setiap negara adalah tercapainya. pembangunan ekonomi yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi adalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

ANALISIS PENYERAPAN TENAGAKERJA SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR JASA PASCAKEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI PROVINSI BANTEN OVILLA MARSHAFENI

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Pengolahan di Jawa Timur Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (growth). Pembangunan ekonomi yang mengalami pertumbuhan yaitu apabila tingkat

ANALISIS ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN JURNAL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. industri kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Industri Kecil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan

BAB VI PENUTUP. hasil analisis yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tahun 2011 (Azhar & Arifin, 2011). Penelitian yang berjudul Faktor faktor

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Indonesia sebagai

Transkripsi:

15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tenagakerja Menurut (Simanjuntak, 1998) tenagakerja ialah penduduk yang berusia 10 tahun keatas mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Di Indonesia batas umur 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian tenagakerja di Indonesia yang dimaksud sebagai penduduk usia 10 tahun dan penduduk di bawah 10 tahun tidak digolongkan sebagai tenagakerja. Pemilihan usia 10 tahun sebagai batas umur minimal berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk yang bekerja atau mencari pekerjaan terutama di desa dan ataupun diperkotaan karena sulitnya perekonomian. Setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan, pada tanggal 1 Oktober 1998 penetapan usia kerja bagi penduduk Indonesia telah berubah menjadi 15 tahun atau lebih. Oleh karena itu, setelah tahun 1998 tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih. Tenagakerja atau yang disebut dengan Penduduk Usia Kerja (PUK) terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja atau yang berusia 15 tahun keatas selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab, seperti pegawai sedang cuti. Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari atau mengharap pekerjaan juga termasuk dalam angkatan kerja. Kelompok angkatan kerja mencakup

16 penduduk yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan. Penduduk yang bekerja dibagi menjadi penduduk yang bekerja penuh dan setengah menganggur. Menurut BPS (2010), bekerja adalah suatu kegiatan melakukan pekerjaan dengan tujuan memperoleh nafkah atau membantu memperoleh nafkah paling sedikit satu jam secara terus menerus selama seminggu yang lalu. Sementara yang dimaksud dengan mencari pekerjaan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan. Penduduk yang mencari pekerjaan dibagi menjadi penduduk yang pernah bekerja dan penduduk yang belum pernah bekerja. Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Mencari Kerja Bekerja Pernah Bekerja Belum Pernah Bekerja Bekerja Penuh Setengah Menganggur Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya Sumber : (BPS : SAKERNAS, 2010) Gambar 2.1. Komposisi Penduduk dan Tenagakerja Sedangkan kelompok bukan angkatan kerja adalah kelompok penduduk berusia 15 tahun keatas selama seminggu yang lalu mempunyai kegiatan yang tidak termasuk dalam angkatan kerja misalnya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga (mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah), dan sebagainya serta

17 tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari kerja. 2.2. Penyerapan Tenagakerja Sektor Industri dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Penduduk yang terserap dalam lapangan pekerjaan biasanya tersebar di berbagai sektor perekonomian. Sektor yang mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang relatif besar. Akan tetapi setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenagakerja maupun dalam kontribusinya dalam pendapatan nasional (Simanjuntak, 1998). Penyerapan tenagakerja merupakan jumlah tertentu dari tenagakerja yang digunakan dalam suatu unit usaha atau sektor tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenagakerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha atau sektor dalam hal ini sektor industri dan sektor perdagangan hotel dan restoran. (BPS, 2011) menyatakan bahwa tenagakerja di sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran biasanya diukur dalam batasan usia yaitu penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang bekerja pada sektor tersebut. Sektor industri biasanya identik dengan kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah yang dihasilkan oleh tenagakerja untuk mendapatkan keuntungan. Jadi dalam hal ini yang dihasilkan oleh tenagakerja adalah suatu output dalam bentuk barang. Industri tersebut dapat dikelompokkan menjadi terdiri industri kecil, sedang dan besar.

18 Sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran biasanya lebih identik dengan output berbentuk jasa yang dihasilkan oleh para tenagakerja. Jadi nilai tambah yang dihasilkan oleh tenagakerja sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah murni jasa sesuai dengan karakteristiknya. Penyerapan tenagakerja dapat diturunkan dari fungsi produksi dalam suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan suatu transformasi dari input (faktor produksi) menjadi output atau keluaran. Jika diasumsikan bahwa suatu proses produksi pada sektor industri ataupun sektor perdagangan, hotel dan restoran hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenagakerja (L) dan modal (K) maka fungsi produksinya adalah (Nicholson, 2002): Q = f (L, K)... (1) Sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan berdasarkan model neoklasik adalah: π = TR TC (2) dimana : TR = P. Q (3) Dalam menganalisis penentuan penyerapan tenagakerja, diasumsikan bahwa hanya ada dua input yang digunakan, yaitu kapital (K) dan tenaga kerja (L). Tenaga kerja (L) dalam hal ini diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada para pekerja (W), sedangkan untuk kapital (K) diukur dengan tingkat suku bunga (r). Jadi, biaya total dalam proses produksi adalah : TC = r K + W L.. (4)

19 Dengan mensubtitusikan persamaan (1), (3), (4) ke persamaan (2) maka diperoleh: W L = [P. f(l,k)] r K- π.. (5) L d =..(6) dimana : L d W P K r Q = Permintaan / penyerapan tenagakerja = Upah tenaga kerja = Harga Jual barang per unit = Kapital (investasi) = Tingkat suku bunga = Output (PDRB) Berdasarkan persamaan diatas, dapat diketahui bahwa permintaan tenagakerja (L) merupakan fungsi dari output (produktivitas tenaga kerja), tingkat suku bunga (r), kapital (investasi), dan tingkat upah (Nicholson, 2002). 1. Tingkat Upah Hukum permintaan tenaga kerja pada dasarnya yaitu semakin rendah upah tenaga kerja maka akan semakin banyak permintaan tenaga kerja dalam suatu aktivitas produksi, dalam hal ini penyerapan tenagakerja akan meningkat (Ehrenberg dan Smith, 2009). Upah tenagakerja merupakan biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen, apabila upah tenagakerja tinggi maka akan menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan akan semakin tinggi pula serta akan menurunkan tingkat keuntungan dari sisi produsen. Jika tingkat upah mengalami peningkatan maka akan menyebabkan produsen melakukan berbagai

20 alternatif yaitu mengurangi permintaan tenagakerja sehingga penyerapan tenagakerja akan menurun atau dapat juga mencari tenaga kerja lain yang upahnya lebih rendah dari yang pertama. Hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang diantaranya adalah besarnya jumlah angkatan kerja yang masuk ke dalam pasar tenagakerja, upah, dan kemampuan (skill) yang dimiliki oleh tenagakerja tersebut (Belante dan Jackson, 1990). 2. Produktivitas Tenagakerja (PDRB) Produktivitas Tenaga Kerja merupakan gambaran tingkat kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan barang dan jasa. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor: PER.16MEN/XI/2010 Tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro, produktivitas tenaga kerja merupakan rasio antara nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dengan jumlah penduduk yang bekerja yang digunakan baik individu maupun kelompok, dalam satuan waktu tertentu yang merupakan besaran kontribusi penduduk yang bekerja dalam pembentukan nilai tambah suatu produk dari proses kegiatan ekonomi pada suatu lapangan usaha secara nasional dan regional. Jumlah tenagakerja yang diminta dapat ditentukan oleh seberapa tingkat produktivitas dari tenagakerja itu sendiri Produktivitas tenagakerja yang tinggi secara langsung akan mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi berarti terjadi peningkatan akan barang dan jasa yang diproduksi oleh perekonomian dimana dalam aktivitasnya membutuhkan tenaga kerja. Menurut (Simanjuntak,1998) Kenaikan permintaan barang dan jasa oleh masyarakat membuat permintaan akan tenaga kerja oleh unit usaha atau perusahaan semakin meningkat (derived demand), dalam hal ini terjadi peningkatan dalam penyerapan tenagakerja dan

21 memberikan kesempatan kerja baru. Oleh karena itu, kenaikkan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari kenaikkan permintaan masyarakat akan barang yang di produksi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut secara langsung juga akan mendorong tumbuhnya kesempatan kerja secara luas. Tumbuhnya kesempatan kerja secara luas dan dalam jumlah yang banyak merupakan salah satu tujuan utama pembangunan nasional. 3. Kapital (Investasi) Investasi merupakan salah satu faktor penting sebagai modal dasar untuk aktivitas pembangunan. Menurut (DEPNAKERTRANS, 2010) Penyebab terjadinya masalah pengangguran di Indonesia antara lain adalah masih rendahnya investasi akibat keterbatasan fasilitas antara lain seperti pengurusan perijinan, jaminan kepastian hukum, dan keamanan. Dalam hal ini Investasi merupakan salah satu faktor penting guna mempengaruhi permintaan tenagakerja dan menyerap tenagakerja baru. Selain itu, invetasi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional khususnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi merupakan salah satu komponen dari pembentukan pendapatan nasional atau PDB (Y= C + I + G + NX), sehingga pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional dan peningkatan kesempatan kerja. Pada sektor industri ataupun sektor perdagangan, hotel dan restoran, bila diasumsikan faktor-faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan akan tenagakerja. Fasilitas modal yang pada umumnya disebut sebagai penanaman modal atau investasi dapat berasal dari 2 sumber, diantaranya menurut (Salvatore, 1997):

22 a. Investasi Asing (PMA) Investasi asing atau biasa disebut Penanaman Modal Asing (PMA) adalah salah suatu bentuk penghimpunan modal guna menunjang proses pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negeri. Biasanya, PMA terdiri atas: 1) Investasi portofolio (portofolio investment), yakni investasi yang melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang didenominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional. Kegiatankegiatan investasi portofolio atau finansial ini biasanya berlangsung melalui lembaga-lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana investasi, yayasan pensiun, dan sebagainya 2) Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment), merupakan PMA yang meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, dan sebagainya. b. Investasi Dalam Negeri (PMDN) Investasi Dalam Negeri atau biasa dikenal dengan istilah Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah suatu bentuk upaya dalam rangka menambah modal guna menunjang pembangunan nasional maupun wilayah melalui investor dalam negeri. Modal yang diperoleh dari dalam negeri ini dapat berasal dari pihak swasta ataupun dari pemerintah. Undang-undang yang mengatur PMDN di Indonesia pertama kali ditetapkan berdasarkan UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri yang kemudian disempurnakan oleh UU No. 12 Tahun 1970 juga mengenai Penanaman Modal

23 Dalam Negeri. Baik PMA maupun PMDN keduanya merupakan faktor penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menyerap tenaga kerja. 2.3. Teori Permintaan Tenagakerja Permintaan adalah suatu hubungan antara harga dan kuantitas. Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan adalah hubungan antara tingkat upah (harga tenaga kerja) dan kuantitas (jumlah) tenagakerja yang dikehendaki oleh produsen yang menggunakan tenagakerja tersebut untuk dipekerjakan dalam jangka waktu tertentu (Bellante dan Jackson, 1990). Hal ini berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada si pembeli. Sementara pengusaha mempekerjakan seseorang karena memproduksikan barang untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenagakerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksinya. Permintaan tenagakerja seperti itu disebut derived demand (Simanjuntak, 1998). Fungsi permintaan tenagakerja biasanya didasarkan pada teori ekonomi neoklasik, dimana dalam ekonomi pasar diasumsikan bahwa pengusaha tidak dapat mempengaruhi harga pasar (price taker). Dalam hal memaksimalkan laba, pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah tenagakerja yang dapat dipekerjakan. Fungsi permintaan tenaga kerja didasarkan pada : (1) tambahan hasil marjinal, yaitu tambahan hasil (output) yang diperoleh dengan penambahan seorang pekerja atau istilah lainnya disebut Marginal Physical Product dari tenaga kerja (MPP L ), (2) penerimaan marjinal, yaitu jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut atau istilah lainnya

24 disebut Marginal Revenue (MR). Penerimaan marjinal disini merupakan besarnya tambahan hasil marjinal dikalikan dengan harga per unit, sehingga MR= VMPP L = MPP L. P, dan (3) biaya marjinal, yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan pengusaha dengan mempekerjakan tambahan seorang pekerja, dengan kata lain upah karyawan tersebut. Apabila tambahan penerimaan marjinal lebih besar dari biaya marjinal, maka mempekerjakan orang tersebut akan menambah keuntungan pemberi kerja, sehingga ia akan terus menambah jumlah pekerja selama Marginal Revenue (MR) lebih besar dari tingkat upah. Sumber : Bellante dan Jackson (1990) Gambar 2.2 Permintaan Tenagakerja dengan Tingkat Upah Tetap Value Marginal Physical Product of Labour (VMPP) adalah nilai pertambahan hasil marjinal dari tenaga kerja. P adalah harga jual barang per unit, D L adalah permintaan tenaga kerja, W adalah tingkat upah, dan L adalah jumlah tenaga kerja. Peningkatan permintaan terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang dikonsumsinya. Semakin tinggi permintaan masyarakat akan barang tertentu, maka jumlah tenaga kerja yang diminta suatu lapangan usaha akan semakin meningkat dengan asumsi tingkat upah tetap (Gambar 2.2).

25 Peningkatan jumlah tenagakerja dalam suatu lapangan usaha tidak dilakukan untuk jangka pendek, walaupun permintaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan tinggi. Dalam jangka pendek, pengusaha lebih mengoptimalkan jumlah tenaga kerja yang ada dengan penambahan jam kerja atau penggunaan mekanisme, sedangkan dalam jangka panjang kenaikan jumlah permintaan masyarakat akan direspon dengan menambah jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Hal ini berarti terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja baru. Penurunan tingkat upah dapat dilihat pada Gambar 2.3. Kurva D L melukiskan besarnya nilai hasil marjinal tenaga kerja (VMPP L ) untuk setiap penggunaan tenaga kerja. Dengan kata lain, menggambarkan hubungan antara tingkat upah (W) dan penggunaan tenaga kerja yang ditunjukkan oleh titik L 0 dan L 1. Pada gambar 2.3 terlihat bahwa pada kondisi awal, tingkat upah berada pada W 1 dan jumlah tenaga kerja yang digunakan L 1. Jika tingkat upah diturunkan menjadi W 0, maka tenaga kerja yang diminta meningkat menjadi L 0. W W W 0 D L L L 1 L 0 Sumber : Bellante dan Jackson (1990) Gambar 2.3 Permintaan Tenagakerja dengan Tingkat Upah Menurun (Ehrenberg dan Smith, 2009 : 36 40) dalam teorinya juga manyatakan bahwa bila upah atau harga barang modal diasumsikan turun, maka biaya

26 produksi juga akan mengalami penurunan. Tentunya mengakibatkan pula harga jual per unit barang akan turun. Pada keadaan seperti ini produsen cenderung untuk meningkatkan produksi barangnya karena permintaan akan barang-barang oleh para konsumen akan meningkat. Disamping itu permintaan akan tenaga kerja dapat bertambah besar karena peningkatan kegiatan produksi perusahaan dalam menghasilkan output. Permintaan tenaga kerja seperti itu disebut derived demand. Peningkatan dalam permintaan tenaga kerja seperti ini diakibatkan karena efek skala (scale effect). Apabila upah atau harga barang modal naik maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang modal seperti mesin dan lain-lain sehingga terjadi capital intensif dalam proses produksi. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya pergantian atau penambahan penggunaan alat-alat atau mesin-mesin untuk proses produksi disebut efek subtitusi tenaga kerja (subtitution effect). Jadi secara relatif penggunaan tenaga kerja adalah berkurang. 2.4 Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Mankiw (2007), hukum Okun menyatakan bahwa terdapat kaitan yang erat antara tingkat pengangguran dengan GDP (Gross Domestic Product) riil, di mana terdapat hubungan yang negatif antara tingkat pengangguran dengan GDP riil. Pernyataan ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan positif antara kesempatan dengan GDP riil. Okun menggunakan data tahunan dari Amerika Serikat untuk menunjukkan hukum Okun ini seperti terlihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 merupakan titik sebar dari perubahan dalam tingkat pengangguran pada sumbu horizontal dan perubahan persentase dalam GDP riil

27 pada sumbu vertikal. Gambar ini menunjukan dengan jelas bahwa perubahan dalam tingkat pengangguran dari tahun ke tahun sangat erat kaitannya dengan perubahan dalam GDP riil dari tahun ke tahun, seperti terlihat pada garis titik sebar pengamatan yang berslope negatif. Perubahan Persentase GDP riil Perubahan Tingkat Pengangguran Sumber : Mankiw, 2007 Gambar 2.4. Kurva Hukum Okun Harrod-Domar (Todaro, 2006) dalam teori pertumbuhannya menyatakan bahwa secara definitif tingkat pertumbuhan output (Y) dikurangi dengan tingkat pertumbuhan produktivitas tenaga kerja (Y/L) sama dengan pertumbuhan kesempatan kerja (L). Secara matematis hubungan-hubungan tersebut dapat disajikan sebagai berikut : / (1) Sementara itu menurut (Todaro, 2006), faktor-faktor atau komponen pertumbuhan ekonomi yang penting dalam masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik, dan sumberdaya manusia. 2. Perkembangan populasi, yang akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan angkatan kerja. 3. Kemajuan teknologi, terutama sektor industri.

28 Teori Harod-Domar menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya dengan lebih mengutamakan perkembangan sektor-sektor ekonomi yang padat karya. Apabila pertumbuhan ekonomi dilihat dari pertambahan output dalam bentuk GDP konstan, maka akan menghilangkan unsur inflasi didalamnya. Sementara itu di sisi lain inflasi sebenarnya dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan dapat menciptakan kesempatan kerja. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa tolak ukur dari keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah diantaranya adalah PDRB daerah tersebut dan pertumbuhan penduduk yang bermuara pada tingkat kesempatan kerja. PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumberdaya alam dan faktor-faktor produksi. 2.5. Penelitian Terdahulu Sitanggang dan Nachrowi (2004). Pengaruh Struktur Ekonomi pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model Demometrik di 30 Propinsi pada 9 sektor di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mengetahui pola struktur ekonomi serta pola penyerapan tenaga kerja sektoral di Indonesia dan faktorfaktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektoral di Indonesia dengan menggunakan data tahun 1980-2000. menggunakan model terbaik yaitu Pooled Least Square (PLS) terboboti. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa struktur ekonomi Indonesia secara nasional mengalami perubahan dari sektor pertanian ke sektor-sektor lainnya. Adanya peningkatan dan penurunan dalam jumlah penyerapan tenaga kerja ini disebabkan oleh perubahan populasi, net migration, output, dan juga upah. Perbedaan penelitian Sitanggang dan Nachrowi (2004) dengan penelitian ini yaitu dalam penelitian ini hanya membahas dua sektor

29 ekonomi yaitu sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa periode 2001-2010. Noer (2007) meneliti hubungan kausalitas antara tingkat output dan pengangguran di Malaysia. Menggunakan data time series tahun 1970-2004. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang negatif antara perubahan presentase GDP riil dengan tingkat pengangguran di Malaysia. Zamrowi (2007). Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi di Industri Kecil Mebel di Kota Semarang). Metode Analisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel upah berhubungan negatif dan signifikan, variabel produktivitas barhubungan negatif dan signifikan, variabel modal berpengaruh positif dan signifikan, variabel pengeluaran non upah berhubungan positif dan signifikan. Sianturi (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penciptaan Kesempatan Kerja Di Provinsi Sumatera Utara Sebelum dan Pada Masa Otonomi Daerah (1994-2007). Tujuan dari penelitian tersebut adalah menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi penciptaan kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Utara sebelum dan pada masa otonomi daerah. Hasil analisis regresi panel data menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata dan berhubungan positif adalah variabel PDRB, variabel investasi memberikan pengaruh yang negaif, tingkat upah riil memberikan pengaruh, variabel angkatan kerja tidak signifikan, variabel indeks pendidikan tidak signifikan, variabel dummy otonomi daerah memberikan pengaruh yang negatif. Perbedaan penelitian Sianturi (2008) dengan penelitian ini yaitu membahas dua sektor ekonomi yaitu sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa periode 2001-2010.

30 Tindaon (2010). Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Jawa Tengah (Pendekatan Demometrik) dengan menggunakan data 21 tahun dari tahun 1988-2008. Tujuan dari penelitian tersebut adalah meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektoral. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode Ordinary Least Square (OLS). Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa Variabel populasi atau Pertumbuhan jumlah penduduk Jawa Tengah berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dan sektor Listrik, Gas, dan Air (LGA). Sementara pertumbuhan jumlah penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral untuk sektor-sektor perekonomian lainnya. Jumlah PDRB sektoral berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian di Jawa Tengah. Koefisien elastisitas kesempatan kerja terbesar adalah pada sektor bangunan diikuti oleh sektor transportasi dan yang terkecil adalah sektor keuangan dan sektor listrik, gas dan air. Perbedaan penelitian Tindaon (2010) dengan penelitian ini yaitu hanya membahas dua sektor ekonomi yaitu sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa periode 2001-2010. Akmal (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu mengetahui kondisi tenaga kerja indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di indonesia. Metode analisis regresi panel data dengan metode Fixed Effect pada taraf nyata 5 persen. Hasil analisis menunjukkan variabel PDRB secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga

31 kerja, Variabel investasi berpengaruh signifikan dan berhubungan positif, variabel UMP secara signifikan berpengaruh positif. Perbedaan penelitian Akmal (2010) dengan penelitian ini yaitu membahas penyerapan tenaga kerja di dua sektor ekonomi yaitu sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa periode 2001-2010. Rakhman (2011). Analisis Perekonomian dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja di DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui struktur perekonomian dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja di DKI Jakarta. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis Shift-Share, Loqation Quotient, dan Multiple Regression yang ditaksir dengan metode kuadrat terkecil (OLS) dalam bentuk semi Log. Hasil analisis data variabel dengan Multiple Regression menunjukkan bahwa Variabel Otonomi Daerah, PMA, PMDN, PDRB, dan suku bunga kredit investasi secara simultan berpengaruh terhadap kesempatan kerja. Perbedaan penelitian Rakhman (2011) dengan penelitian ini yaitu hanya fokus membahas dua sektor ekonomi yaitu sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa periode 2001-2010. Nila, Fridhowati (2011) menganalisis dengan metode regresi panel data pendekatan fixed effect model menunjukkan bahwa PDRB dan UMP berpengaruh positif terhadap penyerapan tenag kerja sektor industri di Pulau Jawa periode 2003-2010. Sedangkan PMA dan PMDN berpengaruh negatif. Perbedaan penelitian Nila (2011) dengan penelitian ini yaitu dalam penelitian ini menganalisis dua sektor ekonomi yaitu sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di lokasi yang sama yaitu di Pulau Jawa periode 2001-2010.

32 2.6. Kerangka Pemikiran Pembangunan ekonomi di wilayah Pulau Jawa yang notabene memiliki penduduk terbesar kurang lebih sebesar 60 persen dari jumlah total penduduk nasional pada era otonomi daerah seharusnya tidak hanya memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja, akan tetapi harus memperhatikan pula adanya pemerataan dari hasil pertumbuhan ekonomi tersebut agar kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Pemerataan pendapatan tersebut salah satunya dapat dilihat dari adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja dan adanya kesempatan kerja baru untuk menanggulangi peningkatan penduduk usia kerja yang setiap tahunnya relatif selalu meningkat. Meningkatnya penduduk usia kerja yang tidak diiringi dengan meningkatnya kesempatan kerja baru akan menyebabkan adanya gap dalam bentuk pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka rata-rata di wilayah Pulau Jawa setiap tahunnya sebesar 10,47 persen. Adapun komposisi dari jumlah pengangguran tersebut rata-rata setiap tahunnya sebesar 43,38 persen merupakan pengangguran terdidik dan sisanya sebesar 56,62 persen pengangguran tidak terdidik. Pulau Jawa yang memiliki struktur ekonomi berbasis sekunder dan tersier yang kontribusi setiap tahunnya diatas 50 persen seharusnya juga mampu menyerap tenaga kerja agar tingkat pengangguran di Pulau Jawa yang relatif besar mampu diatasi. Berdasarkan data (BPS, 2001-2010) sektor yang memiliki dominasi terbesar dalam perekonomian Pulau Jawa yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4,83 persen dan 6,84 persen. Akan tetapi, tingginya pertumbuhan ekonomi dikedua sektor tersebut belum diiringi dengan pertumbuhan penyerapan

33 tenaga kerjanya. Berdasarkan data (SAKERNAS, 2001-2010) laju rata-rata pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan perdagangan, hotel dan restoran setiap tahunnya masing-masing hanya sebesar 1,69 persen dan 2,68 persen. Laju pertumbuhan tenaga kerja dikedua sektor formal tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan sektor formal lainnya. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi disisi lain juga harus mampu menciptakan lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Oleh karena itulah, pemerintah senantiasa membuat kebijakan yang dapat meningkatkan taraf hidup pekerja dengan tingkat upah yang layak. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menetapkan kebijakan tingkat upah minimum. Tingkat upah minimum ditetapkan secara sektoral dan regional pada tahun 2001. Tingkat upah minimum yang ditetapkan di atas tingkat upah rata-rata yang diperoleh pekerja kemungkinan besar akan menyebabkan pengusaha mengurangi penggunaan tenaga kerja sehingga pertumbuhan penyerapan tenaga kerja akan berkurang. Masih rendahnya tingkat pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di wilayah Pulau Jawa menjadi suatu topik yang menarik untuk diteliti apakah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah di era otonomi terkait adanya upah minimum di pasar kerja dapat memengaruhi penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan perdagangan, hotel dan restoran?. Berangkat dari adanya permasalahan tersebut, melalui penelitian ini perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai dampak kebijakan upah minimum pada era otonomi daerah serta variabel-variabel kebijakan lainnya seperti PDRB, PMA dan PMDN untuk memberikan saran

34 kebijakan terkait dengan meningkatnya pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor industri dan perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa. Pembangunan Ekonomi di Pulau Jawa Era Otonomi Daerah : - Pro Growth - Pro Job - Pro Poor Rendahnya Laju Penyerapan tenaga kerja sektor industri dan perdagangan, hotel dan restoran di Era Otonomi Daerah Deskriptif : Perkembangan kondisi penyerapan tenaga kerja sektor industri dan perdagangan, hotel dn restoran pada tahun 2001-2010 penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran: UMP PDRB PMA PMDN Analisis Regresi Panel Data Implikasi Kebijakan = ruang lingkup analisis Gambar 2.5. Kerangka Pemikiran

35 2.7. Hipotesis Berdasarkan kerangka penelitian diatas, dapat disimpulkan beberapa hipotesis antara lain : 1. UMP riil berpengaruh negatif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam artian menurunnya tingkat UMP akan mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan tenaga kerja di sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sehingga penyerapan tenaga kerja meningkat. 2. PDRB riil berpengaruh positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam artian meningkatnya PDRB akan mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan tenaga kerja di sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sehingga penyerapan tenaga kerja meningkat. 3. PMA berpengaruh positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam artian meningkatnya PMA akan mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan tenaga kerja di sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sehingga penyerapan tenaga kerja meningkat. 4. PMDN berpengaruh positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam artian meningkatnya PMDN akan mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan tenaga kerja di sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sehingga penyerapan tenaga kerja meningkat.