Tesis. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Manajemen Pendidikan. Oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : ANGGIT WIBOWO A

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang menakutkan dan susah untuk dipahami. Kebanyakan

UPAYA PENINGKATAN INTENSITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIIC SMPN 3 Sawit Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I. pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa cenderung pasif. Sikap siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. besar siswa sehingga, sebagian siswa menghindari pelajaran ini. Hal ini

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATERI HIMPUNAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Melalui sekolah, siswa belajar

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

HARTANTO A

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dalam proses belajarnya. Mulai tahun 2009 jumlah dalam 1 kelas 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULIAN. Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, pembangunan di. bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat penting dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh :

BAB I. bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan. melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan

BAB I PENDAHULUAN. pikir, sikap, dan ketrampilan yang diperoleh dari hasil belajar matematika

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan nantinya dapat menjadi salah satu jembatan yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika HANAFI A

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.

I. PENDAHULUAN. sekolah menengah atas adalah mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Disusun Oleh: ERWIN SETYANINGSIH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan

I. PENDAHULUAN. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Oleh: FITRI NUR FATHONAH A

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAPS

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh: RATNA HERAWATI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dapat membantu siswa dalam membangun pemahamannya. siswa untuk membuat ide-ide matematika lebih sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu bagian yang tidak dapat lepas dari kehidupan

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE MULTILEVEL PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN. (Pada Siswa Kelas VII SMP PGRI 12 Kebakkramat)

harapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional dan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam hal ini siswa perlu memilik

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. penerus bangsa. Perkembangan di segala aspek sangat kita harapkan. depan apalagi di Era Globalisasi seperti sekarang ini.

PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS PORTOFOLIO DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara yang ditempuh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia akan tetapi semua pihak, baik guru, orang tua, maupun siswa sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional adalah. diharapkan dapat memberikan perhatian secara langsung terhadap

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN VAK

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi. yang tersusun dalam suatu kurikulum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. atau maju. Suatu Negara dikatakan maju apabila memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari hari. Pencapaian tujuan pendidikan ini bisa ditempuh

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan matematika sangat penting untuk di ungkapkan. Dalam. Gambaran anak anak dalam mengikuti pelajaran mempunyai

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KUMON UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. siswa, kesulitan tersebut dapat memicu keaktivan siswa untuk selalu bertanya

BAB I PENDAHULUAN [1]

Transkripsi:

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI KREATIF BERBASIS PORTOFOLIO (PTK Di SMA Negeri 3 Klaten Siswa Kelas X E Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010) Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Manajemen Pendidikan Oleh: SRI WINDARTI NIM : Q100070600 MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mengalami kebangkitan sebagai suatu negara, salah satu hal yang perlu dibangkitkan adalah bidang pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan Sumber Daya Manusia, dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakat dan peserta didik. Selain itu perlu diupayakan pendidikan bermutu yang mampu dijangkau oleh semua lapisan masyarakat dan mengupayakan terlaksananya pendidikan yang mengutamakan nilai moral dan budi pekerti, hal penting lain yang perlu diperhatikan untuk mencapai kebangkitan pendidikan adalah proses belajar dan mengajar antara guru dan siswa (Munandar, 2004 : 6). Proses belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Dalam proses belajar-mengajar tersirat adanya satu satuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang (Usman, 2007 : 4) Pembentukan manusia yang kreatif akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk

2 mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diharapkan. Hal ini tergantung sepenuhnya pada guru sebagai salah satu subjek dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Siswa sebagai subjek lain di dalam kelas, disadari tergantung sepenuhnya pada kebijaksanaan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus menyadari sepenuhnya bahwa tanggung jawabnya dalam keberhasilan proses belajar mengajar untuk mata pelajaran yang diampunya cukup besar. Untuk mata pelajaran matematika, keberhasilan proses belajar mengajar terletak pada peningkatan kualitas proses pembelajaran itu sendiri dan peningkatan kualitas output dalam bentuk nilai yang dicapai oleh anak didik. Namun sayang, mendengarkan kata Matematika saja, kebanyakan siswa akan merasakan kesan yang tak menyenangkan. Yang terbayang adalah angka-angka yang rumit, rumus-rumus yang sulit dimengerti, nilai yang buruk, guru yang galak, dan sebagainya (Krismanto, 2003 : 1). Matematika juga sering dipahami siswa sebagai sesuatu yang mutlak sehingga seolah-olah tidak ada kemungkinan cara menjawab yang berbeda terhadap suatu masalah. Segala sesuatu tentang matematika dipahami sebagai sesuatu yang serba pasti, harus tepat dan sedikitpun tak boleh salah. Sehingga matematika bagi siswa hampir selalu menjadi beban dan bahkan menjadi sesuatu yang menakutkan (Marpaung, 2005 : 560). Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini, pada umumnya guru masih mendominasi kelas. Siswa pasif saja (datang, duduk, nonton, berlatih, dan lupa) yaitu hanya menerima bahan jadi, sedangkan guru

3 sibuk memberitahukan konsep. Demikian juga dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah soal yang itu-itu juga tidak bervariasi, hanya berkisar pada pertanyaan apa, berapa, tentukan, selesaikan. Jarang sekali bertanya dengan menggunakan kata mengapa, bagaimana, darimana, atau kapan (Marpaung, 2005 : 647). Kebanyakan siswa sendiri, tidak pernah siap dalam menerima pelajaran. Seharusnya mereka minimal terlebih dahulu membaca bahan yang akan dipelajari. Lebih parah lagi, mereka tidak menyadari tujuan belajar yang sebenarnya dan tidak mengetahui manfaat belajar bagi masa depannya nanti. Akibatnya, matematika benar-benar menjadi hal yang rumit dan membosankan bagi siswa, mereka tidak merasakan nikmatnya (enjoy) belajar, belajar hanya sekedar melaksanakan kewajiban malahan seringkali terlihat karena keterpaksaan (Krismanto, 2003 : 1). Selama ini terlihat bahwa kreativitas dan kemandirian siswa mengalami hambatan dan bahkan tidak berkembang. Banyak siswa yang sebenarnya kreatif dan kritis justru menjadi apatis dalam mata pelajaran matematika karena suasana belajar dalam kelas yang kurang mendukung. Masalah semakin kompleks manakala guru matematika justru menambah kerumitan tersebut dengan materi matematika yang susah (abstrak), suasana pembelajaran yang monoton, penuh ketegangan, banyak tugas, dan lain sebagainya. Dengan ditambah adanya keterbatasan fasilitas belajar matematika di sekolah, maka lengkaplah sudah penunjang kegagalan belajar matematika bagi siswa.

4 Dari uraian di atas peran guru dalam proses pembelajaran ikut menentukan kualitas output siswa, sehingga sudah selayaknya guru matematika perlu memahami dan mengembangkan berbagai bentuk metode dan keterampilan mengajar dalam mengajarkan matematika guna membangkitkan motivasi siswa agar mereka belajar dengan antusias. Lebih dari itu siswa juga merasa ambil bagian dan berperan aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar. Untuk mengatasi masalah seputar pembelajaran matematika tersebut, salah satu cara yang dipandang cocok adalah metode pembelajaran kreatif berbasis portofolio. Model Portofolio dapat memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa serta memberikan gambaran mengenai sikap dan minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan, juga dapat menunjukkan pencapaian atau peningkatan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran (Stiggins, 1994 : 20). Sedangkan pembelajaran kreatif dapat mendorong siswa untuk menemukan sesuatu hal yang baru dan melakukan berbagai macam inovasi dalam bidang matematika. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat berinovasi dalam pemecahan soal matematika, dan dapat mengembangkan teori yang telah diberikan oleh guru. Melalui model pembelajaran portofolio, selain diupayakan dapat membangkitkan minat belajar siswa secara aktif, kreatif, juga dapat mengembangkan pemahaman nilai-nilai kemampuan berpartisipasi secara efektif, serta diiringi suatu sikap tanggung jawab. Untuk mencapai hal ini,

5 guru matematika juga dituntut untuk terus mengembangkan kreativitasnya supaya dapat memancing kreativitas siswa. Guru adalah agen pendidikan dan pembelajaran sehingga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada anak didik yang mengikuti proses pendidikannya. Kreativitas seorang guru dalam mengajar siswa merupakan salah satu bentuk keseriusan guru dalam mengemban tugasnya sebagai agen pendidikan. Dengan didorong keinginan yang kuat supaya siswa dapat berkembang dalam pelajaran matematika, bahkan kemudian mencintai pelajaran tersebut sebagai satu pelajaran yang menyenangkan, maka guru matematika wajib mengembangkan kreativitas semaksimal mungkin (Krismanto, 2003 : 2). Sebagai fasilitator, maka kreativitas maksimal merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh guru agar anak didik mendapatkan materi pembelajaran secara maksimal dan utuh sebagaimana seharusnya. Pengertian kreativitas sendiri adalah kemampuan untuk membuat atau menciptakan halhal baru atau kombinasi baru berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada, memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan menghasilkan karya cipta yang diperoleh melalui pengetahuan/pengalaman hidup serta mampu memunculkan ide-ide kreatif yang inovatif (Usman, 2007 : 27). Dengan demikian, metode pembelajaran matematika yang kreatif berbasis portofolio akan menimbulkan manfaat ganda bagi kelas yang melaksanakannya, yaitu bagi siswa dan guru. Sedangkan bagi dunia pendidikan sendiri, ini adalah lompatan kemajuan yang cukup berarti. Jika di

6 dalam metode pembelajaran konvensional interaksi yang terjadi antara guru dan siswa hanya sebatas pemberi dan penerima ilmu saja, maka dengan metode pembelajaran matematika yang kreatif, kedua belah pihak baik guru maupun siswa dapat saling memberi dan menerima. Guru yang dahulu selalu saja menjadi pusat perhatian di kelas, maka dengan metode kreatif ini, siswa itulah yang menjadi pusatnya. Dengan demikian tidak akan terjadi lagi kondisi kelas yang memprihatinkan dimana guru sibuk berbicara di depan kelas sedangkan murid asyik melucu atau mengobrol di belakang. Jika selama ini taraf pengajaran guru supaya siswa dapat menyerap ilmu masih dengan cara sekedar menyodorkan tugas-tugas untuk dikerjakan, maka dengan metode kreatif, siswa akan dipacu untuk menemukan masalah sendiri, dan kelas di bawah bimbingan guru akan memecahkan masalah tersebut secara bersama-sama. Sistem komunikasi dalam kelas yang semula cenderung satu arah diharapkan dapat berubah menjadi dialog yang menarik dimana siswa berani menyampaikan kritik terhadap materi yang disampaikan oleh guru dengan disertai argumen-argumen yang bisa dipertanggungjawabkan (Usman, 2007 : 27). Kondisi pembelajaran matematika di SMA Negeri 3 Klaten selama ini tidak jauh berbeda dengan kondisi pembelajaran matematika di banyak tempat. Metode pembelajaran yang diterapkan masih bersifat konvensional dimana guru masih menjadi pusat perhatian di kelas, komunikasi hanya terjadi satu arah saja, dan guru selalu menjadi pihak yang benar. Kondisi seperti itu tidak akan menjadi suatu masalah dalam pendidikan apabila siswa kedapatan

7 dapat memahami materi pelajaran dengan baik. Permasalahannya adalah siswa cenderung tidak memahami materi pelajaran yang diberikan, mereka terlihat bosan di kelas selama jam pelajaran berlangsung, dan nilai matematika mereka rata-rata 48,72 yang berarti di bawah syarat ketuntasan 65,00. Hal ini menjadi kenyataan yang merisaukan dan perlu segera dicoba suatu cara mengelola kelas yang baru yaitu pembelajaran kreatif berbasis portofolio. B. Fokus Penelitian Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka fokus penelitian ini adalah peningkatan kualitas pembelajaran matematika, yang dijabarkan menjadi sub fokus sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembelajaran matematika melalui strategi kreatif berbasis portofolio? 2. Apakah pembelajaran dengan strategi kreatif berbasis portofolio dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika? 3. Apakah peningkatan proses pembelajaran matematika melalui strategi kreatif berbasis portofolio dapat meningkatkan kualitas output siswa? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika

8 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan strategi kreatif berbasis portofolio untuk proses pembelajaran matematika. b. Mendeskripsikan peningkatan kualitas pembelajaran matematika dengan strategi kreatif berbasis portofolio. c. Mendeskripsikan upaya peningkatan kualitas output siswa dalam pembelajaran matematika dengan strategi kreatif berbasis portofolio. D. Manfaat Penelitian Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan kurikulum khususnya dalam pembelajaran matematika. Selain itu, adanya penelitian ini dapat diketahui berbagai faktor yang menghambat pelaksanaan pembelajaran matematika dan akan memberikan gambaran yang nyata mengenai kemungkinan dikembangkannya pengelolaan pembelajaran kreatif berbasis portofolio sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada di kelas. Secara khusus, manfaat penelitian ini: 1. Bagi siswa SMA Negeri 3 Klaten, agar mampu meningkatkan keterampilan pemecahan masalah matematika secara mandiri dan bertanggung-jawab. 2. Bagi guru SMA Negeri 3 Klaten, untuk meningkatkan kreativitas guru demi mendukung kualitas kinerja dalam membimbing siswa memahami dan mencintai matematika.

9 3. Bagi perkembangan IPTEK, untuk menjadi referensi tentang IPTEK yang berguna untuk membantu guru dan siswa dalam pembelajaran matematika. E. Daftar Istilah 1. Kualitas Pembelajaran : Intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis antara guru dan siswa melalui kegiatan yang terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. a. Proses : Serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulangkali, untuk mencapai hasil yang diinginkan. b. Output : Hasil dari suatu proses. 2. Strategi kreatif : Kegiatan pembelajaran yang dikerjakan guru dengan cara yang berbeda dari cara konvensional satu arah agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. 3. Portofolio : Kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan dalam suatu bundel.