BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga keuangan Mikro Swasta yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total Aset sebesar Rp. 57 triliun (Republika :

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak hanya lembaga keuangan perbankan, namun juga dijalankan oleh lembaga

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

STRATEGI PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DI KJKS BMT SYARIAH SEJAHTERA BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB I PENDAHULUAN. beragama Islam, bank juga telah mengeluarkan sejumlah produk yang

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS-BMT Ummat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS) atau yang biasa juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan. jasa dalam lalu lintas pembayaran. 1

BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah badan yang lebih mengarah pada usaha-usaha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisis terhadap penggunaan

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain Bank Syariah yang akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia, banyak pula bermunculan lembaga keuangan Mikro Swasta yang berprinsip syariah. Di antaranya adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Keberadaan BMT ini merupakan usaha untuk memenuhi keinginan khususnya sebagian umat islam yang menginginkan jasa layanan Bank Syariah untuk mengelola perekonomiannya. BMT merupakan lembaga keuangan swasta yang modal sepenuhnya bersumber dari masyarakat. Lembaga ini tidak mendapat subsidi sedikitpun dari pemerintah. Jadi keberadaannya setingkat dengan koperasi yang dalam mengoperasikannya berprinsip syariah. Praktek lembaga keuangan syariah di Indonesia tergolong relative baru. Pada tahap pertama berdiri bank Islam. Pada tahap berikutnya bermunculan lembaga keuangan bukan bank yang mengadopsi prinsip bagi hasil yaitu BMT. Baitul Maal wat Tamwil diartikan sebagai suatu badan atau instansi keuangan yang memadukan fungsi Baituk Maal dan Baitut Tamwil. Baitul Maal mengarah pada usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit, seperti; zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan Baitut Tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut 1

2 menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah 1. BMT mempunyai dua fungsi, yaitu; mengumpulkan dana dan menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan oleh BMT adalah pemberian biaya kepada debitur yang membutuhkan, baik untuk modal usaha maupun konsumsi kegiatan. Dalam menyalurkan dana kepada debitur, secara garis besar produk pembiayaan dapat dikategorikan menjadi tiga macam yakni: 2 1. Transaksi pembiayaan yang dikategorikan untuk memiliki barang berdasarkan prinsip jual beli. 2. Transaksi pembiayaan yang dikategorikan untuk mendapatkan jasa berdasar prinsip sewa. 3. Transaksi pembiayaan yang dikategorikan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil. Pembiayaan merupakan penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya beserta bagi hasil setelah jangka waktu tertentu 3. Para pedagang kecil, salah satu bagian dari masyarakat golongan ekonomi lemah mendapatkan bantuan terutama dalam hal tersedianya modal 1 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, edisi-2 (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), hlm. 96. 2 Ibid, hlm. 61-62 3 Ibid, hlm. 102.

3 yang cukup untuk berusaha. Untuk itulah peran bank-bank Islam seperti BMT maupun koperasi yang berdasar syariat Islam mengembangkan pemikiran untuk memberikan kredit tanpa jaminan, karena BMT (Baitul Mal wat Tamwil) sebagai salah satu lembaga keuangan Islam dalam operasionalnya juga tidak menggunakan system bunga seperti yang lain dilakukan bank konvensional, BMT menerapkan system bagi hsil para nasabahnya. Salah satu ciri umum yang melekat pada masyarakat Indonesia adalah masalah permodalan yang lemah. Padahal modal merupakan unsur pertama dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat. Bagi dunia perekonomian dan pedagang kecil masalah keterbatasan modal selalu dirasakan sebagai salah satu kendala utama yang selalu dikeluhkan. Dengan adanya keterbatasan modal sendiri diharapkan adanya akses serta terjangkaunya kredit perbankan dengan jumlah yang relative terjangkau, syarat yang terjangkau, dan prosedur yang mudah dan tepat waktu. Sesuai dengan sifat kebutuhannya para pedagang kecil membutuhkan sumber pembiayaan yang mudah dan cepat serta murah. Mudah dan cepat berarti tanpa persyaratan surat-surat yang menyulitkan, dan cepat diambil bila diperlukan tanpa menunggu, serta jumlah dan pelaksanaan yang fleksibel. Mengingat keadaan demografis di Indonesia dimana masih banyak penduduk yang tinggal dipedesaan dan menjadi pedagang kecil, keberadaan BMT terasa sangat penting. Dengan adanya BMT ini diharapkan dapat membantu para pedagang kecil dalam mengatasi masalah permodalan mereka. Karena modal menjadi salah satu pokok permasalahan dalam semua

4 jenis usaha. Begitu juga dengan para pedagang kecil yang kebanyakan tinggal didesa dan tergolong ekonomi lemah. BMT memang beroperasi dilingkungan para pedagang kecil dan sangat membantu dalam mengatasi masalah modal mereka, ditambah lagi setelah pemerintah membuat kebijakan tentang liberalisasi perbankan dengan mengembalikan system perbankan kedalam system perhitungan ekonomi yang lebih murah. Dengan adanya fenomena tersebut, BMT yang berdasarkan syariat islam mengembangkan pemikiran untuk memberikan kredit, namun demikian, Baitul Maal wat Tamwil tidak bisa menembus pada lapisan paling bawah. Munculnya banyak lembaga keuangan yang beropersi berdasarkan prinsip syariah termasuk BMT, merupakan fenomena actual yang menarik untuk dicermati. Paling tidak dianggap sebagai bukti awal diterimanya dengan system ekonomi berdasarkan syariat islam ditengah tingkat peradaban yang sudah sedemikian maju. Fenomena tersebut sekaligus menjadi jawaban atas keraguan sementara pihak terhadap kebenaran ajaran islam. Salah satu dari banyaknya BMT yang bermunculan di Indonesia adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal Wattamwil Syariah Sejahtera Boyolali. BMT ini didirikan pada tanggal 12 Agustus 2006 oleh 27 orang pendiri berdasarkan berita acara pendirian BMT Syariah Sejahtera Boyolali. BMT ini juga telah mempunyai ijin operasional sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) berdasarkan akta pendirian 26 Maret 2007 N0. 5 yang dibuat dihadapan H Imawan Darori, SH, MM notaris di Boyolali. Akta pendirian telah disahkan oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil

5 Menengah Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. 805/BH/XIV.5/V/2007 tertanggal 31 Mei 2007 4. Di KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali juga mempunyai produk pembiayaan yang mana sebelum mendapatkan pembiayaan, nasabah dan pihak BMT melakukan transaksi pembiayaan dengan membuat kesepakatan yang disetujui oleh kedua belah pihak, dan kesepakatan tersebut tertuang dalam sebuah akad pembiayaan, baik untuk pembiayaan murabahah, musyarakah, ijarah, mudharabah, dan qardulhasan. Dengan demikian secara otomatis kedua belah pihak terikat oleh perjanjian dan hukum yang telah dibuat bersama-sama. Akan tetapi dalam prakteknya, terkadang dijumpai cidera janji yang dilakukan oleh nasabah yang tidak melaksanakan kewajibannya terhadap BMT Syariah Sejahtera Boyolali sesuai perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, karena keadaan memaksa (overmac) secara sengaja ataupun tidak sengaja begitu juga dari pihak BMT kurangnya koordinasi dengan para nasabah. Di BMT Syariah Sejahtera Boyolali ini terhitung dari tahun 2008 sampai 2013 sudah ada 524 nasabah yang telah diterima pengajuan pembiayaannya, mulai dari murabahah, mudharabah, musyarakah, ijarah, dan qardulhasan. Dari 524 nasabah tersebut ada 97 nasabah yang melakukan wanprestasi/cidera hukum 5. Dengan adanya kasus-kasus pembiayaan yang bermasalah di BMT Syariah Sejahtera Boyolali tersebut, maka penulis 4 Keterangan diambil dari Laporan Rapat Anggota Tahunan KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali 2012. 5 Wawancara dengan Pak Taufiq Manajer Marketing KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali.

6 tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka pokok masalah yang dianalisa oleh penulis yaitu: 1. Apa saja faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali? 2. Strategi apa saja yang digunakan oleh pihak BMT Syariah Sejahtera Boyolali dalam menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah? 3. Upaya apa saja yang telah diterapkan oleh BMT Syariah Sejahtera Boyolali dalam menanggulangi pembiayaan yang bermasalah? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali. b. Untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh pihak BMT Syariah Sejahtera Boyolali dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah.

7 c. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali dalam menanggulangi pembiayaan bermasalah supaya tidak terjadi lagi. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Secara teoritis adalah sebagai media pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan dalam dunia perbankan syariah sekaligus dapat memberikan tambahan pengalaman pada bidang tersebut. b. Sebagai stimulus penelitian berikutnya, sehingga proses pengkajian secara mendalam akan terus berlangsung dengan hasil yang maksimal. c. Secara praktis, studi ini dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat muslim agar lebih meyakini dan merasakan manfaat dari system perbankan syariah. D. Tinjauan Pustaka Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis ini diantaranya pernah dilakukan oleh Nur Inayah (2009) di dalam skripsinya yang berjudul Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada Pembiayaan Murabahah di BMT Bina Ihsanul Fikri Yogyakarta. Beliau menyimpulkan bahwa untuk menangani pembiayaan bermasalah, pihak BMT BIF menggunakan strategi yang sudah sesuai dengan

8 Fatwa DSN, yaitu dengan cara: Line Facility, potongan utang pembiayaan murabahah (pembiayaan dengan prinsip jual beli), Rescheduling pembiayaan murabahah, reconditioning pembiayaan murabahah, dan pencadangan bagi hasil dalam pembiayaan musyaraah dan mudharabah. Akan tetapi ada salah satu strategi yang belum diterapkan oleh BMT BIF dalam menangani pembiayaan yaitu sita jaminan. Ilham (2009) dalam skripsinya yyang berjudul Analisis Pembiayaan Bermasalah Pada BMT Al-Kautsar. Kesimpulan yang didapat dalam skripsi tersebut adalah faktor-faktor pembiayaan bermasalah di BMT Al-Kautsar diakibatkan oleh kegagalan usaha dan persaingan yang ketat dengan pesaing yang sempurna usaha sejenis. Prosedur penanganan dengan melakukan penjadwalan kembali (jadwal angsuran, jangka waktu pembiayaan, dan jadwal pembayaran), program tabungan shadaqah dan pembaharuan pembiayaan. Pencegahan pembiayaan bermasalah dengan menganalisis kondisi usaha calon penerima pembiayaan, melakukan program pembinaan dan program kunjungan ke tempat penerima pembiayaan sebagai kunjungan persahabatan. Eko Prestyo (2010) skripsi yang berjudul Strategi Penanggulangan Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BMT Ta awun Cipulir. Beliau menyimpulkan bahwa tahapan-tahapan penyelesaian pembiayaan bermasalah yakni: 1. Pendekatan kepada nasabah, 2. Penagihan secara intensif (collection), 3. Rescheduling (perpanjangan waktu tempo kepada nasabah), 4.

9 Restructuring, 5. Potongan pelunasan, 6. Penyitaan jaminan, 7. Hapus buku (write off). Ayu Tifani (2012) dalam skripsi yang berjudul Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada Produk Pembiayaan Murabahah di KJKS BMT Bahtera Pekalongan. Kesimpulan yang didapat di dalam skripsi tersebut adalah strategi yang diterapkan oleh KJKS BMT Bahtera Pekalongan dalam penanganan pembiayaan bermasalah adalah strategi administrative, bantuan manajemen, collection agent, penyelesaian melalui jaminan, write off. Sedangkan pencegahannya adalah menganalisa pengajuan pembiayaan yang benar, menguasai aspek bisnis anggota, melakukan pemantauan dan pembinaan pembiayaan setelah fasilitas pembiayaan cair, memahami faktor yang sudah menjadi penyebab dan gejala dini pembiayaan bermasalah. Hasil penelitian terdahulu jika dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan, perbedaannya terletak pada fokus objek dan lokasi penelitian. Fokus objek yang akan diteliti oleh penulis dalam skripsinya adalah mengenai strategi penyelesaian pembiayaan yang bermasalah. Sedangkan untuk lokasi penelitiannya di KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) karena informasi dan data yang diperlukan didapatkan dari BMT Syariah Sejahtera Boyolali yang bersifat deskriptif atau mendeskripsikan

10 terhadap strategi yang dilakukan dari pihak BMT untuk menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah. 2. Subyek dan Tempat Penelitian Subyek penelitian ini adalah pengelola dan nasabah KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali dalam hal ini adalah Manajer, custumer service, account officer dan nasabah pembiayaan (10 nasabah pembiayaan yang melakukan wanprestasi). Sedangkan untuk tempat penelitiannya adalah KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali. 3. Sumber Data Sumber data pada penelitian ini adalah data primer yakni data yang didapatkan secara langsung dari aktivitas penerapan strategi penyelesaian pembiayaan yang bermasalah di BMT Syariah Sejahtera Boyolali baik dari pihak BMT maupun nasabah yang bermasalah. 4. Metode Pengumpulan Data a. Metode Wawancara Ada dua macam metode wawancara, yaitu: 1) Wawancara Terbuka Pada metode ini peneliti akan menanyakan hal-hal yang terkait dengan penelitian dengan cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung dengan para pihak BMT Syariah Sejahtera Boyolali dalam hal ini adalah manajer, custumer service, dan account officer.

11 Dari metode penelitian ini akan memperoleh keterangan terkait tata cara pengajuan pembiayaan, strategi-strategi yang diterapkan dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah, dan sebagainya. 2) Wawancara tertutup Wawancara tertutup ini peneliti lakukan dengan cara menyebar questioner kepada 10 nasabah pembiayaan yang bermasalah di KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali. b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa data-data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih actual dan sesuai dengan masalah penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang berkaitan tentang BMT dan penyelesaian pembiayaan yang bermasalah di KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali. 5. Metode Analisa Analisa data dalam penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan data melalui metode dokumentasi dan wawancara di KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali. Data yang diperoleh kemudian dianalisis, diseleksi dan disusun untuk menarik kesimpulan dari data-data tersebut. Untuk menganalisa data yang diperoleh, penulis menggunakan pendekatan deskriptif evaluative, yaitu penelitian yang menggambarkan

12 dan meneliti tentang keadaan dan gejala-gejala maupun aktivitas yang ada di perbankan syariah khususnya tentang strategi penyelesaian pembiayaan yang bermasalah yang kemudian penulis menganalisis atau mengevaluasi dari sudut pandang hukum islam dan kesesuain dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional. F. Sistematika Penulisan Rangkaian penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan uraian yang sistematis, untuk mempermudah proses pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan yang ada. Sistematika dari lima bab, yaitu: BAB I, PENDAHULUAN, meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitia, Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II LANDASAN TEORI, bab ini menjelaskan mengenai landasan teori yang terdiri dari penjelasan mengenai BMT, Produk-produk BMT, dan Prosedur Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah. BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN, bab ini memaparkan tentang KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali yang akan diteliti baik mengenai sejarah, perkembangan, struktur organisasi, produk BMT dan sebagainya. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA, dalam bab ini akan membahas tentang faktor-faktor yang menyebabkan

13 pembiayaan bermasalah, strategi-strategi untuk menyelesaikannya, dan penanggulangannya. BAB V PENUTUP, meliputi: Kesimpulan, Saran, dan Penutup.