BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah lansia dikawasan Asia pada tahun 2012 diperkirakan mencapai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada partisipasi masyarakat yang bersangkutan (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU DI WILAYAH PUSEKSMAS MONGOLATO TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan memberikan dampak peningkatan pada angka Umur Harapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lanjut usia (lansia). Kecenderungan peningkatan jumlah lansia. hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

FIFI AZISYAH NIM : S

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka tidak lagi merasa terabaikan di dalam masyarakat. Berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Secara teori perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak,

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kuantitas perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan, karena

Oleh : Rahayu Setyowati

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia (Lansia) Di Desa Kedondong Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan jumlah usia lanjut meningkat (Mulyani, 2009). banyak penduduk lanjut usia (Kompas, Edisi 17 April 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. psikososial (Nugroho, 2008). Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk. mendapatkan pelayanan ANC. Pada setiap kunjungan ANC, petugas

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai % menurun menjadi % (Adisasmito, upaya untuk mendekatkan masyarakat terhadap jangkauan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan pelayanan kesehatan secara umum bisa dikaitkan baik. di beberapa daerah yang mengalami kendala dalam

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

HUBUNGAN STRESS PASCAMENOPAUSE DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL DI MASYARAKAT PADA IBU-IBU DI DESA TANJUNG KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOMBA OPU KABUPATEN GOWA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Ayat 1 dan UU NO.36 Tahun 2009) dan sekaligus sebagai investasi, kesehatan yang optimal (Komnas Lansia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan sosial lanjut usia (lansia) adalah proses pemberian

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I. dan perkembangan anak selanjutnya. Salah satu tugas anak toddler ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi SebagaiSyarat Mencapai Derajat Skripsi. Disusun oleh : SAMPURNO TRI UTOMO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PENCAPAIAN TARGET CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS DI KABUPATEN SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN INTENSITAS KUNJUNGAN LANJUT USIA KE POSYANDU LANSIA BAROKAH DI DUSUN DARATAN KEPOH TOHUDAN COLOMADU KARANGANYAR

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses. sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap. lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerataan dan meningkatkan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di 14 posyandu lansia Tamantirto Kasihan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lansia dikawasan Asia pada tahun 2012 diperkirakan mencapai kira-kira 142 juta orang. Jumlah lansia akan meningkat diproyeksikan menjadi dua kali lipat di tahun 2025 dan tiga kali lipat di tahun 2050 Peningkatan jumlah lansia ini, perlu dibarengi dengan kebijakan yang tepat agar angka harapan hidup lansia semakin meningkat. Penuaan yang sehat akan meningkatkan kesehatan fisik, sosial dan mental lansia untuk dapat berperan aktif dalam masyarakat. Serta menikmati kehidupan yang mandiri tanpa diskriminasi. (Pramesti, 2012). Untuk meningkatkan harapan hidup lansia salah satunya adalah dengan dibentuknya suatu Posyandu (Pelayanan Kesehatan Terpadu) Lansia di setiap daerah-daerah tertentu. Menurut Depkes RI, (2005) bahwa pelayanan kesehatan terpadu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lansia di tingkat desa/kelurahan dalam wilayah kerja masing- masing puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa keterpaduan pada pelayanan yang dilatarbelakangi oleh kriteria lansia yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia. Posyandu Lansia juga diharapkan dapat menekan angka ketergantungan lansia terhadap usia produktif, sehingga lansia juga mampu 1

2 belajar untuk mandiri. Hasil dari data Susenas menunjukkan bahwa angka rasio ketergantungan penduduk lansia pada tahun 2012 adalah sebesar 11,90. Angka rasio sebesar 11,90 menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 12 orang penduduk lansia. Namun bila dibandingkan per jenis kelamin, angka rasio ketergantungan penduduk lansia perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk lansia laki-laki (12,95 berbanding 10,86) (Kemenkes, 2013). Pada kenyataannya adanya Posyandu yang sudah ada dikalangan masyarakat saat ini belum dapat dimanfatkan secara optimal oleh Lansia. Menurut Ismawati, 2010 dalam Juniardi (2012) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi lansia untuk mengunjungi Posyandu Lansia yaitu pengetahuan, jarak rumah, dukungan keluarga, sarana dan prasarana, sikap, penghasilan. Harianto (2004) mengatakan bahwa perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap penggunaan pelayanan kesehatan, perempuan lebih rentan terhadap berbagai macam penyakit dibanding dengan laki-laki, dan perempuan lebih sensitif terhadap perasaan sakit sehingga perempuan lebih banyak berkonsultasi dengan pihak kesehatan untuk pemeriksaan fisiknya. Perempuan memiliki gaya hidup yang lebih berorientasi sosial daripada laki-laki serta lebih terfokus dalam membangun hubungan sosial dan lebih banyak terlibat secara emosional kepada orang lain. Hal inilah yang menyebabkan perempuan lebih mudah mengatasi berbagai masalah kesehatannya, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan salah

3 satu cara yaitu mengunjungi dan memanfaatkan posyandu lansia untuk memeriksakan kesehatannya (Meijer, 2009). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ningsing, Arneliwati dan Lestari (2013) menunjukan bahwa dari 97 responden lansia yang diteliti responden lansia terbanyak adalah responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 52 responden (53,6%), sedangkan responden yang paling sedikit yaitu responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 45 responden (46,4%). Faktor lain yang mempengaruhi lansia dalam mengunjungi Posyandu lansia yaitu jarak rumah lansia ke Posyandu Lansia. Juniardi (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau Posyandu. Kemudahan dalam menjangkau lokasi Posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu. Sumiati (2012) menyatakan bahwa pengetahuan lansia yang baik mempengaruhi keaktifan lansia dalam memanfaatkan posyandu. Pengetahuan lansia yang kurang tentang posyandu lansia mengakibatkan kurangnya pemahaman lansia dalam pemanfaatan posyandu lansia. Keterbatasan pengetahuan ini akan mengakibatkan dampak yang kurang baik dalam pemeliharaan kesehatannya. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini

4 dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya (Kurniasari, 2013). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Handayani dan Wahyuni (2012) menunjukan bahwa dari 100 responden lansia, 60 orang lansia mempunyai dukungan keluarga yang rendah dan sebagian besar responden tidak patuh dalam kegiatan posyandu lansia. Hal ini karena lansia tidak diingatkan jadwal kegiatan posyandu lansia dikarenakan keluarga sibuk bekerja dan keluarga juga tidak memberikan semangat pada lansia untuk mengikuti posyandu lansia. Lansia membutuhkan adanya dukungan dari keluarga atau orang terdekatnya, hal ini dikarenakan seorang lansia membutuhkan orang untuk selalu mengingatkan hal-hal yang baik dan mencukupi kebutuhan setiap harinya seiring dengan penuruanan fungsi oragan tubuh dari lansia itu sendiri. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh data bahwa ada 936 lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Dari 936 Lansia yang aktif dalam kegiatan Posyandu Lansia ada 395 (42,2%) yang terdiri dari laki-laki sebanyak 55 (14%) dan perempuan sebanyak 340 (86%). Disisi lain, peneliti juga melakukan wawancara dengan 10 lansia menunjukan bahwa ada 4 lansia yang tidak mendapat dukungan keluarga untuk selalu berkunjung ke Posyandu sehingga mereka berkunjung ke Posyandu kadang-kadang, 3 lansia yang menganggap bahwa Posyandu sangatlah penting bagi lansia dalam menunjang kesehatan lansia dan 3 lansia yang menganggap bahwa Posyandu

5 lansia tidak terlalu penting sehingga mereka kadang malas untuk pergi ke Posyandu. Hal tersebut menunjukan masih minimnya kesadaran lansia dalam memanfaatkan Posyandu, yang mana tujuan dari Posyandu sendiri yaitu untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan seseorang saat memasuki usia lanjut serta meningkatkan harapan hidup pada usia lanjut. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Antara jenis kelamin, tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, sikap lansia, jarak rumah dan pekerjaan dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. B. Rumusan Masalah Posyandu lansia merupakan wadah terpadu untuk para lansia dimasa tuanya karena pada usia lanjut seperti ini, kondisi para lansia umumnya mempunyai fisik yang relatif lemah dan kesepian, perlu berkumpul dan saling mengawasi sehingga tidak merasa kesepian dan terabaikan. Namun pada kenyataanya lansia belum bisa memanfaatkannya secara optimal dalam menunjang kesehatannya, sehingga terkadang Posyandu yang ada di setiap daerah belum dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh melalui Posyandu. Padahal seorang lansia memerlukan pemantauan kesehatan secara rutin dan berkala, hal ini dikarenakan usia lansia rentan terhadap penyakit. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merumuskan rumusan masalah yaitu Bagaimana hubungan antara jenis kelamin, tingkat

6 pengetahuan, dukungan keluarga, sikap lansia, jarak rumah dan pekerjaan dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, sikap lansia, jarak rumah dan pekerjaan dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui jenis kelamin, tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, sikap lansia, jarak rumah dan pekerjaan lansia di Posyandu Lansia Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. b. Untuk mengetahui kunjungan lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kabupaten Banyumas. c. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin lansia dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas d. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.

7 e. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. f. Untuk mengetahui hubungan sikap lansia dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. g. Untuk mengetahui hubungan jarak rumah dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. h. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi responden Memberikan masukan dan ilmu tambahan bagi responden terkait dengan pentingya pelayanan Posyandu. 2. Bagi pengelola Posyandu Lansia Memberikan informasi dan masukan bagi pengelola Posyandu Lansia dalam meningkatkan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia. 3. Bagi ilmu keperawatan Memberikan ilmu tambahan bagi ilmu keperawatan dalam mengembangkan kurikulum keperawatan komunitas khususnya pada lansia.

8 4. Bagi Institusi pelayanan kesehatan Memberikan masukan dan informasi tambahan bagi institusi pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya pada lansia tentang keaktifan lansia dalam mengunjungi posyandu. 5. Bagi peneliti selanjutnya Memberikan masukan dan literatur tambahan bagi peneliti yang ingin melakukan peneliti dengan tema yang sama penelitian ini. E. Penelitian Terkait 1. Mahardika G. D. (2014) Mahardika meneliti tentang hubungan sikap dan dukungan keluarga terhadap kunjungan lansia di Posyandu Desa Tlaga Kecamatan Gumelar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada hubungan sikap dan dukungan keluarga terhadap kunjungan lansia di Posayandu Desa Tlaga Kecamatan Gumelar. Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian deskripsi korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal bersama keluarga berjumlah 240 lansia. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 70 lansia dengan teknik random sampling probability sampling. Uji yang digunakan adalah uji chi square. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas yang digunakan hanya sikap dan dukungan keluarga, desain yang digunakan deskripsi korelasi, jumlah sampel dan teknik samping menggunakan probability sampling. Persamaan penelitian ini yaitu pendekatan cross sectional, uji

9 yang digunakan adalah uji chi square dan variabel terikat menggunakan kunjungan lansia. 2. Sulistiyawati (2012) Sulistiyawati meneliti tentang hubungan antara pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan sikap lansia terhadap Posyandu Lansia dengan keaktifan kunjungan ke Posyandu Lansia di Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan sikap lansia terhadap Posyandu Lansia dengan keaktifan kunjungan ke Posyandu Lansia di Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan cross sectional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pembagian kuesioner dan observasi dilakukan pada 192 lansia. Subjek ditarik dari populasi dengan cara proportional random sampling. Variabel bebas penelitian adalah pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan sikap. Sedangkan variabel terikat adalah kunjungan ke Posyandu Lansia. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas yang digunakan yaitu pekerjaan, jumlah sampel, tempat penelitian, desain menggunakan kuantitatif. Sedangkan persamaan dalam penelitian ini yaitu teknik sampling dengan proportional random sampling, pendekatan dengan cross sectional, uji chi square dan variabel terikat kunjungan lansia ke Posyandu Lansia.

10 3. Dewi (2014) Dewi melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap lansia dengan keteraturan kunjungan posyandu lansia di desa Wiradesa kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan Tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap lansia dengan keteraturan kunjungan posyandu lansia di desa wiradesa kecamatan Wiradesa kabupaten Pekalongan tahun 2014. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu lansia berumur 60 tahun keatas yang mengikuti posyandu lansia dalam waktu 1 tahun (Juni 2013- Mei 2014) dan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu berjumlah 43 responden. Penelitian ini menggunakan uji chi square untuk mencari hubungan antara variabel dependen dan indepenten. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu jumlah variabel bebas yang diteliti yaitu hanya pengetahuan dan sikap, variabel terikatnya keteraturan kunjungan, desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif, teknik sampling total sampling, tempat dan jumlah sampel penelitian, sedangkan persamaan dalam penelitian ini yaitu pendekatan cross sectional, uji chi square, sama-sama meneliti tentang masalah kunjungan lansia ke Posyandu Lansia dan jenis sampel lansia.