Mariet Ines V. N. Gapi, Magdarita Riwu, Dwita Anastasia Deo. Kata kunci: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), diare, balita.

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J


HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

HUBUNGAN KOMPONEN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS NIKI-NIKI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015).

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, PENGGUNAAN AIR BERSIH, KEBIASAAN CUCI TANGAN, DAN PENGGUNAAN JAMBAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

HUBUNGAN PERILAKU HIGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA SISWA SD NEGERI 01 TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

Hubungan Faktor Perilaku dan Faktor Lingkungan terhadap Kejadian Diare pada Balita di Desa Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

Transkripsi:

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATUKAPU KECAMATAN BAJAWA UTARA ABSTRAK Mariet Ines V. N. Gapi, Magdarita Riwu, Dwita Anastasia Deo Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, dan masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Pada 2014 terjadi KLB diare di Kabupaten Ngada Kecamatan Bajawa Utara Desa Uluwae dengan total penduduk terancam 835 orang, 9 penderita, dan attack rate sebesar 1,08%. Diare adalah penyakit menular yang juga dipengaruhi oleh perilaku penjamu. Kebiasaan masyarakat Kecamatan Bajawa Utara yang jarang mencuci tangan dan sering buang air besar sembarangan dapat menjadi penyebab infeksi diare. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Watukapu Kecamatan Bajawa Utara. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan jumlah sampel 68 orang yang terdiri dari 34 kasus dan 34 kontrol yang diambil dengan cara purposive sampling. Analisis data menggunakan uji Chi Square yang kemudian dilanjutkan dengan analisis multivariat regresi logistik. Terdapat hubungan yang signifikan antara mencuci tangan dengan air bersih dan sabun serta penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Watukapu Kecamatan Bajawa Utara. Variabel mencuci tangan dengan air bersih dan sabun menjadi variabel paling dominan dalam kejadian diare pada balita (p=0,005, OR=7,233). Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) khususnya di dalam rumah tangga dapat mencegah dan mengurangi insiden diare pada balita. Kata kunci: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), diare, balita. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering, biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari. (1) Diare dapat menyerang semua kelompok usia dan akan mendapat perhatian lebih apabila kejadian diare tersebut menyerang anak di bawah lima tahun yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya. (2) Pada 2013, setiap hari sekitar 1600 anak meninggal atau sekitar 580.000 per tahun akibat diare. Diare berkontribusi sebesar 9% untuk semua kematian balita. (3) Data Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5% dan 7,0% sedangkan insiden diare pada kelompok usia balita di Indonesia adalah 10,2% dan Provinsi NTT menempati peringkat kedua pada jumlah prevalensi kasus diare di Indonesia dengan proporsi 6,3% yang mana masih diatas prevalensi rata-rata Indonesia yaitu 3,5% dengan insiden diare pada balita sebesar 6,7%. (4) Selama lima tahun terakhir yaitu 2010 2014, diare selalu termasuk dalam Pola 10 Penyakit Terbanyak di Kabupaten Ngada. (5 8) Data kesehatan Kabupaten/Kota di NTT 2014 menunjukkan bahwa terdapat KLB diare di Kabupaten Ngada Kecamatan Bajawa Utara tepatnya di Desa Uluwae dengan total penduduk terancam sebanyak 835 orang dan 9 penderita dengan attack rate sebesar 1,08%. (8) Univesitas Nusa Cendana 89

Diare adalah penyakit menular yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan, agen penyebab penyakit, dan penjamu. (9) Beberapa faktor tersebut dapat ditekan untuk mencegah terjadinya diare. Melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), kejadian diare dapat dicegah lewat faktor penjamu. Penurunan insiden diare pada balita tentu didukung oleh perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga atau keluarganya sendiri. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada 2014 memperlihatkan bahwa di Kecamatan Bajawa Utara presentase rumah tangga ber-phbs hanya 53,22%. (8) Masyarakat Kecamatan Bajawa Utara cenderung tidak melakukan perilakuperilaku sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun dan dibilas air bersih yang mengalir. Buang air besar sembarangan juga masih menjadi kebiasaan di masyarakat sehingga hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan terutama timbulnya penyakit yang sumbernya adalah tinja seperti diare. Berdasarkan kebiasaan tersebut sangat penting bagi orang tua khususnya ibu diberi pengertian mengenai perannya dalam menentukan kesehatan anak. Berdasarkan berbagai hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Watukapu, Kecamatan Bajawa Utara. METODE Jenis penelitian ini adalah studi analitik observasional dengan desain studi case control. PHBS rumah tangga yang diteliti adalah pemberian ASI eksklusif, penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun serta penggunaan jamban sehat. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Watukapu Kecamatan Bajawa Utara pada November 2015. Populasi pada penelitian ini adalah balita yang pernah menderita diare dan tidak menderita diare yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Watukapu Kabupaten Bajawa Utara. Jumlah sampel 68 balita yang terdiri dari 34 kasus dan 34 kontrol yang berusia 0-59 bulan. Bentuk instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan lembar wawancara dan observasi langsung. Data yang terkumpul dianalisis secara komputerisasi menggunakan perangkat lunak pengolahan data dengan analisis univariat, bivariat yaitu dengan uji chi square, dan multivariat dengan regresi logistik. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden merupakan ibu dari balita yang dimintai keterangan. Berdasarkan usia, proporsi usia responden terbanyak pada kelompok umur 25-35 tahun yaitu meliputi kelompok kasus 67,6% (23/34) dan kelompok kontrol 58,8% (20/34). Berdasarkan pendidikan, proporsi tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tamat SD yang terdiri dari kelompok kasus sebanyak 61,8% (21/34) dan kelompok kontrol sebanyak 73,5% (25/34). Berdasarkan pekerjaan, proporsi jenis pekerjaan terbanyak adalah petani yang juga adalah ibu rumah tangga yang terdiri dari 94,1% (32/34) pada kelompok kasus dan 88,2% (30/34) pada kelompok kontrol. Karakteristik Sampel Sampel merupakan balita berusia 0-59 bulan baik pada kelompok kasus maupun kontrol. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin, pada kelompok kasus terdapat lebih banyak sampel perempuan yaitu 58,8% (20/34) sedangkan pada kelompok kontrol sampel berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan yaitu 55,9% (19/34). Univesitas 90 Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 90

Berdasarkan usia, proporsi usia sampel yang paling banyak pada kelompok kasus adalah 24-29 bulan sebesar 23,5% (8/34) dan pada kelompok kontrol adalah 6-11 bulan yaitu 17,6% (6/34). Analisis Univariat Memberi ASI Eksklusif Tabel 1. Pemberian ASI Eksklusif ASI Eksklusif Kasus Kejadian Diare Kontrol n % n % Tidak memberi ASI Eksklusif 9 26,5 3 8,8 Memberi ASI 25 73,5 31 91,2 Eksklusif Jumlah 34 100 34 100 Tabel 1 menunjukkan pada kelompok kasus, responden yang memberi ASI eksklusif lebih banyak yaitu 73,5% (25/34) dibandingkan yang tidak memberi ASI eksklusif yaitu 26,5% (9/34) begitu juga pada kelompok kontrol sebesar 91,2% (31/34) memberi ASI eksklusif dan 8,8% (3/34) tidak memberi ASI eksklusif. Menggunakan air bersih Tabel 2. Penggunaan Air Bersih Air bersih Tidak menggu nakan air bersih Kejadian Diare Kasus Kontrol n % n % 8 23,5 5 14,7 Menggu nakan air 26 76,5 29 85,3 bersih Jumlah 34 100 34 100 Tabel 2 menunjukkan pada kelompok kasus sebanyak 76,5% (26/34) telah menggunakan air bersih sedangkan 23,5% (8/34) tidak dan pada kelompok kontrol sebanyak 85,3% (29/34) telah menggunakan air bersih sedangkan 14,7% (5/34) tidak menggunakan air bersih. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Tabel 3 Mencuci Tangan Dengan Air Bersih dan Sabun Mencuci tangan Kasus Kejadian Diare Kontrol n % n % Tidak 31 91,2 20 58,8 melakukan Melakukan 3 8,8 14 41,2 Jumlah 34 100 34 100 Perilaku mencuci tangan yang dimaksud adalah dengan menggunakan sabun dan dibilas di air mengalir. Hasil uji analisis pada Tabel 3 menunjukkan pada kelompok kasus 91,2% (31/34) responden tidak melakukan cuci tangan dan 8,8% (3/34) melakukan cuci tangan sedangkan pada kelompok kontrol responden yang tidak melakukan cuci tangan sebesar 58,8% (20/34) dan terdapat 41,2% (14/34) yang melakukan cuci tangan. Menggunakan jamban sehat Univesitas Nusa Cendana 91

Tabel. 4. Penggunaan Jamban Sehat Kejadian Diare Jamban sehat Kasus Kontrol N % n % Berdasarkan Tabel 4 pada kelompok kasus responden terbanyak tidak menggunakan jamban sehat yaitu 73,5% (25/34) sedangkan pada kelompok kontrol lebih banyak responden yang menggunakan jamban sehat yaitu 55,9% (19/34). Tidak menggunakan 25 73,5 15 44,1 jamban sehat Menggunakan jamban sehat 9 26,5 19 55,9 Jumlah 34 100 34 100 Analisis Bivariat Tabel 5 Hasil Analisis Bivariat Variabel Nilai p OR CI 95% Pemberian ASI eksklusif 0,056 3,720 0,909 15,220 Penggunaan air bersih 0,355 1,785 0,518 6,145 Mencuci tangan dengan air 0,002 7,233 1,842 28,403 bersih dan sabun Penggunaan jamban sehat 0,014 3,519 1,270 9,750 Hubungan memberi ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada balita Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square untuk perilaku memberi ASI eksklusif diperoleh nilai p=0,056 dan OR=3,720 (confidence interval 95%=0,909 15,220) yang berarti tidak ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita sebab nilai p>0,05. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare khususnya bada bayi <6 bulan yang sistem pencernaan dan sistem kekebalan tubuhnya belum matur. (10,11) Pada penelitian ini, tidak terdapat balita berusia 0-6 bulan yang menderita diare, tetapi kejadian diare terbanyak terjadi pada balita berusia 24 35 bulan yang sudah lebih banyak terpapar dengan dunia luar, memiliki intensitas bermain yang sering dengan lingkungan yang tidak terjaga dengan baik sanitasinya. Hal ini bisa menjadi penyebab terjadinya diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Watukapu sehingga Univesitas 92 Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 92

walaupun ibu balita tersebut berperilaku memberikan ASI eksklusif namun faktor lain seperti lingkungan sekitar balita yang kotor dan perilaku hygiene ibu yang buruk berperan lebih besar sehingga menyebabkan balita lebih rentan terserang diare karena usia yang sudah lebih banyak bermain diluar. Hubungan menggunakan air bersih dengan kejadian diare pada balita Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-squre untuk penggunaan air bersih diperoleh nilai p=0,355 dan OR=1,785 (confidence interval 95%=0,518 6,145), yang berarti tidak ada hubungan antara perilaku menggunakan air bersih dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Watukapu sebab nilai p>0,05. Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecaloral. Kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan dan minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. (12) Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, masing-masing desa di Wilayah Kerja Puskesmas Watukapu Kecamatan Bajawa Utara telah memiliki sumber air bersih yaitu dari mata air terlindung sehingga masyarakat tidak kekurangan air bersih dan menggunakannya untuk keperluan seharihari seperti mandi, mencuci, dan memasak. Jarak sumber air dengan sumber pencemaran seperti jamban pun sudah sesuai standar yaitu 10m. Hal-hal tersebut mendukung tidak terjadinya diare pada beberapa balita namun hal lain seperti tempat penampungan air untuk mencuci dan memasak apakah berbeda dan terjaga kebersihannya juga perlu diperhatikan. Sumber air bersih utama masyarakat harus terjaga kebersihannya namun kebersihan air tetap harus diperhatikan hingga air tersebut dikonsumsi khususnya oleh balita sehingga peneliti juga memperhatikan karakteristik fisik dari air yang dikonsumsi. Berdasarkan observasi, perilaku menjaga kebersihan oleh masyarakat masih sangat kurang, anak balita mereka lebih sering dibiarkan bermain di tempat yang kotor seperti tanah di pekarangan sekitar rumah, hal inilah yang dapat memicu terjadinya diare pada balita walaupun air bersih telah tersedia namun perilaku ibu dalam menjaga kebersihan anaknya masih kurang baik. Perilaku dalam menjaga kebersihan ibu itu sendiri juga kurang diperhatikan, seperti mencuci tangan sebelum memasak atau memberi makan balita, dan sesudah buang air besar jarang diterapkan yang membuat semakin besar risiko terjadi diare pada balita tersebut sebab kembali pada jalur penularan diare yang utama adalah fecaloral sehingga sangat penting menjaga kebersihan diri serta benda-benda di sekitar balita agar tidak terkontaminasi. Hubungan antara mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan kejadian diare pada balita Hasil uji statistik dengan chi-squre untuk perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun diperoleh nilai p=0,002 atau p<0,05 dan OR=7,233 (confidence interval 95%=1,842 28,403), yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Watukapu, dengan risiko tujuh kali terkena diare dibandingkan dengan yang melakukan. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perseorangan yang Univesitas Nusa Cendana 93

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. (12) Tangan yang kotor menjadi perantara penularan kuman infeksius penyebab diare jika tidak dicuci menggunakan sabun dan air bersih. Pada saat makan tanpa mencuci tangan kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit. (13) Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, pemahaman responden di Wilayah Kerja Puskesmas Watukapu tentang cara mencuci tangan dengan baik dan benar masih kurang karena kebanyakan dari mereka melakukan cuci tangan hanya dengan air saja tanpa sabun atau membilasnya dengan cara yang salah yaitu hanya dicelupkan pada wadah seadanya dan bukan dengan air mengalir. Penting untuk mengedukasikan ibu balita bahwa hal sederhana seperti mencuci tangan sebelum memasak, memberi bayi makan, setelah mengganti popok dan buang air besar berperan penting untuk mencegah penyakit diare yang penularan terbanyak adalah melalui fecal-oral. (13) Tangan dapat menjadi jembatan tersebarnya kuman dari kotoran atau tinja ke mulut. Penerapan perilaku mencuci tangan menggunakan sabun dan dibilas di air yang mengalir, kita dapat memutuskan mata rantai penularan penyakit diare sehingga balita dapat terhindar dari diare. (14) Hubungan penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita Berdasarkan hasil uji statistik dengan chi-square variabel penggunaan jamban sehat diperoleh nilai p=0,014 atau p<0,05 artinya terdapat hubungan antara menggunakan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita dan nilai OR=3,519 (confidence interval 95%=1,270 9,750) yang berarti orang yang tidak menggunakan jamban sehat, balitanya akan berisiko terkena diare tiga setengah kali lebih besar dibandingkan dengan yang menggunakan jamban sehat. Tinja sebagai hasil metabolisme tubuh manusia yang penuh dengan kuman penyebab penyakit, apabila tidak dikelola dengan baik maka dapat menjadi sumber kuman penyakit diare yang ditularkan kepada manusia lain melalui sumber air yang terkontaminasi maupun melalui vektor pembawa penyakit seperti serangga atau binatang peliharaan. Tempat pembuangan tinja atau jamban yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare. (15) Berdasarkan wawancara dan observasi peneliti, masyarakat di Kecamatan Bajawa Utara sebagian besar telah memiliki jamban pribadi di masingmasing rumah, namun jamban yang ada belum memenuhi seluruh syarat jamban sehat. Masyarakat juga ada yang tidak memiliki jamban pribadi sehingga mereka menggunakan jamban tetangga atau buang air di kebun atau kali di sekitar rumah sehingga risiko menularnya diare semakin meningkat. Perilaku dari ibu balita yang sering membuang kotoran balita sembarangan di pekarangan atau di kebun juga ikut menyebabkan balita mereka terkena diare sebab tempat yang sama juga merupakan daerah bermain balita tersebu. Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau dihinggapi oleh serangga seperti lalat yang akan menjadi sumber infeksi dan berbahaya bagi kesehatan. 94 Univesitas Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 94

Analisis Multivariat Tabel 6 Hasil Analisis Multivariat Variabel OR CI 95% Lower Upper Langkah 1 Mencuci tangan 4,595 1,092 19,339 Pemberian ASI eksklusif 3,367 0,724 15,656 Penggunaan jamban sehat 2,717 0,871 8,480 Constant 0,137 Langkah 2 Mencuci tangan 5,467 1,329 22,489 Penggunaan jamban sehat 2,428 0,812 7,258 Constant 0,156 Langkah 3 Mencuci tangan 7,233 1,842 28,403 Constant 0,214 Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dimulai dari pemilihan variabel terpilih untuk masuk dalam analisis multivariat sampai ke model akhir, maka variabel yang paling dominan berperan terhadap kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Watukapu Kecamatan Bajawa Utara adalah mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan p=0,005, OR=7,233 (Confidence interval 95%=1,842 28,403). KESIMPULAN Terdapat hubungan yang signifikan antara mencuci tangan dengan air bersih dan sabun serta penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Watukapu Kecamatan Bajawa Utara. Variabel mencuci tangan dengan air bersih dan sabun menjadi variabel paling dominan dalam kejadian diare pada balita (p=0,005, OR=7,233). DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan RI. Buku saku petugas kesehatan lintas diare. 2011. 2. Amaliah S. Hubungan sanitasi lingkungan dan faktor budaya dengan kejadian diare pada anak balita di Desa Toriyo Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Semarang; 2010.diakses tanggal 20 Juni 2015. Tersedia dari: http://jurnal.unimus.ac.id 3. United Nations Children s Fund. Diarrhoea remains a leading killer of young children, despite the availability of a simple treatment solution. 2013 Apr.diakses tanggal 20 Juni 2015.Tersedia dari: data.unicef.org/child-health/diarrhoealdisease 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013. Indonesia; 2013. 5. Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada. Profil kesehatan Kabupaten Ngada 2010. Bajawa: Dinkes Ngada; 2011. 6. Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada. Profil kesehatan Kabupaten Ngada 2011. Bajawa: Dinkes Ngada; 2011. 7. Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada. Profil kesehatan Kabupaten Ngada 2012. Bajawa: Dinkes Ngada; 2013. Univesitas Nusa Cendana 95

8. Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada. Profil kesehatan Kabupaten Ngada 2014. Bajawa: Dinkes Ngada; 2015. 9. Mafazah L. Ketersediaan sarana sanitasi sasar, personal hygiene ibu dan kejadian diare. J. Kesehat. Masy. 2013;8(2) 10. Sinthamurniwaty. Faktor-faktor risiko kejadian diare akut pada balita (Studi Kasus di Kabupaten Semarang). Universitas Diponegoro Semarang; 2006. 11. Wijayanti W. Hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta. Surakarta; 2010. tangga.diakses tanggal 13 uni 2015. Tersedia dari: promkes.depkes.go.id 14. Kusumawati O, Nugroho HA, Hartono R. Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare pada balita usia 1-3 tahun studi kasus di Desa Tegowa Wetan Kecamatan Tegowanu Grobogan. Semarang; 2010 hal. 1 8. 15. Nuraeni A. Hubungan penerapan PHBS keluarga dengan kejadian diare balita di Kelurahan Tawangmas Kota Semarang. Universitas Indonesia; 2012. 12. Kementerian Kesehatan RI. Situasi diare di Indonesia. Jakarta; 2011;44. 13. Departemen Kesehatan RI. 10 perilaku hidup bersih dan sehat di rumah Univesitas 96 Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana 96