BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari pendidikan. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat (life long

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah. Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lastri Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional, tangguh, dan siap

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. inovatif. Mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Pengaruh globalisasi dapat mempengaruhi gaya hidup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dunia pendidikan seringkali menjadi topik pembicaraan yang menarik untuk diperbincangkan. Hal tersebut di karenakan kehidupan kita tidak akan terlepas dari pendidikan. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat (life long education), artinya dari sejak kelahiran sampai kematian, seluruh kegiatan manusia adalah kegiatan pendidikan. 1 Pendidikan memegang peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional. Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2 Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat. 3 Menurut Bruner dalam 1 Suparlan Suhartono, Wawasan Pendidikan, (Jogjakarta : Ar-Ruz Media Group, 2008), hal. 45 2 UU. RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 3 3 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), hal. 2 1

2 Dina Indriana menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membebaskan masyarakat dan membantu para siswa dalam mengembangkan potensi mereka secara penuh. 4 Indonesia mencanangkan pendidikan bagi semua warganya, karena pada dasarnya setiap manusia berhak mendapatkan pengajaran atau pendidikan yang layak, seperti tertuang dalam UUD 1945 yaitu 1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. 2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. 5 Adapun tujuan dari setiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional. Menurut Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 6 Pendidikan juga mengarahkan manusia pada pembentukan perilaku dan sikap yang benar sesuai dengan kaidah keilmuannya. Tercapainya tujuan tersebut sangat berhubungan erat dengan tugas guru sebagai tenaga pendidik. Seorang guru harus benar-benar mampu memberikan penjelasan mengenai tujuan pendidikan dan cara bersikap yang semestinya. Sebab, mendidik adalah kegiatan memberi pengajaran kepada siswa, membuatnya mampu memahami 4 Dina Indriana, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, (Yogyakarta : Diva Press, 2011), hal. 196 5 UUD 1945 Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan, pasal 31 ayat 1 dan 2, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009) hal. 22 6 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 81

3 sesuatu, dan dengan pemahaman yang dimilikinya dapat mengembangkan potensi dirinya dengan menerapkan sesuatu yang telah dipelajarinya. 7 Sesungguhnya kita mengharapkan pendidikan mampu mencetak generasi penerus bangsa yang cerdas akalnya serta berakhlak mulia agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya serta mampu memunculkan gagasan baru tentang pentingnya menerapkan pendidikan karakter untuk menghasilkan generasi yang berakal cerdas dan bermoral. Pendidikan karakter sudah lama direncanakan oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional bagi semua jenjang pendidikan dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Program ini dicanangkan dengan dasar yang jelas yakni untuk mengantarkan rakyat Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat dan bermoral. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 3) yang mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut 8 : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menurut undang-undang no. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sisdiknas tersebut, secara yuridis mengisyaratkan bahwa pendidikan kita diharapkan 7 Nurul Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah (Yogyakarta : Laksana, 2011), hal. 9-11 8 Depdiknas, Undang-Undang Republic Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Depdiknas, 2003), hal. 4

4 memiliki karakter positif yang kuat, praktek pendidikan diharapkan tidak semata berorientasi pada aspek kognitif saja, melainkan secara terpadu menyangkut tiga dimensi taksonomi pendidikan, yakni: kognitif, afektif, psikomotorik, serta berbasis karakter positif dengan berbagai indikator. Generasi penerus bangsa diharapkan memiliki sifat yang jujur, bermoral dan berkualitas, memiliki hati nurani dan welas asih serta arif bijaksana. Kita harus berusaha dan berupaya melalui persiapan yang matang dalam pendidikan anak, salah satunya dengan character building untuk pembentukan karakter kepribadian. 9 Pendidikan diselenggarakan untuk membentuk karakter siswa yang kuat dan kokoh dalam pengembangan serta pengalaman, pengabdian, pemberdayaan ilmu untuk kemaslahatan. Institusi sekolah sangat berperan terhadap proses pendidikan terutama untuk membentuk karakter siswa yang tidak hanya menyalurkan ilmu pengetahuan saja namun juga mampu mensukseskan kehidupan bangsa. Pendidikan seharusnya mampu membentuk karakter manusia seutuhnya yang tidak hanya cerdas akalnya, namun juga cerdas sikap dan hatinya. Realitasnya dalam kehidupan, karakter anak bangsa saat ini sudah sangat jauh dengan apa yang diharapkan oleh sebagian orang. Dapat kita lihat bagaimana karakter dan moral anak bangsa saat ini sangat lemah. Didunia pendidikan, contohnya saja kebiasaan menyontek saat ujian, tawuran antar pelajar, merokok, kekerasan terhadap teman, pergaulan bebas, penyalahgunaan 9 Dwi Yanny Lukitaningsih, Pendidikan Etika Moral, Kepribadian Dan Pembentukan Karakter (Yogyakarta: Media Utama, 2011), hal. 57

5 obat-obatan terlarang, penyulikan terhadap remaja, maupun anak dibawah umur, aksi pornografi, pelecehan seksual, dan masalah kesenjangan sosial saat ini. Karakter anak bangsa yang semakin menjadi-jadi membuat pihak orang tua dan guru kewalahan menghadapi semuanya. Bahkan orang tua dan guru sendiri kadang-kadang kurang memperhatikan apa yang sedang terjadi dengan para remaja maupun anak-anak jaman sekarang. Faktor yang menyebabkan lemahnya karakter anak bangsa adalah kurangnya kedisiplinan para remaja maupun anak-anak, kurang perhatian dari orang tua, guru yang kadang kala tidak meperhatikan para siswa, meniru tindakan teman sebayanya, dan canggihnya teknologi. Pendidikan karakter saat ini masih diabaikan dan kurang mendapat perhatian serius. Nilai kognitif dalam pembelajaran masih terlihat dominan dibandingkan dengan nilai afektif maupun psikomotorik. Setiap pendidik sudah pada tataran praktik, namun ranah afektif tidak memperoleh tempat yang memadai bahkan tidak disadari hilang dari kisi-kisi penilaian. Siswa baru mampu menghafalkan konsep ketuhanan, kebudayaan, kebangsaan, sains, matematis, serta rumus-rumus yang terbungkus ke dalam pendidikan, seringkali kurang menyerap manfaatnya. Konsep yang dikuasai siswa tersebut sudah lupa karena tidak sampai pada kegunaan praktisnya dalam keseharian. Siswa yang tidak dikenalkan dan diberikan keteladanan tentang hikmah dan nilai-nilai dari mata pelajaran yang menjadi landasan moral pembentukan karakter siswa. Hal ini menjadi bahan evaluasi berbagai kalangan yang terlibat

6 dalam pendidikan agar pendidikan karakter bisa terintegrasi dalam pembelajaran. Pendidikan karakter sangat penting bagi pembentuk kepribadian serta pembentukan karakter yang baik. Karakter yang baik dapat terbentuk apabila proses pembelajaran dilakukan dengan model yang masih tekstual atau klasik biasa. Inovasi serta kreatifitas dalam proses pembelajarannya dan hanya menekankan pada kegiatan intelektualnya saja. Siswa tidak hanya membutuhkan materi pelajaran saja, namun juga ada kegiatan lain yang sifatnya menguji kemampuan, keterampilan serta sikap yang dihasilkan dari proses pembelajaran. Banyak yang akan dipelajari siswa, dan pembelajaran akan lebih menyenangkan sekaligus bisa memasukkan nilai karakter ke dalam diri siswa secara tidak langsung. Pembelajaran dan pendidikan karakter harus dikenalkan kembali sebagai nilai yang terintegrasi dan tersusun dalam berbagai mata pelajaran. Dominasi ranah kognitif selama ini hanya mampu bekerja mengukur kecepatan, mengukur hal-hal baru, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif serta berperan aktif dalam menghitung angka. 10 Pendidikan karakter dalam sistem pendidikan nasional telah termuat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan terintegrasikan di berbagai mata pelajaran. Sekolah atau madrasah juga sudah menerapkan pendidikan karakter. Mata pelajaran bahasa Jawa yang merupakan muatan lokal (mulok) daerah yang wajib dilestarikan dan dikenalkan lebih dekat lagi 10 Asmaun Sahlan Dan Angga Teguh Pastyo, Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 18

7 kepada siswa sebagai wujud penghargaan bangsa serta kearifan budaya lokal. Belakangan ini bahasa Jawa sudah mengalami kemunduran secara fungsional, hal ini disebabkan oleh terus menyempitnya pemahaman terhadap jagad kata bahasa Jawa. Pengajaran bahasa Jawa terancam bubar karena tidak ada petunjuk pelaksanaannya. Adanya kecemburuan di kalangan generasi tua terhadap upaya pemanfaatan kosa kata bahasa Jawa secara maksimal oleh generasi muda juga menjadi salah satu penyebab kemunduran fungsional bahasa Jawa. Satu lagi terdesaknya bahasa Jawa yaitu rekayasa nasionalisme bahwa kita harus mewadah dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Hal tersebut sudah terlihat pada realitas sekarang ini, dimana anak-anak sebagai generasi penerus bangsa, diharapkan dapat menjaga kelestarian bahasa Jawa serta mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional, namun janganlah melupakan bahasa daerah yang menjadi aset kebudayaan bangsa kita dan wajib dipelihara oleh rakyat serta negara. Bahasa daerah juga merupakan salah satu identitas budaya masyarakat tradisional, dan harus dihormati oleh segenap komponen bangsa. 11 Diatur dalam pasal 28 ayat (3) UUD 1945 setelah perubahan yaitu: Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban. Mengimplementasi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (1) menyebutkan bahwa: 11 Mulyana, Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Daerah Dalam Kerangka Budaya (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hal. 11-12

8 Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan lokal. Upaya pengembangan, pembinaan, pelestarian Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, pengembangan budi pekerti serta kepribadian di kalangan para siswa pendidikan dasar dan menengah diperlukan kurikulum muatan lokal sebagai acuan dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Jawa. 12 Oleh karena itu, sesuai dengan pasal tersebut maka Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) wajib memuat muatan lokal. Proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) menerapkan pendidikan karakter di semua pembelajaran. Salah satunya yaitu pendidikan muatan lokal, bahasa, sastra dan budaya Jawa pada mata pelajaran bahasa Jawa. Pembelajaran bahasa Jawa telah diterapkan sejak awal di MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung karena sekolah tersebut masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembelajaran bahasa Jawa sangat diperlukan di tingkat sekolah dasar sebagai pembentuk karakter peserta didik. Berangkat dari hal tersebut penulis tertarik untuk mengangakat judul Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa melalui Pembelajaran Bahasa Jawa di MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 12 Ibid, hal 18

9 1. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam materi pembelajaran bahasa Jawa pada siswa kelas 5 b di MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung? 2. Bagaimana proses penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran bahasa Jawa pada siswa kelas 5 b di MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat proses pelaksanaan penanaman nilai-nilai karakter siswa kelas 5 b di MI Bendil Bendiljati Sumbergempol Tulungagung? C. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang terdapat dalam materi pembelajaran bahasa Jawa pada siswa kelas 5 b di MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung. 2. Mendeskripsikan tentang proses pelaksanaan penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran bahasa Jawa pada siswa kelas 5 b di MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung. 3. Mendeskripsikan tentang faktor pendukung dan penghambat proses pelaksanaan penanaman nilai-nilai karakter pada siswa kelas 5 b di MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung.

10 D. Kegunaan Penelitian a. Bagi guru MI Bendil Bendiljati Sumbergempol Tulungagung Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi dan masukan bagi guru bahasa Jawa kelas 5 khususnya agar proses pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Jawa dapat terlaksana dengan baik sesuai tujuan yang direncanakan. b. Bagi siswa MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi siswa tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan pada pembelajaran bahasa Jawa agar dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. c. Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam membantu terwujudnya visi dan misi sekolah sehingga bisa menjadi sekolah yang berkarakter dan meningkatkan kualitas sekolah. d. Bagi IAIN Tulungagung Hasil penelitian ini dapat menjadi penambah wawasan dan sebagai salah satu sumber bahan referensi dalam bidang penelitian yang terkait pelaksanaan pendidikan karakter melalui pembelajaran bahasa jawa. e. Bagi penulis Hasil penelitian ini dapat menjadi penerapan ilmu pengetahuan yang penulis peroleh serta menambah pengalaman dan wawasan baik dalam penelitian pendidikan maupun penulisan karya ilmiah.

11 f. Bagi pembaca Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan sebagai bahan referensi untuk membentuk karakter anak terutama melalui pembelajaran bahasa Jawa. E. Penegasan Istilah Kesalahpahaman mungkin bisa terjadi dalam suatu penelitian, maka dari itu peneliti membuat penegasan istilah dalam penelitian yang berjudul Penanaman Nilai-nilai Karakter Siswa melalui Pembelajaran Bahasa Jawa di MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung yang meliputi penegasan konseptual dan penegasan operasional. 1. Penegasan Konseptual a. Karakter Karakter adalah watak, sifat, akhlak ataupun kepribadian yang membedakan seorang individu dengan individu lainnya. Karakter juga dapat diartikan sebagai keadaan yang sebenarnya dari dalam diri seorang individu, yang membedakan antara dirinya dengan individu lain. b. Nilai-nilai karakter Nilai karakter merupakan suatu keadaan yang perlu dihormati dan dihargai karena hal tersebut mencakup kepribadian seseorang.

12 c. Pembelajaran Pembelajaran merupakan penyediaan sistem lingkungan yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri siswa dengan mengoptimalkan pertumbuhan dan pengembangan potensi yang ada pada diri siswa tersebut. d. Bahasa Jawa Bahasa Jawa adalah salah satu mulok dalam struktur kurikulum di tingkat pendidikan SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK. Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa di Jawa Tengah, Yogyakarta & Jawa Timur. Bahasa jawa juga digunakan oleh penduduk yang tinggal beberapa daerah lain seperti di Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat khususnya kawasan Pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon. 2. Penegasan Operasional Pembelajaran bahasa Jawa dapat membentuk karakter peserta didik karena bahasa Jawa merupakan bahasa yang dimiliki dan digunakan penduduk suku bangsa Jawa. Bahasa Jawa memiliki beberapa fungsi diantaranya, sebagai lambang kebanggaan daerah, sebagai identitas daerah, sebagai alat berkomunikasi dan berinteraksi di dalam masyarakat, sebagai sarana pendukung kebudayaan daerah, sebagai alat pemersatu masyarakat

13 pemiliknya, bahasa Jawa juga memiliki nilai-nilai luhur yang mampu membentuk karakter para penuturnya serta sebagai alat pembentuk sikap maupun budi pekerti bangsa. Melalui unggah-ungguhing basa, bahasa Jawa berfungsi sebagai pembentuk perilaku para penuturnya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan status sosial, tingkat pendidikan, dan faktor lainnya. Penutur bahasa Jawa sangat perlu memahami tingkat sosial terhadap mitra tuturnya. Budi pekerti luhur masyarakat Jawa akan tampak pada tindak tutur yang selalu mempertimbangkan status sosial mitra tuturnya. Pembelajaran bahasa Jawa baik di sekolah formal maupun nonformal perlu ditingkatkan agar dapat membentuk manusia baru yang berbudi luhur, berbudaya tinggi, dan berjiwa nasionalisme. F. Sistematika Penulisan Skripsi 1. Bagian Awal Bagian awal skripsi ini terdiri dari : halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman keaslian tulisan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar bagan, daftar lampiran, dan abstrak. 2. Bagian Utama Bab 1 Pendahuluan, terdiri dari : a) Konteks Penelitian, b) Fokus Penelitian, c) Tujuan Penelitian, d) Kegunaan Penelitian, e) Penegasan Istilah, dan f) Sistematika Pembahasan. Bab II Kajian Pustaka, terdiri dari : a) Pengertian Penanaman Nilai-nilai Karakter, b) Pembelajaran Bahasa Jawa, c) Penelitian Terdahulu.

14 Bab III Metode Penelitian, terdiri dari : a) Pendekatan Penelitian, b) Kehadiran Peneliti, c) Lokasi Penelitian, d) Sumber Data, e) Prosedur Pengumpulan Data, f) Analisis Data, g) Pengecekan Keabsahan Temuan, h) Tahap-Tahap Penelitian Bab IV Hasil Penelitian, terdiri dari : a) Deskripsi Data, b) Temuan Penelitian, c) Analisis Data Bab V Pembahasan, dalam bab ini berisi tentang diskusi hasil penelitian. Bahasan hasil penelitian digunakan untuk membandingkan dengan teori yang sudah dibahas. Bab VI Penutup, terdiri dari: a) Kesimpulan, dan b) Saran 3. Bagian Akhir Bagian akhir skripsi ini terdiri dari : daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat izin penelitian, surat bukti selesai penelitian, kartu bimbingan skripsi, lembar laporan selesai bimbingan, dan daftar riwayat hidup.