BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan menuju Indonesia Sehat 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. 1 Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan sebagai indikator kesehatan suatu bangsa, salah satunya masih dilihat dari tinggi atau rendahnya angka kematian bayi. Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat. 2 AKB adalah jumlah kematian bayi (0-12 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Mayoritas kematian bayi terjadi pada masa neonatus (0-28 hari). 3 Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 di seluruh dunia terdapat 4 juta bayi meninggal dalam bulan pertama kehidupan dan 3,3 juta bayi meninggal segera setelah dilahirkan. Angka ini lebih banyak berasal dari negara-negara yang sedang berkembang. 4 Besaran AKB di dunia pada rentang tahun 1990-2010 adalah sebesar 61-40 per 1.000 kelahiran hidup. 5 Pada tahun 2009, AKB di 18 negara Association of South East Asian Nations (ASEAN) dan South East Asia Regional Office (SEARO) berkisar
antara 2-68 per 1.000 kelahiran hidup AKB terendah di Singapura dan yang tertinggi ada di Kamboja. AKB di Indonesia sebesar 30 per 1.000 kelahiran hidup dan berada di peringkat 10 di antara 18 negara tersebut. 6 Pada tahun 2010 terjadi penurunan dan pergesaran peringkat AKB yang berkisar 2-50 per 1.000 kelahiran hidup. AKB terendah masih dipegang oleh Singapura dan yang tertinggi di negara Myanmar. Di Indonesia juga terjadi penurunan yaitu sebesar 27 per 1.000 kelahiran hidup namun tetap berada di peringkat 10. 5 Kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGS, 2000) pada tahun 2015 diharapkan AKB menurun dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal tersebut, untuk mencapai sasaran MDGs, Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan AKB menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. 2 Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKB tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup disusul Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 72 per 1.000 kelahiran hidup dan Sulawesi Tengah sebesar 60 per 1.000 kelahiran hidup. 7 Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, AKB pada tahun 2007 sebesar 26,9 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun bila dibandingkan AKB tahun sebelumnya yang sebesar 28,2 per 1.000 kelahiran hidup. AKB terendah dimiliki oleh Kabupaten Karo sebesar 11,5 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Kota Pematang Siantar sebesar 13,7 per 1.000 kelahiran hidup dan Kota Medan sebesar 13,8 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Mandailing Natal sebesar 41,5 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Kabupaten Labuhan
Batu sebesar 35,1 per 1.000 kelahiran hidup dan Kabupaten Asahan sebesar 34,7 per 1.000 kelahiran hidup. 8 Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada masa neonatus, seperti bayi BBLR, asfiksia, tetanus neonatorum, sindrom gangguan pernapasan, sepsis, trauma lahir, dan kelainan neonatal. 9 Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2007 menunjukkan bahwa penyebab kematian terbanyak pada kelompok bayi 0-6 hari didominasi oleh gangguan/kelainan pernapasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). 8 BBLR adalah bayi yang lahir berat badan kurang dari 2500 gram. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang pada saat lahir sampai 24 jam pertama setelah lahir. BBLR bisa disebabkan oleh 2 hal yaitu, Prematuritas Murni (kehamilan kurang bulan) dan Dismaturitas/KMK (Kecil Masa Kehamilan). 10 Masalah BBLR sangat berpengaruh terhadap kualitas generasi penerus suatu bangsa. Menurut WHO, angka kejadian BBLR yang lebih dari 10% merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian. Karena itu, banyak negara di dunia menggunakan angka BBLR sebagai indikator tingkat kesehatan masyarakat. WHO memperkirakan lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia (15,5% dari seluruh kelahiran bayi di dunia) setiap tahunnya lahir bayi BBLR dan mempengaruhi sekitar 16 % BBLR di negara berkembang. 4 Pada tahun 2012, WHO melaporkan kejadian BBLR di dunia pada rentang tahun 2005-2010 adalah sebesar 15%. Di South-East Asia angka kejadian BBLR
mencapai 24% dan yang tertinggi ada pada negara India persentase 28%. Sedangkan di Indonesia terdapat 9% bayi baru lahir BBLR. 5 Angka kejadian BBLR di Sulawesi Barat pada tahun 2007 adalah 445 dari 18.970 kelahiran hidup (2,35%) dan tertinggi ada pada Kabupaten Polewali Mandar yaitu sebesar 178 per 6.985 kelahiran hidup (2,47%). 11 Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara pada tahun 2008, angka kejadian BBLR di Sumatera Utara adalah sebesar 1.315 dari 260.991 kelahiran hidup (0,50%) dan angka kejadian BBLR tertinggi ada pada Kabupaten Deli Serdang yaitu 375 dari 40.472 kelahiran hidup (0,93%). 8 Bayi BBLR umumnya akan mengalami kesulitan beradaptasi lingkungan yang baru. 9 Hal tersebut akan berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan bayi, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya serta akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 12 Beberapa efek BBLR adalah menyebabkan anak pendek 3 kali lebih besar dibanding non BBLR, pertumbuhan terganggu dan risiko malnutrisi. 13 Penelitian dilakukan di RSU Sundari yang merupakan Rumah Sakit Umum swasta yang bergerak di bidang perawatan medis dan berdiri sejak tahun 1987 yang terletak di jalan Pinang Baris Medan. Dari hasil survei pendahuluan di RSU Sundari Medan pada tahun 2012 didapati angka kejadian BBLR sebanyak 188 kasus dari 2170 persalinan (8,6%). Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik ibu dan bayi BBLR di Rumah Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2012.
1.2 Rumusan Masalah Belum diketahui karakteristik ibu dan bayi BBLR di Rumah Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2012. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui karakteristik ibu dan bayi BBLR di Rumah Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2012. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan faktor sosiodemografi (umur, agama, pekerjaan) b. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan faktor risiko medis kehamilan (paritas, umur kehamilan, jarak kehamilan, kadar Hb, riwayat kehamilan terdahulu, jenis komplikasi kehamilan) c. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan status pasien d. Mengetahui distribusi proporsi bayi BBLR berdasarkan klasifikasi BBLR e. Mengetahui distribusi proporsi bayi BBLR berdasarkan komplikasi BBLR f. Mengetahui lama rawatan rata-rata ibu yang melahirkan bayi BBLR g. Mengetahui lama rawatan rata-rata bayi BBLR h. Mengetahui distribusi proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang
i. Mengetahui distribusi proporsi bayi BBLR berdasarkan keadaan bayi sewaktu pulang j. Mengetahui distribusi proporsi umur ibu berdasarkan klasifikasi BBLR k. Mengetahui distribusi proporsi paritas berdasarkan klasifikasi BBLR l. Mengetahui distribusi proporsi umur kehamilan berdasarkan klasifikasi BBLR m. Mengetahui distribusi proporsi jarak kehamilan berdasarkan klasifikasi BBLR n. Mengetahui distribusi proporsi kadar Hb ibu berdasarkan klasifikasi BBLR o. Mengetahui distribusi proporsi riwayat kehamilan terdahulu berdasarkan klasifikasi BBLR p. Mengetahui distribusi proporsi jenis komplikasi kehamilan berdasarkan klasifikasi BBLR q. Mengetahui distribusi proporsi komplikasi BBLR berdasarkan klasifikasi BBLR r. Mengetahui lama rawatan rata-rata bayi berdasarkan status komplikasi BBLR s. Mengetahui lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang t. Mengetahui lama rawatan rata-rata bayi berdasarkan keadaan bayi sewaktu pulang 1.4 Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSU Sundari Medan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan. b. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan penelitian yang dilakukan penulis.
c. Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai BBLR dan merupakan kesempatan bagi penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU.