BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

Studi tentang pelaksanaan pengajaran geografi di sekolah standar nasional. Oleh : Siti Zahratul Hajar NIM K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi kalangan masyarakat terkhusus generasi muda sekarang ini mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. urgensinya belum dimaksimalkan seperti zaman modernisasi sekarang. Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. berilmu sebagaimana termaktub dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun tentang Sistem pendidikan Nasional pada BAB 11 pasal 3 yang

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pelajar di negeri ini. Fenomena mencontek, tawuran antar pelajar, orang tuanya juga semakin memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dasar dalam menentukan tujuan dalam proses pendidikan berasal paling tidak ada lima cara yaitu: 1) bahwa pendidikan bertujuan untuk menjaga keberlangsungan kehidupan sosial dalam masyarakat yaitu untuk mempersiapkan anak muda supaya dapat dengan lancer memasuki kehidupan sosial orang-orang dewasa. 2) tujuan pendidikan bisa ditentukan oleh tujuan politis sebuah masyarakat. Pendidikan memang tidak dapat melepaskan diri dari pembentukan manusia di dalam masyarakat yang nantinya dapat secara aktif terlibat dalam kehidupan politik. 3) ada pula yang mendasarkan tujuan pendidikan mereka dari analisis situasi sosial aktual kontemporer dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis berbagai macam pekerjaan dan karier yang dikerjakan oleh orang-orang dewasa pada masa kini. 4) ada yang mendasarkan tujuan pendidikan mereka dengan mendasarkan diri pada pola perilaku dan norma yang berlaku di dalam masyarakat, ditelaahlah perilaku, sikap, dan cara bertindak dari anak-anak yang sedang ada dalam tahap perkembangan untuk dikoreksi dalam kerangka proses pendidikan di sekolah. 5) apa yang ada dalam diri

2 individu, seperti daya-daya psikologis, kecenderungan, bakat-bakat, talenta, keinginan, kepercayaan, keyakinan, dan lain-lain, juga dijadikan pertimbangan bagi penentuan tujuan pendidikan (Doni Koesoema, 2011: 67). Hal-hal yang dipaparkan di atas tertuang dalam tujuan pamungkas pendidikan di Indonesia yaitu dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk kita kritisi dari konsep pendidikan menurut undangundang tersebut. Pertama, pendidikan adalah usaha sadar yang terencana, hal ini berarti proses pendidikan di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan. Kedua, proses pendidikan yang terencana itu diarahkan

3 untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi kepada siswa (student active learning). Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan ketrampilan anak sesuai dengan kebutuhan (Wina Sanjaya, 2009: 2). Dengan demikian ketika seorang guru memberikan pelajaran fisika, maka seharusnya guru berpikir bagaimana mata pelajaran fisika dapat membentuk anak yang memiliki sikap, kecerdasan, dan keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan, demikian juga guru mata pelajaran lainnya. Sehingga ketika hal itu sudah dapat dilaksanakan oleh semua guru, mata pelajaran apapun yang diberikan akan mengarah pada tujuan yang sama, yaitu pembentukan sikap, kecerdasan, dan keterampilan bagi setiap peserta didik. Tampaknya, pelaksanaan pendidikan kita

4 di sekolah belum sesuai dengan harapan di atas. Para guru masih bekerja sendiri-sendiri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan, seakan-akan mata pelajaran yang satu terlepas dari mata pelajaran yang lain. Anas Salahudin (2013: 42) memaparkan apa yang telah diamanatkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan membentuk insan Indonesia yang cerdas dan berkepribadian atau berkarakter sehingga melahirkan generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernapaskan nilainilai luhur bangsa dan agama. Pengertian khusus karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Selaras dengan apa yang disampaikan Wynne (dalam Asep Jihad, 2010: 38) kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan bentuk tindakan atau tingkah laku. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang berkarakter (a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis. Hal tersebut

5 berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang erat kaitannya dengan pembentukan karakter peserta didik di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal mempunyai visi Luhur Budi Pekerti Unggul dalam Prestasi. Mengingat bahwa Visi merupakan tujuan jangka panjang maka tujuan yang akan dicapai oleh sekolah dalam kurun waktu 5 tahun kedepan antara lain : mengembangkan lingkungan pendidikan yang kondusif, bersih, indah, nyaman, rindang dan asri dengan ditunjang pembentukan pendidikan nilai-nilai luhur dengan berlandaskan bertaqwa dan akhlak mulia, dan menumbuhkan semangat Nasionalisme peserta didik melalui Pembinaan Nasionalisme yang terintegrasi dengan mata pelajaran. Visi tersebut diwujudkan melalui pengembangan kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan. Ella Yulaelawati (2007: 44) mengatakan bahwa kurikulum sebagai suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, mata pembelajaran, pengalaman pembelajaran, penilaian kebutuhan rasional, sasaran, sarana/prasarana dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum akan

6 berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara seluruh sub sistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan maksimal. Pengelolaan kurikulum merupakan suatu pola pemberdayaan tenaga pendidikan dan sumberdaya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kurikulum itu sendiri hal yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran secara maksimal, sehingga perlu adanya pengelolaan yang meliputi 1) kegiatan perencanaan, 2) kegiatan pelaksanaan, dan 3) kegiatan penilaian (Ella Yulaelawati, 2007: 55). Menurut Rohinah M. Noor (2012: 3) kurikulum sebagai dokumen dan sebagai konsep yang disebut ideal kurikulum tidak mempunyai makna apa-apa jika tidak dilaksanakan oleh pendidik dalam proses pengajaran dan pembelajaran di dalam atau di luar kelas. Proses pelaksanaan dan penerapan kurikulum menjadi salah satu materi tersendiri disebut sebagai kurikulum tersembunyi. Apa yang dilakukan oleh guru di dalam dan di luar sekolah akan menjadi pengalaman belajar yang sangat mempengaruhi peserta didik. Pengalaman belajar peserta didik di sekolah dalam pelaksanaan kurikulum ideal disebut sebagai kurikulum yang sebenarnya (real curriculum) atau

7 kurikulum faktual (factual curriculum). Dengan demikian kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) adalah segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum faktual. Sebagai contoh segala sesuatu yang terjadi dalam kelas, seperti kebiasaan guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan atau bahkan peserta didik itu sendiri. Mengingat pentingnya manfaat hidden curriculum bagi perkembangan karakter peserta didik dalam proses maupun pasca pembelajaran, maka hidden curriculum perlu memperoleh pengelolaan yang positif dari pihak sekolah. Dalam hal ini, tentunya mencakup bagaimana hidden curriculum di sekolah maupun pengendalian dan pengevaluasinya untuk menghasilkan tindak lanjut yang lebih baik. Dalam penelitian terdahulu oleh Khairun Nisa (2009) dalam Hidden Curriculum: Upaya Peningkatan Kecerdasan Spiritual Peserta didik, menyebutkan bahwa dengan penerapan hidden curriculum dapat membantu pencapaian tujuan pendidikan nasional yang diinginkan, peserta didik tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas secara spiritual. Penelitian Inovasi Hidden Curriculum pada Pesantren Berbasis Entrepreneurship oleh Sigit Wahyono (2010) dan penelitian Kepemimpinan Kepala Sekolah Perempuan dalam Mengembangkan Hidden Curriculum

8 oleh Wijayanto (2014) menunjukkan bahwa keteladanan guru dan kepala sekolah dan pembiasaan budaya sekolah merupakan faktor penentu keberhasilan hidden curriculum sebagai langkah strategis bagi pengembangan karakter peserta didik. Pengintegrasian hidden curriculum dalam mata pelajaran juga tidak boleh ditinggalkan, seperti pada penelitian Hidden Curriculum Contributing to Social Production-Reproduction in a Math Classroom oleh Esin Acar (2012). Pada akhirnya hidden curriculum dapat mempengaruhi pembentukan karakter peserta didik, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Zuhal Cubukcu (2012) dalam The Effect of Hidden Curriculum on Character Education Process of Primary School Students Sebagaimana hasil observasi di SMP Negeri 2 Boja Kab. Kendal, selain dilaksanakan kurikulum formal juga nampak beberapa hidden curriculum yang justru memberikan pengaruh yang cukup bernilai bagi perkembangan proses pendidikan peserta didik. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam pengembangan hidden curriculum di SMP Negeri 2 Boja antara lain kegiatan bersalaman di pagi hari dimana guru menyambut peserta didik dengan senyum, sapa, salam sekaligus mengecek ketertiban dalam berseragam, kebersihan kuku, tagihan kosa kata Bahasa Inggris dipandu peserta didik pilihan, kegiatan

9 sholat dhuhur berjamaah, upacara bendera dan perwalian, senam dan kebersihan, pengelolaan kelas, pemasangan tulisan dan gambar-gambar yang memotivasi di kelas dan lokasi-lokasi yang strategis. Namun demikian belum semua warga sekolah memiliki komitmen yang sama dalam kegiatan-kegiatan tersebut, hal tersebut hanya dilakukan oleh sebagian pendidik dan peserta didik saja. Guru sebagai pendidik sudah seharusnya mampu mengaitkan pembelajaran di kelas dengan fungsi dan tujuan pendidikan pada umumnya. Namun, belum semua pendidik memahami dan menyadari fungsi hidden curriculum tersebut. Menjadi keprihatinan bersama ketika seorang pendidik hanya melakukan rutinitas menyampaikan materi pembelajaran tanpa mengaitkan dengan norma dan nilai yang kelak dalam kehidupan nyata di masyarakat akan sangat berarti bagi kesiapan dan kematangan jiwa peserta didik. Kondisi ini menjadi lebih memprihatinkan karena rendahnya perhatian orang tua pada perkembangan karakter peserta didik dan pembinaan serta pengawasan orang tua yang masih kurang maksimal. Sehingga memberikan dampak negatif bagi perkembangan proses pembelajaran khususnya bagi peserta didik. Berangkat dari permasalahan ini, hidden curriculum yang ada di SMP Negeri 2 Boja menjadi

10 sangat perlu untuk dilakukan evaluasi baik secara simultan, bertahap dan atau berkelanjutan sehingga mampu menghasilkan output peserta didik dengan mutu pendidikan yang berkualitas. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Evaluasi Hidden Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal? 2. Apa dampak dari Hidden Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal? 3. Apa faktor-faktor penentu keberhasilan dan keberlanjutan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi: 1. Pelaksanaan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal. 2. Dampak atau hasil dari pengelolaan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal.

11 3. Faktor-faktor penentu keberhasilan dan keberlanjutan Hidden Curriculum di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis bagi para pemerhati pendidikan: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada peneliti dan pembaca mengenai Hidden Curriculum terhadap terbentuknya karakter peserta didik dan memberi sumbangan bagi pengembangan teori tentang kurikulum khususnya kurikulum tersembunyi. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, baik bagi kepala sekolah dan guru hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan pendidikan yang berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga pada akhirnya dapat memberikan kepuasan (satisfaction), kepercayaan (trust), dan pelayanan (service) kepada masyarakat luas dan pemakai jasa pendidikan (stakeholders) terhadap lembaga pendidikan khususnya di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal.