BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya populasi manusia di muka bumi ini maka semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Dibangunnya berbagai industri untuk memenuhi kebutuhan manusia selain memberikan manfaat yang luar biasa ternyata juga menimbulkan masalah lingkungan. Gas-gas yang dikeluarkan oleh industri/pabrik apabila kadarnya melebihi batas kadar normal, berada pada waktu yang tidak tepat merupakan zat pencemar yang berpotensi menurunkan kualitas lingkungan (Nugroho, 2005). Modernisasi dan kemajuan teknologi telah mengakibatkan jumlah polusi udara terus meningkat yang disebabkan oleh meningkatnya penggunaan energi bahan bakar fosil (minyak, gas dan batubara). Tidak dapat di pungkiri bahwa batubara adalah salah satu bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Dari proses pembakaran batubara pada unit pembangkit uap (boiler) akan berdampak buruk terhadap lingkungan (Widiati, 2001). Beberapa tahun yang lalu pemerintah telah mencanangkan penggunaan briket batubara sebagai energi alternatif pengganti minyak tanah di industri kecil-menengah dan rumah tangga. Briket batubara merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari batubara, bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti minyak tanah yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang relatif singkat mengingat teknologi dan peralatan yang digunakan relatif sederhana. Namun demikian, dampak penggunaan briket
batubara harus diwaspadai mengingat batubara mengandung komponen yang potensial untuk memberikan dampak terhadap manusia dan lingkungan setelah mengalami proses pembakaran. Pembakaran yang tidak sempurna dapat menimbulkan asap hitam (Widiati, 2001). Sejalan dengan kemajuan dalam bidang industri dan teknologi yang sangat membutuhkan banyak energi, produksi bahan bakar fosil dari tahun ke tahun terus meningkat. Meningkatnya produksi bahan bakar fosil dapat diartikan berkurangnya daya dukung alam karena kekayaan alamnya diambil manusia dan meluasnya dampak pencemaran lingkungan terutama pencemaran udara (Wardhana, 1995). Udara adalah salah satu komponen lingkungan yang dibutuhkan dalam kehidupan. Udara juga sebagai media pembuang berupa gas baik dari aktifitas alam maupun dari aktifitas manusia, sebagaimana komponen lingkungan lainnya. Udara juga mempunyai kemampuan yang terbatas dalam menerima zat - zat lain yang apabila kemampuan terlampaui maka terjadilah pencemaran udara (Fardiaz, 1992). Menurunnya kualitas udara akibat terjadinya pencemaran di suatu wilayah seringkali baru dirasakan setelah dampaknya menyebabkan gangguan kesehatan pada makhluk hidup terutama manusia (Nugroho, 2005). Perubahan kandungan bahan kimia dalam atmosfer bumi karena polusi udara akan dapat mengubah iklim lokal, regional, dan global, sehingga menaikkan jumlah radiasi sinar ultraviolet dari matahari ke permukaan bumi (Darmono, 2001). Berdasarkan baku mutu udara ambien (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 tahun 1999), salah satu parameter pencemaran udara adalah sulfur dioksida (SO 2 ). Sulfur dioksida terutama dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
fosil seperti batubara atau minyak bumi. Sulfur dioksida (SO 2 ) di udara mempunyai pengaruh langsung terhadap manusia terutama karena sifat iritasi dari gas itu sendiri. Lebih dari 95 % dari SO 2 dengan kadar tinggi yang dihirup melalui pernafasan akan diserap oleh bagian atas saluran pernafasan. Karena sifatnya yang dapat mengganggu pernafasan, SO 2 ini dapat membuat penderita bronchitis, emphisemia dan lain lain penderita penyakit saluran pernafasan menjadi lebih parah keadaannya. Karena eratnya hubungan antara kadar SO 2 di udara dengan gejala gejala pernafasan inilah maka WHO menyatakan SO 2 sebagai salah satu pencemar udara yang paling berbahaya (Depkes, 1994). Industri makanan ringan merupakan salah satu industri yang perkembangannya sangat pesat. Industri makanan ringan yang terdapat di Sumatera Utara tepatnya di desa Bakaran Batu kecamatan Batang Kuis kabupaten Deli Serdang yang didirikan pada tahun 1982 dan mulai berproduksi pada tahun 1985, saat ini memproduksi jenis makanan ringan kuaci dan jeli (agar-agar). Gas buangan industri apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan manusia. Hasil survei pendahuluan yang penulis lakukan di sekitar industri makanan ringan ini, terlihat bahwa asap yang dikeluarkan dari cerobong terlihat hitam. Dari data bulan Maret 2013 Puskesmas terlihat bahwa ISPA merupakan penyakit menonjol yang terjadi di kecamatan Batang Kuis. Penyakit tersebut diduga berkaitan dengan faktor udara yang tercemar. Karena apabila susunan udara mengalami perubahan dari keadaan normal dan menganggu kehidupan manusia dan hewan maka udara tersebut telah tercemar.
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian yang pokok dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan antara lain: perlu dilakukan di tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya. Dimana industri makanan ringan tersebut terletak di kawasan rumah rapat penduduk, dan ketika industri tersebut mengeluarkan gas buangan berupa asap tebal hitam dari boiler maka penduduk langsung terasa dampaknya seperti sesak nafas dalam waktu beberapa detik. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul, Analisis Kadar Gas Sulfur Dioksida (SO 2 ) di Udara Ambien Pada Industri Makanan Ringan yang Menggunakan Briket Batubara dan Keluhan Saluran Pernafasan Pada Masyarakat di Desa Bakaran Batu Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013. 1.2 Rumusan Masalah Industri makanan ringan menghasilkan asap yang tebal, masyarakat mengeluh adanya keluhan pernafasan ketika asap dikeluarkan pada boiler yang menyebar disekitar industri, sehingga dikhawatirkan menimbulkan gangguan saluran pernafasan pada masyarakat sekitar industri. Untuk itu perlu dilakukan analisis kadar gas sulfur dioksida (SO 2 ) di udara ambien pada industri makanan ringan yang menggunakan briket batubara dan keluhan saluran pernafasan pada masyarakat di desa Bakaran Batu kecamatan Batang Kuis kabupaten Deli Serdang. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui kadar gas sulfur dioksida (SO 2 ) di udara ambien pada industri makanan ringan yang menggunakan briket batubara dan keluhan saluran
pernafasan pada masyarakat di desa Bakaran Batu kecamatan Batang Kuis kabupaten Deli Serdang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kadar gas sulfur dioksida (SO 2 ) pada daerah pemukiman di dekat industri makanan ringan dan membandingkannya dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 tahun 1999. 2. Untuk mengetahui keluhan saluran pernafasan yang terjadi pada responden yang bermukim di dekat industri makanan ringan. 3. Untuk mengetahui karakteristik responden yang bermukim di dekat industri makanan ringan. 4. Untuk mengetahui karakteristik tempat tinggal responden yang bermukim di dekat industri makanan ringan. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Memberi masukan kepada pihak terkait setempat tentang dampak negatif akibat pencemaran gas sulfur dioksida (SO 2 ) terhadap masyarakat dan lingkungan. 2. Memberikan informasi pada masyarakat di sekitar industri makanan ringan tentang efek gas sulfur dioksida (SO 2 ) terhadap kesehatan. 3. Sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang bahaya pencemaran udara oleh gas sulfur dioksida (SO 2 ) bagi kesehatan, khususnya wilayah pemukiman pada daerah industri yang menggunakan briket batubara.