A. Konstruksi Jalan Jalan raya ialah jalur-jalur diatas permukaan bumi yang sengaja dibuat oleh manusia dengan ukuran, konstruksi dan bentuk tertentu sehingga dapat dipakai sebagai jalur lalulintas orang, hewan dan kendaraan. Bagian-bagian jalan terdiri dari lebar jalur, lebar bahu, drainase dan median. Lebar jalur adalah yang dilewati lalu lintas tidak termasuk bahu jalan. Lebar bahu berada di samping lebar jalur lalu lintas, direncanakan sebagai ruang untuk kendaraan yang sekali-sekali berhenti, pejalan kaki dan kendaraan lambat. Sedangkan median adalah daerah yang memisahkan arah lalu lintas pada suatu segmen jalan yang terletak di bagian tengah. Pekerjaan tanah pada pekerjaan konstruksi jalan berupa pekerjaan galian tanah dan pekerjaan urugan tanah. Tanah pada kontruksi jalan diperlukan untuk membentuk badan jalan, yaitu leveling sesuai alinemen yang direncanakan. Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun di atas tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang lalu lintas. 1. Jenis Perkerasan Jalan a. Perkerasan Lentur (flexible pavement) Konstruksi perkerasan lentur yang paling banyak dilaksanakan adalah lapen dan laston. Bagian-bagian perkerasan lentur adalah sebagai berikut: Lapis pondasi bawah (LPB, sub base course). Lapis pondasi atas (LPA, base course). Lapis permukaan (binder course dan surface course). Gambar 1 Perkerasan Jalan Lentur.
Gambar 2 Distribusi Beban pada Perkerasan Lentur. b. Perkerasan Kaku (rigid pavement) Konstruksi perkerasan kaku menggunakan Portland cement (PC) sebagai bahan pengikat. Perkerasan kaku umumnya tidak menggunakan lapis pondasi atas. Ada lima jenis perkerasan kaku antara lain: Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan. Perkerasan beton semen dengan tulangan serat baja. Perkerasan beton semen pratekan Gambar 3 Perkerasan Jalan Kaku.
Gambar 4 Distribusi Beban Perkerasan Kaku. 2. Drainase Jalan Drainase merupakan bagian yang penting dari konstruksi jalan, kerusakan jalan sering disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh sistem drainase jalan. Drainase permukaan adalah sistem drainase yang dibuat untuk mengendalikan air permukaan akibat hujan. Tujuan dari sistem drainase ini untuk memelihara agar jalan tidak tergenang air hujan dalam waktu cukup lama, tetapi harus segera dibuang melalui sarana drainase jalan. Sarana drainase permukaan terdiri dari tiga jenis, yaitu: Saluran samping Saluran penangkap Gorong gorong Sungai 3. Bangunan Pelengkap Jalan Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan itu sendiri dan petunjuk bagi pengguna jalan agar unsur kenyamanan, keamanan dan keselamatan dapat terpenuhi. Bangunan pelengkap jalan dapat dikelompokkan sebagai berikut: Bangunan Drainase Jalan Bangunan Penguat Tebing Bangunan untuk keamanan lalu lintas, rambu dan marka jalan. Bangunan Penguat Tebing terdiri dari: Perkuatan lereng,
Stabilisasi timbunan Tembok penahan. 4. Bahan Jalan Bahan hanya boleh digunakan apabila telah dilakukan pengujian dan memenuhi persyaratan. Sebelum memulai pekerjaan, terlebih dahulu harus disiapkan persediaan bahan dalam jumlah yang cukup untuk menjamin kesinambungan pekerjaan. Untuk menjamin keseragaman campuran sebaiknya menggunakan bahan dari sumber yang tetap. Bahan utama perkerasan jalan terdiri dari; 1) Agregat kasar, 2) Agregat halus, 3) Bahan pengisi, dan 4) Aspal sebagai bahan pengikat. 5. Pondasi Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada sistem strukturnya. Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya. Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi: Keadaan tanah pondasi Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure) Keadaan daerah sekitar lokasi Waktu dan biaya pekerjaan Kokoh, kaku dan kuat Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi, berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air tanah mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak terendam air meskipun jenis tanah sama. Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai kuat dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan tersebut.
Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan dengan benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya. Tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni : Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh luar. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan. Jenis pondasi ini terbuat dari batu belah ukuran 15 25 cm dengan batu pengunci. Batu belah tersebut diatas diatur pada bagian lapisan pasir setebal 10 cm dengan tujuan lapisan pasir dipakai untuk keperluan kemungkinan drainasi. Pengaturan batu belah dilakukan dengan sistem manual dan diusahakan agar rongga-rongga yang terjadi di antara batu belah tersebut sekecil mungkin. Untuk memperkuat berdirinya batu belah tersebut, di sela-sela batu belah dipasang pasak-pasak batu kemudian digilas. Batu-batuan yang kecil ditebarkan di bagian atasnya untuk mengisi rongga-rongga yang terjadi di antara batu belah tersebut kemudian di lakukan penggilasan lagi. Gambar 5 konstruksi Telford Pada saat pelaksanaan penggilasan, kadang kala diberi air secukupnya dengan tujuan agar batu-batu kecil dapat masuk ke dalam sela-sela batu belah yang ada. Kekuatan jenis konstruksi telford ditimbulkan oleh gesekan antar batubatu tersebut, sehingga kekuatan konstruksi ini sangat tergantung pada bidang-
bidang kontak antar batu serta permukaan batu harus kasar. Semakin besar bidang kontak dan semakin kasar permukaan batu, maka akan memberi daya dukung yang besar pula. Maka untuk konstruksi Telford dipergunakan batu belah yang memberikan gesekan yang lebih besar. Apabila bidang kontak permukaan batu tersebut kecil atau tidak ada sama sekali maka konstruksi Telford akan rusak. Hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan pondasi Telford antara lain : Penopang tepi pada pondasi terlepas Batu yang dipakai ternyata tidak tahan aus Beban yang diderita terlalu besar, sehingga gesekan yang tersedia untuk melawan beban tersebut tidak mencukupi. B. Konstruksi Jembatan Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan route transfortasi melaluisungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api dan lain-lain. Jembatan berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan pembuang. Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut. a. Jembatan jalan raya (highway bridge), b. Jembatan jalan kereta api (railway bridge), c. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge). Berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut. a. Jembatan di atas sungai atau danau, b. Jembatan di atas lembah, c. Jembatan di atas jalan yang ada (fly over), d. Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert), e. Jembatan di dermaga (jetty). Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam : a. Jembatan kayu (log bridge), b. Jembatan beton (concrete bridge), c. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge), d. Jembatan baja (steel bridge), e. Jembatan komposit (compossite bridge). Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain : a. Jembatan plat (slab bridge),
b. Jembatan plat berongga (voided slab bridge), c. Jembatan gelagar (girder bridge), d. Jembatan rangka (truss bridge), e. Jembatan pelengkung (arch bridge), f. Jembatan gantung (suspension bridge), g. Jembatan kabel (cable stayed bridge), h. Jembatan cantilever (cantilever bridge). Secara umum struktur jembatan terdiri dari: Bagian-bagian Konstruksi Jembatan terdiri dari : a. Konstruksi Bangunan Atas (Superstructures) Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll. Struktur atas jembatan umumnya meliputi : a) Trotoar : Sandaran dan tiang sandaran, Peninggian trotoar (Kerb), Slab lantai trotoar. b) Slab lantai kendaraan, c) Gelagar (Girder), d) Balok diafragma, e) Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang), f) Tumpuan (Bearing). b. Konstruksi Bangunan Bawah (Substructures)
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi : a) Pangkal jembatan (Abutment), Dinding belakang (Back wall), Dinding penahan (Breast wall), Dinding sayap (Wing wall), Oprit, plat injak (Approach slab) Konsol pendek untuk jacking (Corbel), Tumpuan (Bearing). b) Pilar jembatan (Pier), Kepala pilar (Pier Head), Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal, Konsol pendek untuk jacking (Corbel), Tumpuan (Bearing).