Ill. KERANGKA PEMlKlRAN DAN HlPOTESlS

dokumen-dokumen yang mirip
Keunggulan komparatif (comparative advantage) suatu wilayah terdiri dari. sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), kapital serta ilmu

I. PENDAHULUAN berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki

OLEH : ROHMl KHOlRlYATl

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar

Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap. tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun

BAB l PENDAHULUAN. Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan

PENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha

Besamya jurnlah penduduk, kondisi geografis dan pendapatan. bagi usaha penjualan kendaraan roda dua khususnya sepeda motor. PT.

Kondisi persaingan pada saat ini telah membawa perubahan pada. konsumsi (consumer good), kondisi persaingan

PDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis

I. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Perturnbuhan rnulai rnenunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa,

11. TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PEMlKlRAN. Jenis pengeluaran rumahtangga dapat dibagi menjadi dua kelompok besar

memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di yang baik dan benar akan mampu mengeliminasi

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen

BAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi

Kelapa sawit termasuk salah satu komoditi andalan lndonesia di. sektor lndustri Agribisnis, karena kelapa sawit merupakan bahan baku

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai ternpat penyirnpanan

Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia,

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

BAB l PENDAHULUAN. Produk kecantikan pada saat ini telah berkembang sedemikian rupa,

II. KERANGKA PEMlKlRAN

VI. KESEDIAAN MEMBAYAR SECARA PRA-UPAYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

Sejak krisis ekonorni rnelanda Indonesia tahun 1997 yang darnpaknya. sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasa-masa

BAB I PENDAHULUAN. harus selalu menjaga kesehatan, yang merupakan modal utama agar dapat hidup produktif,

I. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak

- Untuk lebih meningkatkan fokus perusahaan kepada hat-ha1

BAB l PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta

BAB l PENDAHULUAN. Perdagangan internasional tidak dapat dihindari oleh rnanusia. dalarn kehidupan sehari-hari, dirnulai dari kebutuhan primer hingga

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN

PENDAHULUAN. Latar Belakanq. Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan

Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang menjadi perhatian dari penelitian ini disusun

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi produktifitas. Oleh karena itu, seluruh penduduk atau masyarakat

MENGHADAPI A MH PERSAlNGAM lnternaslonal

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

Konsep JPKM dan Penyelenggaraannya. dr. Sunarto, M.Kes

I. PENDAHULUAN. belurn sepenuhnya pulih. Pertumbuhan mulai menunjukkan trend yang. cukup rnenggernbirakan, khususnya pada sektor usaha jasa,

V. PRODUKSI DAN PERAN SUB SEKTOR PETERNAKAN KABUPATEN BENGKALlS. adalah ternak sapi, kerbau, kambing, babi, ayarn buras, ayarn pedaging,

I. PENDAHULUAN. Dalarn kehidupan ini rnanusia tidak pernah lepas dari risiko, yaitu

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai

PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan nasional Indonesia semenjak awal tahun 1968 hingga

I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

EKONOMI KESEHATAN BANDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. 02/05/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1

Sektor Perbankan yang merupakan salah satu kegiatan ekonomi. hingga kini masih menjadi pembicaraan hangat berbagai kalangan. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

I. PENDAHULUAN. Rata-rata konsumsi daging ayam ras perkapita penduduk lndonesia. dibandingkan dengan negara Malaysia yang sudah mencapai 25,8 kg dan

I. PENDAHULUAN. Keberadaan dana pensiun pada saat ini sangat penting, tidak hanya

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk. merupakan perjuangan yang harus dilakukan secara besar-besaran dan

Peluang untuk pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit di. lndonesia masih cukup terbuka luas hampir di semua subsistem baik pada

MASYARAUAT KE LAS ATAS

BABI PENDAHULUAN. Anak yang dilahirkan ke dunia diibaratkan bagai kertas putih yang rnasih

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MASYARAUAT KE LAS ATAS

SlSTEM PENGEMBANGAN AGROlNDUSTRl SKALA MEClL PRODUK HORTIKULTURA SAYURAN

Memasuki era pasar bebas, dimana semua bangsa atau negara. batasan yang berarti. Minya setiap negara semakin bebas bergerak dan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat dan sejahtera adalah hak setiap warga negara. Pemerintah

1. Terdapat permasalahan tata ruang yang meliputi penggunaan lahan yang

penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan

Dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA., AAK

Globalisasi dan krisis ekonorni rnerupakan dua ha1 pokok yang banyak. mernbawa perubahan yang sangat rnendasar bagi setiap industri.

PENGARUH SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MEDIKA MULYA WONOGIRI

BABI PENDAHULUAN. modern tersebut rnenggeser keberadaan pasar-pasar tradisional. Keberadaan

STUD1 DlSTRlBUSl GULA PASlR DALAM UPAYA EFlSlENSl PEMASARAN. Dl KABUPATEN BOGOR. Oleh RITA ARIANI F

STUD1 DlSTRlBUSl GULA PASlR DALAM UPAYA EFlSlENSl PEMASARAN. Dl KABUPATEN BOGOR. Oleh RITA ARIANI F

KERANGKA KEBIJAKAN SEKTOR AIR MINUM PERKOTAAN RINGKASAN EKSEKUTIF

METODOLOGI PENELlTlAN

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS

* "ideal", yaitu jalur perkembangan yang diharapkan dilalui, yang sekaligus

SISTEM PEMBIAYAAN KES/ ASURANSI KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah pangkal kecerdasan, produktivitas, kesejahteraan manusia,

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyebabkan setiap negara harus mampu. bersaing satu dengan lainnya. Hal ini berkaitan dengan perkembangan

Kedua desa penelitian rnemiliki banyak kesamaan sosial ekonomi. disebabkan oleh kesarnaan geografi dan proses pembentukan desa rnelalui

1. PENDAHULUAN Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,

BABI PENDAHULUAN. Setiap orangtua ingin memiliki anak yang cerdas. Namun cerdas dalam hal

PENDAHULUAN. Dampak krisis ekonomi yang melanda negara-negara kawasan Asia. Tenggara, khususnya yang terjadi di lndonesia di pertengahan tahun 1997

BAB l PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembiayaan kesehatan melalui pengenalan asuransi kesehatan nasional.

Agroindustri Kelapa Sawit (AGROSAWIT), yang meliputi kegiatan perkebunan kelapa sawit (perkebunan yang menghasilkan tandan buah segar atau TBS) dan

BAB 111. TINJAUAN PUSTAKA. Permintaan individu adalah jumlah suatu komoditi yang bersedia dibeli

BABI PENDAHULUAN. Masa rernaja rnerupakan rnasa peralihan dari rnasa kanak-kanak rnenuju

METODE PENELITIAN. Desain. Tempat dan Waktu Penelitian. Desain penelitian rnerupakan studi cross-sectional dengan rnenggunakan

Dewasa ini lndustri kehutanan di lndonesia telah berkembang pesat. sejaian dengan era industrialisasi yang sedang berkembang, disatu sisi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIUITAS KERJA PENGRAJIN ROTAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi

Transkripsi:

Ill. KERANGKA PEMlKlRAN DAN HlPOTESlS 3.1. Pengaruh Kesehatan Terhadap Kualitas Dan Produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) Produktivitas, pemerataan, keseimbangan dan pemberdayaan merupakan empat ha1 pokok yang menjamin tercapainya tujuan pembangunan Surnber Daya Manusia yang berkualitas. Konsep pembangunan kualitas SDM ini rnemiliki dua sisi yang harus seimbang, sisi pertama adalah peningkatan kapabilitas fisik penduduk seperti derajat kesehatan, tingkat pendidikan dan ketrampilan, sedangkan sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas tersebut untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, sosial dan ekonomi. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa pembangunan SDM yang berkualitas mencakup sisi produksi rnaupun distribusi dari berbagai komoditi dan pemanfaatan kemampuan manusia. Seperti tercantum dalam UU RI. No 23 tahun 1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif. Status kesehatan dapat dikelompokkan menjadi dua kondisi yaitu : gangguan kesehatan (fisik, psikis, sosial) dan hilangnya waktu produktif (berapa lama waktu produktif yang hilang karena seseorang atau kelompok penduduk mengalami sakit, cacat atau mati) (Anwar, S.A. 2001). Beberapa peneliti yang melakukan penelitian tentang keterkaitan antara derajat kesehatan dan tingkat produktivitas tenaga kerja di bidang pertanian sepakat bahwa derajat kesehatan yang baik akan merangsang keinginan untuk meningkatkan produktivitas dan mendorong terjadinya peningkatan kreatifitas. Oleh karena itu, derajat kesehatan masyarakat yang diukur dari Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi komponen dasar dari indikator-indikator lndeks Pembangunan Manusia (IPM) yang

merupakan ukuran tingkat kualitas SDM. Dengan dernikian, irnplikasi kebijakan di bidang kesehatan menjadi lebih jelas, bahwa bila jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat diperluas rnaka kernungkinan besar hasil (output) akan bertambah besar dan perekonornian suatu wilayah akan bertarnbah baik. Dalam ha1 ini, aspek pemerataan dan pelayanan yang kornprehensif mernegang peranan penting. 3.2. Penyediaan Dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Hendrik L.Blum dalarn Notoatrnodjo (1997) rnengatakan bahwa derajat kesehatan individu rnaupun rnasyarakat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yang saling berinteraksi yaitu faktor perilaku, pelayanan kesehatan, lingkungan dan faktor keturunan. lnteraksi antara faktor perilaku dengan pelayanan kesehatan rnerniliki pengaruh langsung yang terbesar, mencakup rnasalah ketersediaan sarana dan jenis pelayanan kesehatan serta perilaku pemanfaatannya. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk penyediaan jasa untuk publik yang sebagian besar pengelolaannya rnasih dikuasai oleh Pemerintah. Di sebagian besar wilayah di Indonesia khususnya di tingkat Kecamatan, sarana pelayanan kesehatan rnasyarakat yang tersedia hanyalah sarana yang dirniliki oleh Pemerintah yaitu Puskesrnas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Oleh karena biaya-biaya penyediaan atau investasi pelayanan kesehatan tersebut hanya ditanggung oleh pernerintah dan sebagian kecil masyarakat yang sakit, dirnana kernarnpuan pemerintah cenderung rnenurun dan pola belanja kesehatan rnasyarakat rnasih bersifat out of pocket, rnaka pernbiayaan pelayanan kesehatan rnenjadi sernakin berat bagi Pernerintah. Kondisi diatas rnenyebabkan terbatasnya ketersediaan sarana dan jenis pelayanan kesehatan rnasyarakat sehingga penyebarannya rnenjadi terbatas dan tidak merata. Disamping itu, rnahalnya biaya kesehatan rnenjadi sangat

terasa bagi konsumen atau pasien karena besarnya biaya yang harus dikeluarkan pada saat itu juga (pada waktu sakit). Hal ini menjadi salah satu kendala yang membatasi akses kepada sarana pelayanan kesehatan sehingga tingkat pemanfaatannya menjadi rendah. Untuk menurunkan biaya kesehatan sekaligus memenuhi tuntutan peningkatan kualitas pelayanan maka periu dikembangkan alternatif pola pembiayaan kesehatan dengan lebih memanfaatkan potensi masyarakat yang didukung oleh kebijakan pemerintah. Bentuk atau pola pembiayaan masyarakat yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah sistem pembayaran pra-upaya yang dapat melibatkan seluruh masyarakat dalam pembiayaan kesehatan. Hal ini disertai dengan dikembangkannya paradigma baru bahwa kesehatan adalah merupakan suatu bentuk investasi pada human capital. 3.3. Sistem Pembayaran Pra-upaya Sistem pembayaran pra-upaya merupakan suatu bentuk pola pembiayaan kesehatan oleh masyarakat yang dapat melibatkan seluruh masyarakat atau lebih banyak penduduk (tidak hanya yang sakit) sehingga memungkinkan terjadinya subsidi silang baik secara horisontal (antara penduduk yang beresiko rendah dengan yang beresiko tinggi pada satu level kemampuan ekonomi) maupun secara vertikal ( antara penduduk dengan kemampuan ekonomi yang berbeda). Dengan sistem pembayaran pra-upaya ini, maka tujuan normatif pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembagunan nasional yaitu equity (pemerataan), quality (kualitas), efficiency (efisiensi) dan sustainability (keberlanjutan) dalam rangka menjamin terwujudnya peningkatan kualitas SDM, diharapkan dapat dicapai (Gani, 1998). Dalarn pelaksanaannya di Indonesia,

sistem pembayaran pra-upaya ini dikenal dengan bentuk kelembagaan JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). Secara Nasional, pelaksanaan dan pengembangan JPKM didasari oleh UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan selanjutnya diatur secara lebih rinci dalam Peraturan Menteri Kesehatan serta bentuk aturan lainnya. Dengan diberlakukannya Desentralisasi dan Otonomi Daerah termasuk di bidang kesehatan, maka Daerah lebih memiliki peluang untuk mengembangkan dan memodifikasi pelaksanaan JPKM sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Peluang yang diberikan antara lain dalam pemilihan para pelaku yang akan dilibatkan dalam kelembagaan JPKM seperti pemilihan pihak ketiga yang akan bertindak sebagai Badan Penyelenggara maupun pemilihan sarana pelayanan kesehatan yang akan dikontrak sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan. Disamping peluang untuk menentukan besarnya premi dan bentuk kelembagaan mencakup kaidah 1 aturan-aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang dapat memperlancar pelaksanaan JPKM di lapangan. Selain itu, faktor pendukung lainnya adalah adanya jumlah penduduk yang relatif besar (padat) sebagai potensi pangsa pasar. Sedangkan faktor atau kondisi yang sementara ini masih menjadi kendala pengembangan JPKM adalah sistem pembayaran pra-upaya merupakan suatu konsep pembiayaan kesehatan oleh masyarakat yang relatif masih baru di Indonesia. Sehingga membutuhkan waktu untuk lebih mengenalkan dan memasyarakatkan sistem ini. Demikian pula dengan bentuk kelembagaan Iinstitusi JPKM yang pada tahap awal ini masih belum mantap dalam arti masih terus berkembang untuk mencari pola yang paling sesuai dengan kondisi setempat baik kondisi geografi, demografi, sosial budaya dan ekonomi masyarakat.

3.4. Para Pelaku JPKM Berdasarkan kerangka pernikiran di atas, rnaka dalarn penelitian ini akan dikaji beberapa ha1 yang berkaitan dengan para pelaku yang terlibat dalarn pelaksanaan dan pengernbangan sistern pernbayaran pra-upaya terrnasuk polapola institusi atau kelernbagaan JPKM. 3.4.1. Pernerintah Pemerintah, khususnya Pernerintah Daerah Kabupaten rnernegang peranan sangat penting untuk terlaksana dan berkernbangnya JPKM terutarna pada tahap awal dalarn pengarnbilan kebijakan dan keputusan. Sebagai penentu kebijakan, Pernda berdasarkan beberapa pertirnbangan berperan rnenentukan pihak-pihak yang akan dilibatkan dalarn kelernbagaan JPKM. Pertirnbangan ini terrnasuk konsekuensi dari kebijakan tersebut seperti rnisalnya pernberian subsidi untuk operasional Bapel. Selanjutnya, aalam pelaksanaan kelernbagaan JPKM, Pernda bertindak sebagai Badan Pembina yang dapat rnengawasi dan rnengarahkan jalannya kelernbagaan JPKM. 3.4.2. Masyarakat Kajian terhadap rnasyarakat sebagai potensi pangsa pasar pengernbangan JPKM rnencakup faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pilihan rnaupun tingkat kesediaan rnernbayar (willingness to pay) terhadap sistern pernbayaran pra-upaya. Menurut Kusurnosuwidho dalarn Neti (1999) perrnintaan konsurnen akan suatu barang atau jasa tergantung pada faktor-faktor : a. Harga dari barang atau jasa itu sendiri b. Harga dari barang lain yaitu barang substitusi (pengganti) atau barang kornplementer (pelengkap) dari barang atau jasa tersebut. c. Pendapatan rurnah tangga atau konsurnen sebagai kendalalpernbatas dari jurnlah dan jenis barang atau jasa yang dirninta

d. Seleralpreferensi individu tentang peningkatanlpenurunan tingkat kesejahteraannya. e. Jumlah dan komposisi penduduk. Sedangkan jika dilihat dari aspek kesehatan, secara epidemiologi faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan dan permintaan pelayanan kesehatan adalah : umur, jenis kelamin, faktor genetiklketurunan, struktur dan besar keluarga, kelas sosial yang mencakup tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan bahkan dalam beberapa kasus lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi. (Notoatmodjo, 1097) 3.4.3. Sarana Pelayanan Kesehatan Dalam kelembagaan JPKM, sarana pelayanan kesehatan tertentu dapat dipilih sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK). Dimana sebagai PPK, sarana pelayanan kesehatan tersebut terikat kontrak untuk memberikan pelayanan kesehatan tertentu kepada sejumlah masyarakat tertentu atau peserta dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan atau kontrak yang telah ditandatangani. Dalam JPKM pemilihan atau penentuan sarana pelayanan kesehatan ini didasarkan antara lain pada aspek jangkauan wilayah, pilihanl permintaan masyarakat dan jenis pelayanan yang mampu disediakan. 3.4.4. Kelem bagaan Beberapa ha1 yang dikaji dari kelembagaan JPKM adalah kaidahl aturanaturan dalam hubungan antar pelaku, mekanisme operasional dan transaksi yang terjadi di dalamnya. Sehingga akan dapat diperoleh gambaran tentang peran atau kontribusi kelembagaan ini dalam peningkatan efisiensi pembiayaan kesehatan yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan, pemerataan penyediaan dan pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan masyarakat.

Kualitas SDM (Human Capital) Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia : - UHH: 65 th (terendah di ASEAN) - AKB: 0,043 (tertinggi di ASEAN) Ketersediaan (supply) sarana dan jenis pelayanan kesehatan masyarakat terbatas dan tidak merata. Pemanfaatan (demand) Sarana Pelayanan Kesehatan oleh masyarakat rnasih rendah, hanya berorientasi kuratif. Tingginya biaya kesehatan, karena : I - Kemampuan subsidi pemerintah cenderung menurun. - Sistem pembiayaan kesehatan oleh masyarakat secara "out of pocket" I Pendukung : -Desentralisasi & Otonomi Daerah -Potensi jumlah penduduk Kendala : -Konsep baru -1nstitusi belum mantap -, Sistem Pembayaran Tujuan Pra-U paya efficiency dan x - sustainability Pemerintah Masyarakat Sarana Pelayanan Kesehatan L Kelem bagaan Kebijakan pembayaran Komitmenl Willingness Gambar 6. Bagan Alur Kerangka Penelitian Sarana yg dikontrak ),( 2,",","ZuJ Paket Pelayanan Mekanisme kerja I~ransaksi ekonomi I I

3.5. Hipotesis Untuk lebih mengarahkan penelitian ini sesuai dengan tujuan dan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga pilihan masyarakat terhadap sistem pembayaran pra-upaya dipengaruhi oleh faktor-faktor pendapatan perkapita, umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, adanya anggota keluarga yang masih berusia Balita, persepsi tingkat resiko sakit dan adanya harapan untuk memperoleh pelayanan yang lebih baik. 2. Diduga tingkat W P peserta JPKM dipengaruhi oleh faktor-faktor pendapatan perkapita, umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga yang menjadi peserta, adanya anggota keiuarga yang masih berusia Balita, persepsi tingkat resiko sakit, sikap terhadap pelayanan kesehatan dan cara pembayaran premi. 3. Diduga pelaksanaan bentuk kelembagaan JPKM dapat meningkatkdn efisiensi dan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan kesehatan melalui kaidah-kaidah 1 aturan-aturan yang dikembangkan didalamnya.