BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam petelur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging yang tinggi dan masa

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu mencerna serat kasar yang tinggi (Nugraha dkk., 2012). Itik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus mungil/kecil dan mata

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wiharto (2002) a yam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya. Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014), populasi ayam kampung di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur. telur dihasilkan bobot telur berkisar antara 55,73-62,58 gram.

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan menggunakan bahan pakan sumber kalsium (ISA, 2009). kerabang maka kalsium dapat diserap sampai 72% (Oderkirk, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

NUTRISI UNGGAS 11/8/2016. Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berat tertentu dalam waktu relatif singkat (Rasyaf, 1994). Broiler umumnya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat atau dalam bahasa latin disebut Lycopersicum esculentum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mengeram lagi (Sudarmono, 2003). Ayam tipe petelur memiliki karakteristik

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Energi Metabolis. makanan dalam tubuh, satuan energi metabolis yaitu kkal/kg.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ras Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam petelur ras dengan strain Lohmann Brown cepat dalam mencapai dewasa kelamin yaitu pada umur 18 minggu, sehingga 50% produksi dapat dicapai pada umur 140-150 hari (Dirgahayu dkk., 2016). Ayam petelur memiliki ciri-ciri antara lain bersifat mudah terkejut, tidak memiliki sifat mengeram, bentuk tubuh ramping, cuping berwarna putih, produksi telur tinggi antara 300 butir/ekor/tahun dan efisien dalam mengubah pakan menjadi telur (Suprijatna dkk., 2005). Ayam petelur mulai berproduksi ketika mencapai umur 16 minggu, tingkat produksi telur baru mencapai sekitar 5% dan selanjutnya akan terus mengalami peningkatan secara cepat hingga mencapai puncak produksi yaitu sekitar 94-95% dalam kurun waktu umur 25 minggu (Salang dkk., 2015). Faktor yang mempengaruhi produksi telur ayam petelur antara lain umur, genetik, kualitas pakan, stress panas, dan keadaan lingkungan yang bising, (Fadilah dan Polana, 2011). Peningkatan umur ayam akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan semakin menurun menjelang afkir (Ustomo, 2016). Ciri-ciri ayam petelur yang sudah menurun produksi telurnya adalah berbulu suram dan tidak mulus, tulang pinggul lebih tebal, tumpul dan kaku (Evanuarini, 2010). Peremajaan perlu

5 dilakuan untuk menjaga kelangsungan usaha karena ayam yang produktivitasnya sudah menurun (tua) harus segera diganti dengan ayam yang baru (Rahayu dkk., 2011). 2.2. Ampas Kecap Ampas kecap merupakan limbah padat dari hasil pengepresan dan penyaringan pembuatan kecap yang masih mengandung komponen nutrisi dan dapat dimanfaatkan oleh ternak (Herdiana dkk., 2014). Ampas kecap merupakan bahan pakan yang memiliki harga yang murah, mudah didapat dan memiliki kandungan nurtrisi yang cukup baik. Kandungan nutrisi ampas kecap cukup baik terutama kandungan protein kasarnya yaitu mencapai 20 27 %. Kandungan kalsium dan fosfor yang terdapat pada ampas kecap sebanyak 0,39% dan 0,33%. Pemberian ampas kecap pada ternak unggas dapat menurunkan konversi pakan sehingga dapat menurukan biaya pakan (Sukarini, 2003). Kekurangan dari ampas kecap yaitu memiliki kandungan garam yang cukup tinggi yaitu mencapai 26,60% sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk menghilangkan kandungan garam tersebut. Perendaman ampas kecap pada larutan asam asetat dapat menurunkan kadar garam dan meningkatkan kandungan protein yang terkandung didalamnya sehingga diharapkan lebih baik apabila diberikan pada ternak (Sukarini dkk., 2004). Kedelai hitam (Glycine soja (L.) Sieb. & Zucc.) memiliki kandungan asam amino esensial, vitamin E, saponin dan kaya akan antioksidan misalnya dengan flavonoid, isoflavon dan antosianin (Wardani dkk., 2014). Kandungan antosianin

6 pada kulit kedelai hitam mampu menghambat oksidasi LDL secara in vitro, bersama dengan vitamin E dan β-karoten, isoflavon dan antosianin berkontribusi terhadap nilai aktivitas antioksidan (Nurrahman, 2015). Kedelai merupakan sumber utama zat isoflavon. Isoflavon merupakan senyawa polifenol yang dapat memperlihatkan peranan seperti estrogen yaitu senyawa yang mempunyai kemampuan sebagai antioksidan (Pertiwi dkk., 2013). Ampas kecap memiliki kandungan fitoestrogen, yaitu senyawa isoflavon yang memiliki kesamaan struktural dengan estrogen. Senyawa isoflavon mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi ayam telur. Isoflavon juga berperan sebagai antioksidan dan berperan dalam aspek kesehatan ayam petelur (Nurliana dkk., 2013). Menurut Malik dkk., (2015) Isoflavon kedelai mampu mengatasi munculnya stress oksidatif. Hal ini ditandai dengan produksi telur dan berat telur meningkat serta konversi pakan turun, rendahnya kandungan kolesterol LDL dan HDL yang tinggi sehingga rasio LDL/HDL dalam lebih rendah. 2.3. Pakan Ayam Petelur Pakan adalah campuran dari berbagai macam bahan pakan yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan untuk pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi (Suprijatna dkk., 2005). Penyusunan pakan ayam memerlukan informasi mengenai kandungan nutrisi dari bahan-bahan penyusun sehingga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi dalam jumlah dan persentase yang diinginkan (Suci dan Widya, 2012).

7 Nutrisi pakan untuk ayam petelur periode bertelur dapat diberkan dalam dua fase yaitu umur 19-35 minggu (layer 1), protein 19%, energi metabolis 2800kkal/kg dan kalsium 3,8-4,2% dan umur 35-76 minggu (layer 2), protein 18%, energi metabolis 2750kkal/kg dan kalsium 4,0-4,4% (Rahayu dkk., 2011). Berbagai komponen dalam bahan pakan seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral diubah menjadi bahan yang mudah diserap selama pencernaan untuk mempertahankan hidup, pertumbuhan, produksi bulu, produksi telur dan penimbunan lemak (Mulyantini, 2010). 2.3.1. Protein Protein merupakan zat organik yang tersusun dari unsur karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen yang berfungsi untuk hidup pokok, pertumbuhan jaringan baru, memperbaiki jaringan rusak, metabolisme untuk energi dan produksi (Alwi, 2014). Ayam yang kekurangan asupan protein serta asam amino pada usia pertumbuhannya, selain akan memperlambat dewasa kelamin juga memperkecil ukuran telur yang dihasilkan (Siahaan dkk., 2013). Ada 20 asam amino yang dibutuhkan tubuh, 10 di antaranya dapat disintesis tubuh, sedangkan 10 asam amino lainnya merupakan asam amino esensial yang harus disediakan dari luar tubuh (Alwi, 2014). Dalam penyusunan pakan, bahan pakan sumber protein adalah salah satu nutrisi yang berperan besar dalam pertumbuhan organ dan produksi (Suryana dkk., 2014). Kandungan protein kasar dalam ampas kecap berkisar antara 20-27% yang dapat digunakan sebagai pakan unggas (Sukarini, 2003). Ampas kecap tang

8 direndam dalam larutan asam asetat mampu menurunkan NaCl hingga 0,09% dan meningkatkan kadar protein sebesar 23,50% (Septiani, 2015). Kandungan asam amino dalam ampas kecap relatif tinggi yang dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak unggas ataupun non ruminansia (Ilyanti, 2015). 2.3.2. Energi Metabolis Energi adalah bahan bakar untuk pengendalian suhu badan, pergerakan badan, pencernaan dan penggunaan makanan. Selain itu energi juga mempengaruhi proses fisiologis hewan seperti kinerja, pernapasan, peredaran darah, penyerapan, ekskresi, urat saraf dan hormon (Hapsari, 2006). Pakan yang memiliki nilai energi semakin tinggi, maka semakin sedikit pakan yang dikonsumsi, sebaliknya bila nilai energi pakan rendah maka akan dikonsumsi semakin banyak untuk memenuhi kebutuhannya (Sari dkk., 2014). Energi Metabolis dipengaruhi oleh konsumsi dan daya cerna pakan. Semakin tinggi konsumsi pakan didukung dengan daya cerna yang baik akan meningkatkan energi yang termetabolis pada ayam (Hudiansyah dkk., 2015). 2.3.3. Serat Kasar Persentase serat kasar yang dapat dikonsumsi ayam bervariasi, serat kasar yang tidak dapat dicerna dapat membawa zat-zat makanan yang dapat tercerna keluar melalui ekskreta (Wahju, 2004). Koefisien kecernaan serat kasar pada ayam sekitar 5-20%, dari hal tersebut maka besarnya serat kasar dalam pakan

9 unggas sangat dibatasi, yaitu sekitar 7%, akan tetapi jika ditingkatkan menjadi 8-10% tidak mempengaruhi produktivitas ayam (Hudiansyah dkk., 2015). Kandungan serat kasar pada ampas kecap relatif tinggi yaitu 16,30% melebihi batasan penggunaan bahan pakan pada ternak unggas (Susanti, 2006). Fermentasi adalah salah satu cara untuk mengolah bahan pakan yang bertujuan untuk menurunkan serat kasar dan meningkatkan jumlah protein kasar dan mineral anorganik (Ilyanti, 2015). 2.3.4. Lemak Lemak adalah ester gliserol yang memiliki asam lemak rantai panjang dan merupakan persenyawaan karbon, hidrogen dan oksigen yang meruakan sumber energi tiggi dalam pakan unggas (Suprijatna dkk., 2005). Lemak adalah asam linoleat yang berguna dalam pertumbuhan, produksi telur, membantu absorpsi vitamin yang larut dalam lemak, mengurangi sifat berdebu pada pakan dan membantu dalam palatabilitas pakan (Wahju, 2004). Kandungan lemak yng tinggi pada ampas kecap akan mempengaruhi kandungan energi metabolis pakan sehingga penggunaannya harus dibatasi (Susanti, 2006). 2.4. Konsumsi Pakan Tujuan ternak mengonsumsi pakan adalah untuk mempertahankan hidup, meningkatkan bobot badan dan untuk berproduksi (Rusdiansyah, 2014). Konsumsi pakan dapat dihitung dengan cara menimbang sejumlah pakan yang

10 diberikan (gram) dikurangi sejumlah pakan yang tersisa (gram) yang dilakukan setiap 24 jam sekali (Lengkong dkk., 2015). Konsumsi pakan dipengaruhi oleh besar dan berat badan ayam, kondisi fisiologis ayam serta laju pakan dalam pencernaan. Laju pakan dalam pencernaan mempengaruhi jumlah makanan yang dikonsumsi, yakni makin cepat aliran makanan dalam alat pencernaan makin banyak pula jumlah makanan yang dikonsumsi. Selain itu, faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah palatabilitas. Palatabilitas dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur dan suhu makanan yang diberikan. Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi ternak adalah lingkungan dan penyakit (Wahju, 2004). Pemberian ampas kecap 5% dalam pakan mampu meningkatkan bobot badan dan menurunkan konversi pakan (Sukarini, 2003). Menurut Fitria (2011) penggunaan ampas kecap pada level 10% sebagai substitusi bungkil kedelai mampu meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan memperbaiki nilai konversi pakan. Konsumsi pakan meningkat dipengaruhi oleh kecernaan yang meningkat akibat fermentasi pada bahan pakan (Mahfudz dkk., 2004). 2.5. Produksi Telur Produksi telur adalah jumlah telur yang dihasilkan oleh masing-masing individu ayam selama periode peneluran (Baktiningsih dkk., 2013). Pada periode produksi kecukupan nutrisi dalam pakan dibutuhkan untuk meningkatkan

11 produksi telur tanpa memberikan dampak terhadap pertumbuhan ayam (Siahaan dkk., 2013). Produksi ayam strain Lohmann Brown dapat mencapai produksi telurnya antara 250 sampai 300 butir per tahun (Dirgahayu dkk, 2016). Produksi telur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain respon individu terhadap pakan, manajemen dan lingkungan (Risnajati, 2014). Faktor utama yang mempengaruhi produksi telur adalah jumlah pakan yang dikonsumsi dan kandungan zat makanan dalam pakan (Lengkong dkk., 2015). Menurut Risnajati (2014) produksi telur dipengaruhi beberapa faktor antara lain respon individu terhadap pakan, manajemen dan lingkungan. Berat telur dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk genetik, tahap kedewasaan, umur, obat dan zat makanan dalam pakan terutama asam amino dan asam linoleat, dan kandungan asam lemak linoleat dan metionin (Wahju, 2004). 2.6. Massa Telur Massa telur merupakan hasil pembagi antara bobot telur dengan jumlah ayam yang menunjukan tingkat efesiensi dari produksi untuk tiap hari. Semakin tinggi produksi telur maka semakin tinggi pula nilai egg mass nya, disebabkan oleh total produksi telur semakin meningkat pada awal siklus pertama berproduksi (Siahaan dkk., 2013). Ayam itu harus mengkonsumsi 18 gram protein untuk mendapatkan metionin yang cukup untuk membentuk telur yang besar. Tingkat protein 17 gram diperlukan untuk mempertahankan besar telur (Wahju, 2004).

12 Variasi berat telur disebabkan oleh kandungan protein dan asam linoleat dalam pakan (Mangisah dkk., 2004). Massa telur dipengaruhi oleh bobot albumin dan kuning telur, yang sebagian besar terdiri dari protein, oleh karenanya tingginya asupan protein menyebabkan tingginya massa telur (Siahaan dkk., 2013) 2.7. Konversi Pakan Feed conversion ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi terhadap bobot produksi telur dalam waktu pengamatan yang sama (Hidayat dkk., 2011). FCR merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah nilai FCR, maka semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan pakannya (Bidura dkk., 2014). Standar FCR untuk ayam petelur antara angka 2,0 2,2 dan semakin kecil nilai konversi pakan maka semakin efisien pula ayam tersebut dalam memanfaatkan pakan untuk memproduksi telur (Prawitya, 2015). Kualitas pakan yang baik akan diperoleh konversi yang kecil atau efisien. Semakin baik mutu pakan yang diberikan maka semakin baik pula produksi telur yang dihasilkan (Lengkong dkk., 2015). Beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai FCR antara lain kondisi lingkungan kandang, manajemen pemeliharaan termasuk manajemen pemberian pakan, produksi telur serta konsumsi pakan tiap harinya (Risnajati, 2014).

13 Pemberian ampas kecap 5% dalam pakan mampu meningkatkan bobot badan dan menurunkan konversi pakan (Sukarini, 2003). Menurut Fitria (2011) penggunaan ampas kecap pada level 10% mampu meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan memperbaiki nilai konversi pakan hingga angka 1,63-1,9. 2.8. Income Over Feed Cost Income Over Feed Cost adalah pendapatan atas biaya pakan yang merupakan penerimaan usaha peternakan dibandingkan dengan biaya pakan yang dihitung dari selisih dari pendapatan dari penjualan telur dengan biaya yang dikeluarkan untuk pakan (Natalia dkk. 2017). Nilai Income Over Feed Cost dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya jumlah konsumsi pakan, efisiensi penggunaan pakan untuk dijadikan produk dan konpetisi ayam dalam mengambil pakan (Solikin, 2016). Penentuan besar kecilnya nilai Income Over Feed Cost meliputi input yang dihitung hanya biaya ransum tanpa mengidentifikasi input yang lain begitupun dengan outputnya yang dihitung hanya penerimaan dari hasil penjualan produk ayam berupa daging atau telur (Indra, 2015). Nilai pendapatan usaha diperoleh dari perkalian antara hasil produksi peternakan dengan harga produksi, sedangkan biaya pakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan kilogram produk ternak (Solikin, 2016).