HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN...

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya bauksit di Indonesia mencapai 3,47 miliar ton, yang terdapat di dua

DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang seluruh aspek pembentukan batuan mulai dari sumber, proses primer

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.

BAB 1. PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan daerah penghasil sumber daya tambang dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. komposisi utama berupa mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit,

BAB I PENDAHULUAN. geologi secara detail di lapangan dan pengolahan data di studio dan laboratorium.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI SARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Lingkup Kajian

SKRIPSI. Oleh : ARIE OCTAVIANUS RAHEL NIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Longsoran Desa Sirnajaya dan Sekitarnya, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 20 Desember Penyusun III

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LEMBAR PETA...

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. SKRIPSI... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI FRANS HIDAYAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitan

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN UCAPAN TERIMAKASIH KATA PENGANTAR SARI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB 1 PENDAHULUAN

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1.

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud & Tujuan Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil penelitian ini digambarkan dalam bentuk:

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Analisis Struktur Daerah Pasirsuren dan Sekitarnya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB VI KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN

GEOLOGI DAERAH PASAWAHAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I: PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 2 1.3. Maksud dan Tujuan... 2 1.4. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian... 3 1.5. Hasil Penelitian... 4 1.5.1. Peta Lokasi Pengamatan... 4 1.5.2. Peta Pola Pengaliran... 4 1.5.3. Peta Geomorfologi... 4 1.5.4. Peta Geologi... 4 1.5.5. Peta Persebaran Kandungan Al2O3... 4 1.6. Manfaat Penelitian... 4 BAB II TAHAPAN DAN METODOLOGI 2.1. Tahap Pendahuluan... 6 2.1.1. Kajian Pustaka... 6 2.1.2. Studi Khusus... 7 2.1.3. Penyusunan Proposal Penelitian... 8 2.1.4. Persiapan Materi... 8 2.2. Tahap Pengumpulan Data... 8 iv

2.2.1. Data Sekunder... 8 2.2.2. Data Primer... 8 2.3. Analisis Data... 9 2.3.1. Analisis Geomorfologi... 9 2.3.2. Analisis Petrografi... 9 2.3.3. Analisis XR-D dan XR-F... 9 2.3.4. Analisis Proses Laterisasi... 10 2.3.5. Analisis Jenis dan Tipe Endapan Bauksit... 10 2.3.6. Analisis Geokimia Parent Rock... 10 2.3.7. Analisis Morfologi... 10 2.4. Penyusunan dan Penyajian Data... 11 2.5. Laporan Tugas Akhir... 11 BAB III DASAR TEORI 3.1. Deskripsi Umum Bauksit... 13 3.2. Genesa Umum Bauksit... 14 3.3. Faktor Pengontrol Endapan Bauksit Laterit... 14 3.4. Proses Terbentuknya Alumina... 15 3.5. Klasifikasi Tipe Endapan Bauksit Laterit... 17 3.6. Profil Bauksit Tipe Laterit... 24 3.7. Klasifikasi Batuan Granitik... 25 3.8. Klasifikasi Derajat Laterisasi dan Jenis Bauksit... 29 3.9. Perhitungan Slope... 30 BAB IV GEOLOGI REGIONAL 4.1. Fisiografi Daerah Kalimantan... 32 4.2. Geologi Regional Kalimantan Barat... 33 4.3. Stratigrafi Regional... 35 4.4. Struktur Geologi Regional... 39 4.5. Geomorfologi... 39 4.6. Tatanan Tektonik Zaman Kapur... 39 4.7. Geologi Pegunungan Schwaner... 41 v

BAB V GEOLOGI DAERAH TELITIAN 5.1. Fisiografi Daerah Telitian... 44 5.2. Pola Pengaliran Daerah Telitian... 44 5.3. Geomorfologi Daerah Telitian... 45 5.3.1. Satuan Bentuklahan Perbukitan Terjal... 46 5.3.2. Satuan Bentuklahan Perbukitan Bergelombang... 46 5.3.3. Satuan Bentuklahan Lembah Antar Bukit... 46 5.4. Stratigrafi Daerah Telitian... 47 5.4.1. Litodem Monzodiorit Sepauk... 48 5.4.1.1. Ciri Litologi... 48 5.4.1.2. Sebaran... 48 5.4.1.3. Umur... 50 5.4.1.4. Hubungan Stratigrafi... 50 5.4.2. Litodem Granit Sukadana... 50 5.4.2.1. Ciri Litologi... 50 5.4.2.2. Sebaran... 51 5.4.2.3. Umur... 51 5.4.2.4. Hubungan Stratigrafi... 53 5.5. Struktur Geologi Daerah Telitian... 53 5.6. Sejarah Geologi Daerah Penelitian... 54 5.6.1. Secara Regional Menurut Peneliti Terdahulu... 54 5.6.2. Secara Lokal... 56 BAB VI LATERISASI DAERAH TELITIAN 6.1. Faktor-Faktor Pengontrol Laterisasi Daerah Telitian... 58 6.2. Profil Laterit Daerah Telitian... 59 6.3. Genesa Bauksit Daerah Telitian... 61 6.3.1. Pelapukan Parent Rock... 61 6.3.2. Kaolinitisasi... 62 6.3.3. Bauksitisasi... 63 6.3. Derajat Laterisasi Daerah Telitian... 64 6.4. Penyebaran Endapan Bauksit Daerah Telitian... 65 vi

BAB VII KONTROL GEOKIMIA PARENT ROCK SERTA MORFOLOGI TERHADAP KUALITAS Al2O3 BAUKSIT LATERIT 7.1. Karakteristik Bauksit Daerah Telitian... 67 7.1.1. Tipe Endapan Bauksit... 67 7.1.2. Jenis Bauksit Berdasarkan Mineralogi... 68 7.1.3. Kajian Kadar Kimia Tiap Testpit... 69 7.2. Kontrol Geokimia Parent Rock... 71 7.2.1. Analisis Petrografis... 71 7.2.2. Saturasi Alumina... 72 7.2.3. Hubungan Kadar Kimia Testpit dan Parent Rock... 74 7.2.3. Karakteristik Endapan Bauksit Berdasarkan Parent Rock... 75 7.3. Kontrol Morfologi... 76 7.3.1. High Grade... 76 7.3.2. Medium Grade... 77 7.3.3. Low Grade... 77 7.3.4. Waste... 77 BAB VIII POTENSI GEOLOGI 8.1. Potensi Positif... 79 8.1.1. Endapan Bauksit Laterit... 79 8.1.2. Perkebunan... 79 8.2. Potensi Negatif... 81 8.2.1. Akses Jalan Yang Rusak... 81 BAB IX KESIMPULAN... 82 DAFTAR PUSTAKA vii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Peta administratif daerah penelitian... 3 Gambar 2.1. Diagram alir penelitian... 12 Gambar 3.1. Skema pembentukan profil bauksit laterit dari waktu ke waktu. Muka air tanah diindikasikan oleh garis arsiran. Pelapukan melarutkan unsur-unsur yang mudah larut melalui proses leaching, karenanya massa dan volume batuan berkurang dan penipisan tebal batuan diperlihatkan dari waktu ke waktu (McFarlane, 1976; dalam Ridley, 2013)... 17 Gambar 3.2. Tipe endapan bauksit berdasarkan genesa dan geometri (Petterson et al, 1986; dalam Kogel et al, 2006)... 23 Gambar 3.3. Profil lengkap bauksit laterit (A) menurut Bardossy dan Aleva (1990 dalam Renaud et al, 2015), profil vertikal zona bauksit laterit di Malaysia dan Pulau Bintan (B) menurut Harder (1952)... 25 Gambar 3.4. Klasifikasi batuan granitik berdasarkan modal mineralogi (Streckeisen, 1974)... 26 Gambar 3.5. Peraluminous, metaluminous, dan peralkaline berdasarkan diagram ternary Al2O3, Na2O + K2O, dan CaO dalam proporsi molar. Untuk mengeplotkan analisis dalam diagram ini presentasi berat Al2O3, Na2O + K2O, dan CaO harus dibagi dengan nilai berat molekul-nya (BM). Terminologi ini diperkenalkan Shand (1951; dalam Gill, 2010)... 28 Gambar 3.6. Diagram Ternary SiO2-Al2O3-Fe2O3 (Schellmann, 1986; dalam Ahmadnejad, 2017) yang memperlihatkan derajat laterisasi... 29 Gambar 3.7. Diagram Ternary SiO2-Al2O3-Fe2O3 (Aleva, 1994; dalam Ahmadnejad, 2017) klasifikasi jenis bauksit secara mineralogi... 30 Gambar 4.1. Peta Geologi Kalimantan yang disederhanakan (Moss, 1998)... 33 viii

Gambar 4.2. Stratigrafi Regional Pandangan menurut Para Peneliti (dalam Tjokrokardono dkk, 2004)... 35 Gambar 4.3. Peta Geologi Daerah Tayan dan sekitarnya, Kalimantan Barat (dalam P3G Bandung Report, 1993)... 37 Gambar 4.4. Korelasi satuan peta geologi lembar pontianak/nangataman (Sanyoto & Pieters, 1993), kotak merah menunjukkan satuan batuan daerah telitian... 38 Gambar 4.5. Penampang lempeng tektonik pada Kapur sampai Eosen, sayatan berarah utara-selatan (Pieters et al, 1993a; dalam Moss, 1998). Penampang bagian atas ini memperlihatkan penunjaman yang mengarah ke selatan dan pembentukan komplek akresi. Penampang bagian bawah menujukkan collision yang menyebabkan deformasi pada lempeng samudera. Kemungkinan terjadinya slab roll back mengakibatkan peleburan pada batuan granitik di Pegunungan Schwaner bagian utara... 41 Gambar 4.6. Peta Geologi Regional Kalimantan Barat (William dkk, 1988; dalam Setiawan dkk, 2011). Provinsi Geologi Kalimantan Barat dibagi dalam tiga bagian: Pegunungan Schwaner dibagian selatan: batuan granitik dan metamorfik (1), NW Kalimantan: sekis dan granit terdeformasi (2), Melange dan asosiasi endapan akresi (3)... 43 Gambar 5.1. Pola pengaliran daerah telitian... 45 Gambar 5.2. Satuan Geomorfologi Daerah Penelitian... 47 Gambar 5.3. Stratigrafi daerah penelitian mengacu pada Peta Geologi Lembar Pontianak/Nangataman (Sanyoto & Pieters, 1993)... 48 Gambar 5.4. Kenampakan singkapan Litodem Monzodiorit LP.43 yang berada di perkebunan karet dusun Mayak, azimuth foto N 205 E (A), dan LP.64 yang tersingkap di perkebunan sawit dusun Klasau, azimuth foto N 135 E (B), singkapan fresh LP.43 yang memperlihatkan dominasi mineral mafik (C), handspecimen monzodiorit (D)... 49 Gambar 5.5. Sayatan Tipis Monzonit Kuarsa LP.43, deskripsi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran AP-5... 49 ix

Gambar 5.6. Singkapan LP.28 yang memperlihatkan kontak Litodem Granit Sukadana dan Litodem Monzodiorit Sepauk (azimuth foto N 285 E)... 50 Gambar 5.7. Kenampakan singkapan Litodem Granit LP.34 yang berada di dusun Klasau, azimuth foto N 304 E (A), menujukkan warna lapuk: coklat dan fresh:putih (B), handspecimen LP.34 yang memperlihatkan xenolith monzodiorit (C), Kenampakan singkapan Litodem Granit LP.12 yang berada di dusun Mayak, azimuth foto N 035 E (D), terlihat xenolith monzodiorit pada singkapan LP.12 (E), dan pada LP.52 terlihat adanya urat kuarsa (F)... 52 Gambar 5.8. Sayatan Tipis Monzonit Kuarsa LP.34, deskripsi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran AP-3... 53 Gambar 5.9. Satuan Endapan Rawa pada LP. 24 (A), LP.58 (B), LP.60 (C), dan LP. 69 (D)... 54 Gambar 5.10. Interpretasi Struktur Berdasarkan Citra SRTM... 55 Gambar 5.11. Model Pembentukan batuan beku daerah telitian pada periode magmatik Kapur Awal (modifikasi Pieters et al, 1993)... 57 Gambar 6.1. Profil ideal laterisasi daerah telitian (modifikasi Bardossy & Aleva, 1990)... 61 Gambar 6.2. Singkapan profil laterit daerah telitian... 62 Gambar 6.3. Skema pembentukan profil bauksit laterit dari waktu ke waktu. Muka air tanah diindikasikan oleh garis arsiran. Pelapukan melarutkan unsur-unsur yang mudah larut melalui proses pelindihan (leaching), karenanya massa dan volume batuan berkurang dan penipisan tebal batuan diperlihatkan dari waktu ke waktu (McFarlane, 1976)... 64 Gambar 6.4. Diagram ternary SiO2-Al2O3-Fe2O3 (Schellmann, 1986) yang memperlihatkan derajat laterisasi daerah telitian... 66 Gambar 6.5. Persebaran bauksit daerah telitian diperlihatkan pada satuan berwarna merah... 67 x

Gambar 7.1. Tipe endapan bauksit daerah telitian menurut klasifikasi Edward & Atkinson (1986)... 69 Gambar 7.2. Diagram ternary SiO2-Al2O3-Fe2O3 (Aleva, 1994) menunjukkan bauksit daerah telitian dominan termasuk dalam jenis bauxite... 70 Gambar 7.3. Grafik kadar kimia testpit bukit D1... 71 Gambar 7.5. Grafik kadar kimia testpit bukit D2... 72 Gambar 7.5. Diagram ternary Al2O3 - CaO - K2O+Na2O (Shand 1951) menunjukkan bahwa batuan daerah telitian termasuk jenis peraluminus... 74 Gambar 7.6. Monzodiorit dan konkresi bauksit yang dihasilkan... 75 Gambar 7.7. Granit dan konkresi bauksit yang dihasilkan... 75 Gambar 8.1. Potensi bauksit laterit daerah telitian... 80 Gambar 8.2. Perkebunan Sawit di dusun Klasau (A), dan perkebunan karet di dusun Mayak (B)... 80 Gambar 8.3. Jalan rusak yang berada pada horizon clay... 81 xi

DAFTAR TABEL Table 3.1. Klasifikasi endapan bauksit laterit (Edward & Atkinson, 1986)... 19 Table 3.2. Perbandingan Tipe Endapan Bauksit (Edwards & Atkinson, 1986)... 20 Tabel 3.3. Klasifikasi tingkat kelerengan (Van Zuidam, 1983)... 31 Table 7.1. Tipe endapan bauksit daerah telitian menurut klasifikasi Edwards & Atkinson (1986)... 69 Tabel 7.2. Kuantitatif mineralogi mineral moyor pada analisa petrografis... 72 Tabel 7.3. Hasil perhitungan mol tiap senyawa (A), setelah dibuat menjadi total 100 % (b)... 74 Tabel 7.4. Rata-rata kadar kimia testpit bukit D1 & D2 (Tabel 1), hasil analisis XR-F (lihat Lampiran 0848/LFM/VII/2017) pada monzodiorit-kuarsa dan granit (Tabel 2)... 75 Tabel 7.5. Tingkat kelerengan daerah telitian berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1983)... 77 xii

DAFTAR LAMPIRAN A. Lampiran Dalam Laporan 1. AP Analisa Petrografi 2. 0848/LFM/VII/2017 Analisa XR-F (X-Ray Flourescence) 3. 0625/LFM/VII/2017 Analisa XR-D (X-Ray Diffraction) B. Lampiran Dalam Kantong 1. Lampiran P1 Peta Pola Pengaliran 2. Lampiran P2 Peta Geomorfologi 3. Lampiran P3 Peta Lintasan dan Lokasi Pengamatan 4. Lampiran P4 Peta Distribusi Kadar Kimia Testpit 5. Lampiran P5 Peta Geologi 6. Lampiran P6 Peta Persebaran Kandungan Al2O3 xiii