Prosiding Seminar Nasional Hayati V 2017 ISBN : 978-602-61371-1-1 Contextual Inquiry (CO-IN) Worksheet pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Ahya Mujahidin Prodi Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang e-mail: ahyamujahidin@gmail.com Abstrak Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu perangkat yang umumnya digunakan sebagai panduan dalam proses pembelajaran. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat LKS yang kurang sesuai dengan Kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan LKS dari penerbit tertentu kurang memperhatikan kompetensi ketercapaian pembelajaran yang ditetapkan oleh pemerintah. LKS seringkali tidak disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Kondisi demikian dapat diatasi dengan adanya Contextual Inquiry (CO -IN) Worksheet, yaitu LKS yang didasarkan pada pembelajaran kontekstual dengan model inkuiri yang menjadi bagian dari pembelajaran IPA. Penelitian ini menggunakan model pengembangan 4-D (Thiagarajan, 1974), namun hanya dilakukan sampai tahap develop saja. Data hasil penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari skor hasil validasi dan hasil belajar siswa. Data kualitatif diperoleh dari komentar dan saran dari validator. Hasil menunjukkan bahwa persentase skor validasi LKS menghasilkan rata-rata sebesar 90,91% (sangat valid). Hasil uji kepraktisan diperoleh persentase rata-rata 88,96% (sangat praktis). Data uji keefektifan menunjukkan bahwa skor rata-rata kompetensi siswa sebesar 84,31 dan nilai tersebut telah melebihi KKM MTsN Tanjungtani Prambon Nganjuk. Kata Kunci Lembar Kerja Siswa, Kontekstual, Inkuiri PENDAHULUAN Pendidikan yang baik menjadi salah satu faktor penting untuk kemajuan bangsa, karena berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa keberhasilan suatu negara dalam menghadapi tantangan global sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan yang baik dapat dicapai apabila memperhatikan beberapa komponen dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat triangulasi atau hubungan erat tiga komponen proses pembelajaran yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi [1]. Ketiga komponen ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Guru sebagai pendidik diharapkan mampu memperhatikan ketiga hal tersebut untuk menciptakan pembelajaran yang baik sehingga kualitas pendidikan yang baik dapat dicapai. Keseluruhan komponen pembelajaran yang meliputi tujuan, materi atau bahan ajar, metode, media, dan evaluasi seringkali disebut sebagai perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran, karena dapat menciptakan keteraturan tahapan dalam proses belajar yang berlangsung di sekolah [2]. 264
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran tentu mengacu pada suatu kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan. Kurikulum yang saat ini dianjurkan oleh pemerintah adalah Kurikulum 2013. Pembelajaran pada kurikulum ini menggunakan Pendekatan Saintifik ( Scientifid Approach) yang meliputi lima pengalaman belajar (5M) yaitu mengamati ( observing), menanya ( questioning), mencoba atau mengumpulkan informasi ( experimenting), menalar atau mengasosiasi ( associating), dan mengomunikasikan ( communicating). Hasil penelitian yang dilakukan Fauziyah dkk., menyimpulkan bahwa tahap-tahap pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan sehingga berdampak positif terhadap kemampuan soft skill siswa [3]. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) dalam proses pembelajaran dapat disesuaikan dengan model pembelajaran yang bersifat kontruktivistik, salah satunya adalah model pembelajaran inkuiri ( Inquiry Learning). Model pembelajaran ini memiliki beberapa karakteristik yaitu menekankan aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sumber masalah, mencari dan menemukan jawaban sendiri, dan mengembangkan kemampuan intelektual siswa. Bilgin (2009) menggambarkan pembelajaran model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) sebagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran ini memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan akademik dan mengembangkan keterampilan proses serta sikap ilmiah siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA MTsN Tanjungtani Prambon Nganjuk pada tanggal 16 Agustus 2016, diketahui bahwa MTsN Tanjungtani Prambon Nganjuk merupakan salah satu sekolah tingkat SMP/MTs di Kabupaten Nganjuk yang telah menerapkan Kurikulum 2013 (K13) dalam pelaksanaan pembelajaran sejak awal tahun ajaran 2013/2014. Periode peralihan Kurikulum dari KTSP ke K13 tentu membutuhkan penyesuaian rancangan pelaksanaan pembelajaran yang disusun dalam bentuk Perangkat Pembelajaran. Pembelajaran materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dilakukan oleh guru dengan metode ceramah untuk menjelaskan materi dari awal sampai akhir pembelajaran. Kegiatan wawancara juga dilakukan pada beberapa siswa kelas IX yaitu beberapa siswa yang sudah mengikuti pembelajaran materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan, diketahui bahwa proses pembelajaran pada materi ini dilakukan oleh guru belum memunculkan sintaks pembelajaran model Inkuiri sebagaimana model pembelajaran yang dianjurkan pada Kurikulum 2013 yang meliputi model pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL), Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL), dan Pembelajaran Inkuiri. Model pembelajaran pada Kurikulum 2013 menekankan orientasi pembelajaran berpusat pada siswa (Student Centered) bukan orientasi pembelajaran berpusat pada guru (Teacher Centered). Berkaitan dengan perangkat pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran di MTsN Tanjungtani Prambon Nganjuk anatara lain silabus, RPP, LKS, dan instrumen penilaian berupa lembar soal ulangan akhir bab. LKS yang didapatkan dari penerbit lokal setelah dianalisis, diketahui bahwa Kompetensi Dasar (KD) LKS yang digunakan kurang sesuai dengan KD pada Permendikbud RI Nomor 24 Tahun 2016. Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah menghasilkan perangkat pembelajaran materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada mata pelajaran IPA siswa kelas VIII serta mengetahui hasil uji kelayakan, uji kepraktisan, dan uji keefektifan dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan. 265
METODE Model penelitian ini adalah model penelitian pengembangan. Model pengembangan pada penelitian ini mengadaptasi dari model pengembangan 4-D ( Four-D Model) oleh Thiagarajan, dkk., (1974) yang terdiri atas empat tahap, antara lain pendefinisian ( define), perancangan ( design), pengembangan ( develop), dan penyebaran ( disseminate) [4]. Model pengembangan ini disesuaikan dengan keperluan penelitian sehingga pada penelitian ini dilakukan pembatasan sampai tahap pengembangan (develop). Tahapan ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Ringkasan Tahapan Model Pengembangan 4-D Tahap Sub-Tahap Define (pendefinisian) a. Front-end analysis b. Learner analysis c. Task analysis d. Concept analysis e. Specifiying instructional objectives Design (perancangan) a. Constructing criterion-referenced test b. Media selection c. Format selection Develop (pengembangan) a. Expert appraisal b. Developmental testing Diadaptasi dari Thiagarajan, dkk, 1974 Produk yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan ini berupa lembar kerja siswa (LKS), selanjutnya diuji dengan tiga desain yaitu uji kelayakan atau kevalidan, uji kepraktisan, dan uji keefektifan. Subjek coba dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Kriteria Subyek Uji Coba Jenis data dalam penelitian dan pengembangan ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari angket penilaian validitas LKS yang diisi oleh ahli perangkat pembelajaran, ahli materi, praktisi lapangan, angket respon siswa, dan nilai hasil belajar siswa. Data kualitatif diperoleh dari komentar dan saran validator dan praktisi lapngan sebagai acuan revisi untuk mendapatkan perangkat pembelajaran yang memenuhi kriteria kelayakan yang baik. Instrumen yang digunakan dalam validasi perangkat pembelajaran berupa angket validasi, uji coba kepratisan berupa angket yang diisi oleh siswa, dan uji keefektifan berupa lembar soal uji kompetensi dan lembar observasi. Teknik analisis data kuantitatif hasil uji kevalidan dan uji kepraktisan menggunakan persamaan berikut ini. 266
Keterangan: P : Persentase Σx : Jumlah jawaban responden dalam 1 item Σxi : Jumlah nilai ideal dalam 1 item 100% : konstanta (Sumber: Arikunto, 2013) Data hasil uji keefektifan berupa hasil pembelajaran pada kompetensi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Nilai kompetensi ranah pengetahuan berupa nilai ketuntasan siswa yang akan dibandingkan dengan hasil nilai ketuntasan siswa secara klasikal. Indikator pengembangan perangkat pembelajaran dikatakan efektif apabila 75% siswa tuntas secara klasikal dari nilai KKM untuk nilai pengetahuannya [5]. Perhitungan tingkat keefektifan perangkat pembelajaran secara klasikal ditentukan dengan persamaan berikut ini. Tabel 3 Kriteria Kevalidan, Kepraktisan, dan Keefektifan HASIL DAN PEMBAHASAN Fahri (2012) mendefinisikan lembar kerja siswa sebagai perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai panduan untuk siswa dalam melakukan kegiatan praktikum maupun kegiatan diskusi yang disusun sesuai pencapaian indikator siswa tersebut, sehingga siswa memperoleh kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan [7]. Pengembangan LKS pada penelitian ini disusun menggunakan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan serta Pemanfaatannya dalam Teknologi. Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan pada materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan serta Pemanfaatannya dalam Teknologi, terbagi menjadi tiga topik yaitu keterkaitan struktur dan fungsi jarigan tumbuhan, teknologi yang terinspirasi oleh struktur tumbuhan, dan penyelidikan fotosintesis. Komponen LKS terdiri dari topik pembelajaran, identitas kelompok, tujuan pembelajaran, orientasi, rumusan masalah, hipotesis, alat dan bahan, prosedur kerja, tabel data, analisis data, kesimpulan, dan daftar pustaka. Komponen ini didasarkan pada langkah model pembeljaran inkuiri terbimbing yaitu mengajukan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, dan membuat kesimpulan. Produk pengembangan LKS ini selanjutnya divalidasi oleh validator dosen ahli perangkat pembelajaran dan praktisi lapangan. 267
Hasil rata-rata nilai skor persentase terhadap LKS yang dikembangkan adalah 90,91%. Hasil tersebt menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan memiliki kriteria sangat valid dan layak digunakan dalam pembelajaran, namun tetap perlu dilakukan revisi berdasarkan data kualitatif berupa saran dari validator dosen ahli perangkat pembelajaran dan praktisi lapangan. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran yang Telah Dikembangkan Hasil pengembangan perangkat pembelajaran yang telah divalidasi oleh validator dan direvisi oleh peneliti selanjutnya diujicobakan pada siswa kelas VIII-ECP.A MTsN Tanjungtani Prambon Nganjuk sebanyak 27 siswa. Uji coba perangkat pembelajaran dilaksanakan pada 7-14 November 2016 dalam proses pembelajaran dan 19 November 2016 dalam Ujian Kompetensi pengetahuan dan spiritual. Salah satu tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Uji kepraktisan ini dapat dilakukan pada saat uji coba perangkat pembelajaran. Data mengenai uji kepraktisan ini diperoleh dari data hasil angket respon siswa terhadap perangkat yang digunakan selama pembelajaran. Hasil rata-rata skor uji kepraktisan perangkat pembelajaran adalah 88,96%. Hasil uji kepraktisan penggunaan perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan sangat praktis untuk digunakan dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan perkembangan pola pikir siswa pada usia 12-19 tahun, yang menurut Danim (2010:80) pada usia ini anak telah dapat mempertimbangkan kemungkinan fenomena yang akan terjadi (hipotesis), mencari jawaban, menangani masalah dengan fleksibel, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan, sehingga pemilihan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam mengembangkan perangkat pembelajaran sangat sesuai dengan perkembangan pola berpikir siswa dan menjadikan perangkat pembelajaran ini sangat praktis untuk siswa kelas VIII [8]. Keefektifan Perangkat Pembelajaran yang Telah Dikembangkan Keefektifan perangkat pembelajaran dapat dilihat dari kompetensi yang dicapai siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kompetensi siswa yang diukur selama pembelajaran meliputi ranah sikap, ranah pengetahuan, dan ranah keterampilan. Hasil uji keefektifan terhadap perangkat pembelajaran materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan serta Pemanfaatannya dalam Teknologi melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing yang telah dikembangkan menghasilkan rata-rata nilai sebesar 84,31 untuk semua ranah kompetensi pembelajaran. Secara rinci rerata perolehan nilai belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Hasil Rerata Kompetensi Siswa 268
Hasil perolehan rerata kelas pada ranah sikap spiritual, ranah sikap sosial, ranah pengetahuan, dan ranah keterampilan menunjukkan kriteria perolehan nilai rerata kelas sangat tinggi atau sangat baik berdasarkan kriteria penilaian pada Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2016. Hasil tersebut telah melebihi KKM yang ditetapkan MTsN Tanjungtani Prambon Nganjuk yaitu 75, namun pada kompetensi ranah pengetahuan, dari 27 siswa sebagai subjek coba ada empat siswa yang memiliki nilai dibawah KKM. Hal ini menunjukkan ketuntasan siswa secara klasikal pada kompetensi ranah pengetahuan sejumlah 85,18%. Persentase ketuntasan klasikal menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran masih dikatakan efektif sebagaimana ditunjukkan dari hasil penelitian Jannah, dkk. dijelaskan bahwa suatu produk dikatakan efektif ketika hasil belajar siswa menunjukkan 75% dari jumlah siswa tuntas secara klasikal. Ketuntasan nilai klasikal yang dicapai siswa tidak lepas dari perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan digunakan selama proses pembelajaran, sehingga seluruh ranah kompetensi belajar dapat terakomodasi sesuai dengan tingkat kompetensi yang diharapkan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan ini disusun sesuai dengan sintaks dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu mengajukan permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan [9]. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing dengan pengamatan bahan amatan asli (media realia), akan mampu membuat pembelajaran siswa lebih optimal dari keterlibatan secara langsung yang mereka alami. Hal ini sesuai dengan pernyataan DeHaan bahwa pembelajaran yang dilakukan melalui penemuan dan perolehan pengalaman nyata dengan bantuan alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peran guru sebagai fasilitator dalam lingkungan belajar akan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang optimal [10]. Hal itulah yang menjadikan siswa mampu memperoleh nilai rata-rata hasil belajar klasikal yang tinggi. Hasil kompetensi siswa yang tinggi tersebut menunjukkan adanya keberhasilan pengembangan perangkat pembelajaran. Rohman menyatakan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila dilaksanakan dengan perencanaan yang sangat matang [11]. Setengah keberhasilan yang telah dicapai juga merupakan hasil dari perangkat pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Keseluruhan perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS, dan instrumen penilaian pembelajaran harus saling berkaitan dengan mengacu indikator pencaipaian kompetensi. Kompetensi siswa selama kegiatan pembelajaran terukur oleh instrumen penilaian yang dikembangkan oleh peneliti. Kompetensi siswa yang diukur terdiri dari ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi ranah sikap spiritual terakses melalui lembar penilaian diri sendiri (self assesment) yang diberikan pada akhir pembelajaran. Kompetensi ranah sikap sosial diukur melalui lembar penilaian pengamatan oleh observer. Kompetensi ini mengukur nilai-nilai sosial meliputi perilaku jujur sesuai data dan fakta, berani dan santun dalam berpendapat dan mengajukan pertanyaan, kerjasama kelompok, dan tindakan keselamatan kerja. Kompetensi ranah pengetahuan diukur melalui instrumen penilaian pengetahuan berupa ulangan atau uji kompetensi akhir materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan serta Pemanfaatannya dalam Teknologi. Uji kompetensi ini terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda dan 5 butir soal esai. Soal yang disajikan memuat beberapa tingkatan kognitif, yaitu tingkatan kognitif C1, C2, C3, dan C4. Soal dengan tingkatan kognitif tersebut disesuaikan dengan 269
keterkaitan materi pembelajaran dan perkembangan siswa, sehingga siswa dapat lebih memahami materi dan juga mampu mmenerapkan pengetahuan yang mereka peroleh dalam mengerjakan soal ulangan. Kompetensi ranah keterampilan diukur melalui lembar observasi guru terhadap poster tentang teknologi yang terinspirasi dari struktur tumbuhan. Poster ini dibuat oleh masingmasing kelompok siswa. Instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur kompetensi ranah keterampilan disesuaikan dengan tuntutan Kompetensi Dasar 4.4 tentang kemampuan menyajikan karya dari hasil penelusuran berbagai sumber informasi tentang teknologi yang terinspirasi dari hasil pengamatan struktur tumbuhan. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dihasilkan berupa LKS (CO-IN Worksheet) menghasilkan rata-rata sebesar 90,91% (sangat valid). Hasil uji kepraktisan penggunaan LKS diperoleh persentase rata-rata 88,96% (sangat praktis digunakan). Data uji keefektifan menunjukkan bahwa skor rata-rata kompetensi siswa sebesar 84,31 dan nilai tersebut telah melebihi KKM MTsN Tanjungtani Prambon Nganjuk. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada validator yang berkenan memberikan penilaian dan saran terhadap perangkat yang dikembangkan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada MTsN Tanjungtani Prambon Nganjuk atas kesempatan yang telah diberikan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan perangkat pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN [1] Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara. [2] Winarni, D., Bintari, S., Widiyaningrum, P. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berorientasi Life Skills memanfaatkan Bahan Baku Kedelai Lokal. Journal of innovative Sciene of Education. (Online), 1 (2): 119-125, (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise/article/view/634/620), diakses 1 Maret 2016. [3] Fauziyah, R., Abdullah, A. G., Hakim, D. L. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronik Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal INVOTE,. 9 (2): 165-178. [4] Thiagarajan, S., Semmel, D.S., Semmel, M.I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children, A Sourcebook. Bloomington: Indiana University. [5] Jannah, M., Sugianto, Sarwi. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Nilai Karakter melalui Inkuiri Terbimbing Materi Cahaya pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Journal of Innovative Science Education. 1 (1): 54-60. [6] Arikunto, S. 2012. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. [7] Fahri. 2012. Lembar Kerja Siswa (LKS), (Online), (http://fahri13.acadeipa.edu/favicon.ico), diakses 1 Maret 2016. [8] Danim, S. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta. [9] Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pusataka. [10] DeHaan.R.L. 2009. Teaching Creativity and Inventive Problem Solving in Science. CBE-Life Science Education, 8: 172-181. 270
[11] Rohman, M. 2012. Kurikulum Berkarakter Refleksi dan Proposal Solusi terhadap KBK dan KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. HASIL DISKUSI Pertanyaan Uji keefektifan dan uji kepraktisan LKS didasarkan dari mana? Jawaban Uji kepraktisan didasarkan pada analisis data penilaian terhadap LKS yang dilakukan oleh siswa sebagai subyek coba. Sedangkan uji keefektifan didasarkan pada hasil ketuntasan belajar. 271