FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. mungkin terjadi (Suyono dan Erawati dalam Indriyani, 2007). Puskesmas Ngrambe, dibentuklah perkumpulan penderita Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan olahraga senam aerobic. Namun masih banyak penderita DM. WHO (World Health Organization) kasus penyakit DM meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) semakin bertambah. Pada

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia setiap tahun meningkat. World Health Organization (WHO) besar pada tahun-tahun mendatang (Gustaviani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat


BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

Disease Management Program Untuk Diabetes Melitus pada Pelayanan Dokter Keluarga /Puskesmas

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

Transkripsi:

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWODADI I KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan meraih derajat sarjana keperawatan Disusun oleh: Nama : Suhendra Pebriana NIM : J210040067 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di negara berkembang, ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. DM terbagi atas DM tipe I jika pankreas hanya menghasilkan sedikit atau sama sekali tidak menghasilkan insulin sehingga penderita selamanya tergantung insulin dari luar, biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, sedangkan DM tipe II adalah keadaan pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang lebih tinggi dari normal tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun karena kadar gula darah cenderung meningkat secara ringan tapi progresif setelah usia 50 tahun terutama pada orang yang tidak aktif dan mengalami obesitas. Penyebab diabetes lainnya adalah kadar kortikosteroid yang tinggi, kehamilan (diabetes gestasional), obat-obatan. (Santoso, 2006) Menurut Federasi Diabetes Internasional (2006) jumlah penderita diabetes di seluruh dunia sebanyak 200 juta, dan angka itu akan mencapai 350 juta orang sampai tahun 2025, diantaranya 80 % penderita terpusat di negara yang penghasilannya kecil dan menengah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kasus diabetes di Asia akan naik sampai 90 % dalam 20 tahun ke depan. Diabetes dan gangguan

kesehatan lain yang muncul akibat penyakit itu akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke-21, terdapat 330 juta orang yang akan terserang penyakit ini dalam 20 tahun ke depan. Ini lebih besar dari AIDS atau flu burung. Menurut Sudoyo peneliti dari Lembaga Eijkman (2002), prevalensi diabetes terhitung tinggi pada penduduk daerah tropis seperti di Indonesia. Pernyataan tersebut selaras dengan data yang menunjukan bahwa prevalensi diabetes di Indonesia tiap tahun semakin meningkat. Tahun 2000 jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 4 juta orang dan tahun 2010 diperkirakan mencapai minimal 5 juta orang, dimana baru 50 % yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 % yang datang berobat teratur. (Yunia, 2007) Data Depkes menyebutkan jumlah penderita DM menjalani rawat inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari keseluruhan pasien penyakit dalam. (Prihatno, 2006) Jumlah penderita DM di Kabupaten Grobogan berdasarkan data yang diperoleh, pada tahun 2006 sebanyak 7035 orang dan tahun 2007 sebanyak 10.035 orang. Kabupaten Grobogan terdiri dari 19 kecamatan diantaranya Kecamatan Purwodadi dengan jumlah penderita DM terbanyak yaitu tahun 2006 sebanyak 1571 dan tahun 2007 sebanyak 2927 orang sedangkan di Puskesmas Purwodadi I jumlah penderita DM pada tahun 2006 sebanyak 1537 orang dan tahun 2007 sebanyak 2914 orang.

Seiring meningkatnya pengidap diabetes, meningkat pula kejadian komplikasi, terutama luka kaki diabetik. Menurut Adji H (2006), dari bagian bedah ortopedi Rumah Sakit Internasional Bintaro (RSIB), komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi pada kaki (15 %) yang kini disebut kaki diabetes. Komplikasi ini merupakan penyebab utama penderita harus dirawat dengan waktu perawatan yang lama. Akibatnya, biaya perawatan pengidap diabetes menjadi sangat tinggi. Bahkan, 70 % di antaranya memerlukan tindakan pembedahan dan lebih dari 40 % di antaranya berakhir dengan amputasi. Diperkirakan biaya untuk perawatan di rumah dan pelayanan sosial bagi pasien yang diamputasi sekitar 34.700 dollar AS atau setara Rp 347 juta pertahun. Setelah pengidap diabetes melitus menjalani amputasi, tiga tahun berikutnya, sekitar 30 % di antaranya akan menjalani amputasi lagi pada bagian tubuh lainnya. Bahkan, 2/3 dari penderita yang menjalani amputasi akan meninggal lima tahun kemudian. (Thoha, 2002) Sampai saat ini, masalah kaki diabetes masih kurang mendapat perhatian sehingga masih muncul konsep dasar yang kurang tepat pada pengelolaan penyakit ini. Akibatnya, banyak penderita yang penyakitnya berkembang menjadi penderita osteomyelitis dan teramputasi kakinya. Kompleksitas permasalahan kaki diabetes memerlukan pendekatan terpadu dari beberapa bidang spesialis terkait. (Misnadiarly, 2006) Upaya pencegahan dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: peningkatan kesehatan, menjaga status gizi yang baik, pemeriksaan berkala

DM, pemeriksaan berkala kaki penderita, pencegahan atau perlindungan terhadap trauma dengan sepatu khusus, higiene personal termasuk kaki, menghilangkan faktor biomekanis yang mungkin menyebabkan ulkus. (Juanita, 2003) Salah satu cara peningkatan pengetahuan adalah dengan penyuluhan kesehatan bagi penyandang diabetes dan keluarganya. Penyuluhan harus sering dilakukan oleh dokter atau perawat dan dapat diberikan langsung baik secara perseorangan atau kelompok, atau melalui poster dan selebaran. Penyuluhan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain: tentang DM, pengetahuan mengenai perlunya diet secara ketat, latihan fisik atau senam kaki, minum obat dan juga pengetahuan tentang komplikasi, pencegahan maupun perawatannya. Dengan demikian, perkumpulan atau klub para penderita diabetes melitus, memang perlu diadakan atau dibentuk di setiap kota. (Laniwaty, 2001) Umumnya kebutuhan penyandang diabetes akan penyuluhan kesehatan dideteksi oleh petugas kesehatan, untuk selanjutnya ditumbuhkan rasa saling membutuhkan pada penyandang diabetes. (Endang, 2007) Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan gerak sendi. (Soegondo, 2007)

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah Pengaruh penyuluhan kesehatan tentang senam kaki diabetes terhadap peningkatan pengetahuan pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Purwodadi I Kabupaten Grobogan? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian terbagi menjadi 2 yaitu : 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan pasien diabetes melitus tentang senam kaki diabetes di wilayah kerja Puskesmas Purwodadi I Kabupaten Grobogan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan pasien diabetes tentang senam kaki diabetes sebelum dilakukan penyuluhan pada kelompok eksperimen dan kontrol. b. Mengetahui tingkat pengetahuan pasien diabetes tentang senam kaki diabetes setelah dilakukan penyuluhan pada kelompok eksperimen dan tingkat pengetahuan kelompok kontrol setelah post test.

D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian terbagi menjadi 3 yaitu : 1. Bagi Ilmu Institusi Pendidikan Keperawatan a. Dapat menambah wawasan bagi institusi pendidikan keperawatan tentang Diabetes melitus dan pentingnya pelaksanaan senam kaki diabetes bagi klien diabetes. b. Memberi masukan bagi institusi pendidikan keperawatan tentang perlunya melakukan penyuluhan tentang senam kaki diabetes untuk meningkatkan pengetahuan klien diabetes. 2. Bagi Puskesmas Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan tentang pentingnya pelaksanan penyuluhan tentang senam kaki diabetes bagi klien diabetes. 3. Bagi Klien Diabetes Melitus Memberi masukan dan menambah wawasan pada klien Diabetes melitus mengenai pentingnya pelaksanaan senam kaki diabetes sehingga dapat mencegah luka kaki diabetes lebih lanjut. 4. Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan serta pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti tentang penyakit diabetes dan manfaat senam kaki diabetes.

E. Keaslian Penelitian 1. Maryanti (2004). Hubungan antara pelaksanaan olahraga dengan terkontrolnya kadar gula darah pada penderita Diabetes melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Sleman Yogyakarta, jenis penelitian deskriptif non analitik, hasil penelitian jumlah penderita yang dirawat inap sebanyak 91 orang, jumlah responden 30 orang, hasil penelitian adalah adanya hubungan antara pelaksanaan olahraga dengan terkontrolnya kadar gula darah pada penderita Diabetes melitus. Perbedaaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis penelitiannya. Peneliti menggunakan jenis penelitian non eksperimental dengan pendekatan cross secsional, kemudian variabel penelitiannya juga berbeda. Variabel dalam penelitian ini berbeda ada dua variabel yaitu pelaksanaan olah raga pada klien DM dan terkontrolnya kadar gula darah dan lokasinya juga berbeda yaitu Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Sleman Yogyakarta. 2. Muliani (2004), Pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas pada SMUN (Y) kota Yogyakarta dengan pendekatan pre test dan post test with kontrol group yang hasilnya ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas, yang menunjukkan tingkat pengetahuan remaja pada kelompok perlakuan lebih baik dari pada kelompok kontrol. Tingkat pengetahuan remaja menunjukkan perbedaan yang signifikan dan berpengaruh positif antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil post test kelompok perlakuan lebih besar dari

kelompok kontrol setelah kelompok perlakuan diberikan penyuluhan kesehatan. Perbedaaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel penelitian ada dua : pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi dan peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas, sampel penelitian : Siswi SMU, dan lokasi : SMUN Yogyakarta. 3. Sarifah (2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi masih tingginya kadar gula darah pada pasien Diabetes melitus yang menjalani terapi Diabetes melitus di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta; jenis penelitian dengan metode deskriptif non analitik, jumlah responden sebanyak 30 orang, hasil penelitian adalah yang menjadi faktor yang mempengaruhi masih tingginya kadar gula darah pada pasien Diabetes melitus adalah usia dan ketaatan aktivitas ringan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis penelitiannya. Peneliti menggunakan jenis penelitian non eksperimental dengan pendekatan cross sectional, kemudian variabel penelitiannya juga berbeda, variabel yang diteliti oleh peneliti ada dua variabel yaitu tingginya kadar gula darah dan terapi Diabetes melitus. Sampel pada penelitian ini juga berbeda serta lokasinya juga berbeda yaitu Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta. 4. Triana (2002) tentang pengaruh penyuluhan kesehatan melalui metode ceramah dengan modul dan ceramah tanpa modul untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap wanita dalam menghadapi menopause di kota Yogyakarta dengan rancangan non equivalent control group design yang

hasil metode ceramah tanya jawab dengan modul dan metode ceramah tanya jawab tanpa modul keduanya efektif meningkatkan pengetahuan wanita dalam memelihara kesehatan menghadapi menopause, metode ceramah tanya jawab dengan modul dan metode ceramah tanya jawab tanpa modul keduanya efektif meningkatkan sikap wanita dalam memelihara kesehatan menghadapi menopause. Perbedaaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel penelitian ada dua : pengaruh penyuluhan kesehatan tentang menopause dan peningkatkan pengetahuan dan sikap wanita dalam menghadapi menopause dan lokasi : Bantul Yogyakarta.