BAB IV. A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Akibat Culture Shock pada. Mahasiswi dari Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA

BAB III. A. Deskripsi Umum Objek Bimbingan dan Konseling Islam dengan Cognitive. Behavior Therapy untuk Mengurangi Kecemasan Akibat Culture Shock

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam)

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan. Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Trauma Seorang Remaja

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI PERILAKU FIKSASI

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

BAB IV ANALISIS DATA. membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah dilakukannya proses konseling. Berikut ini

BAB IV ANALISIS DATA. dengan Teknik Biblioterapi Dalam Mengatasi Dekadensi Ke-Imanan

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI RENDAH DIRI SEORANG SANTRI

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didalam Menangani

BAB IV ANALISIS DATA. ketika melakukan observasi dan wawancara. dengan demikian dapat diketahui. untuk Menangani Anak Middle Child Syndrome. Tabel 4.

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENGATASI KEJENUHAN ISTRI MENGURUS

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENGATASI KESENJANGAN KOMUNIKASI SEORANG ADIK TERHADAP

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan

yang melihat bagaimana perilaku konseli secara langsung. Teknik analisa tingkah laku sebelum dan sesudah dilakukan proses bimbingan.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA 1. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modelling

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. membuka kemungkinan adanya mahasiswa yang datang dari budaya yang

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Analisis data tentangproses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

BAB IV ANALISIS KONSELING KELUARGA BAGI LANSIA YANG MENGALAMI EMPTY NEST SYNDROME DI DESA KATERBAN NGANJUK

BAB IV ANALISIS DATA. Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian

BAB IV ANALISIS DATA. Dialectical Behavior Therapy (DBT) Dan Mindfulness Therapy Dalam. Mengurangi Kecanduan Merokok Mahasiswa Malaysia Di Surabaya

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI SIKAP EGOIS PADA SEORANG REMAJA

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

BAB IV ANALISIS PROSES DAN HASIL PELAKSANAAN TERAPI SABAR UNTUK MENGATASI STRES

BAB IV ANALISIS DATA KONSELING BEHAVIOR DALAM MENANGANI SELECTIVE MUTISM SISWA SD RADEN PATAH SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. bergaul dan diterima dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Karir dalam

BAB IV ANALISIS TERAPI REALITAS UNTUK MEMBANTU PENYESUAIAN DIRI SANTRI MADRASAH DINIYAH

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis dari proses pelaksanaan Family Therapy dalam Menangani. Wilayah Perumnas Sukomulyo Lamongan

BAB IV ANALISA DATA. dengan analisa deskriptif. Adapun datayang dianalisis sesuai dengan dua focus

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling.

BAB IV ANALISIS DATA

2. Faktor pendidikan dan sekolah

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA. keefektifan dalam bimbingan dan konseling islam dengan terapi reward berbasis hobi

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian ini peneliti menggunkan analisis deskriptif komparatif

BAB IV ANALISIS DATA. Belajar Siswa Di Mts Ma arif Driyorejo Gresik. lebih jelasnya lihat table di bawah ini:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Komunikasi Koseling Islam dengan Analisis Ego State. Remaja pada Teks di Beranda Media Sosial Facebook

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB IV ANALISIS DATA TERAPI GROWTH MINDSET ( CAROL S. DWECK, PH.D.) DAN KETERAMPILAN ADAPTASI DIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB II TELAAH PUSTAKA. Culture shock mengacu pada reaksi psikologis. yang dialami individu karena berada ditengah

BAB IV ANALISIS DATA. observasi yang disajikan pada awal bab, adapun data yang di analisis. sesuai dengan fokus penelitian yaitu sebagai berikut:

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi atas sejumlah sub aspek dengan ciri- ciri

BAB IV ANALISA DATA. konselor sekaligus peneliti. Analisa ini disajikan dalam bentuk penulisan analisa

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi maka konselor/peneliti melakukan analisis data. Analisis data

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Metode konseling karier Nur Cita Qomariyah Membina Skill. Mahasiswa di IQMA IAIN Sunan Ampel Surabaya.

BAB IV ANALISIS DATA. dari lapangan berdasarkan fokus permasalahan yang diteliti. Berikut dibawah ini merupakan analisis data tentang faktor, proses

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Self Regulation Untuk Menurunkan Tingkat Kecanduan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB IV ANALISIS DATA A. ANALISIS TENTANG PENYEBAB-PENYEBAB SEORANG ANAK YANG. proses bimbingan dan konseling Islam menggunakan Non-Directive Permainan

BAB IV ANALISIS DATA. klien. Setelah data diperoleh dari lapangan dengan cara wawancara, observasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Analisis tentang bentuk-bentuk Disharmoni Keluarga yang terjadi di. Desa Mojorejo Pungging Mojokerto

BAB IV ANALISA DATA. Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. klien, ditemukan bahwa klien di usia yang ke- 60 sudah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB V PENUTUP. santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan. 1. Konsep Diri Santri Putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan

Reality Therapy. William Glasser

BAB V PENUTUP. Adalah kondisi dimana siswa X mengalami suatu mood atau perasaan yang

Transkripsi:

113 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY UNTUK MENGURANGI KECEMASAN AKIBAT CULTURE SHOCK MAHASISWI DARI MALAYSIA DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Akibat Culture Shock pada Mahasiswi dari Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Pada bab ini akan dijelaskan analisis faktor-faktor yang menyebabkan konseli mengalami kecemasan akibat Culture Shock. Sebelumnya peneliti akan menjelaskan kecemasan yang dialaami oleh konseli menurut Freud termasuk dalam jenis Kecemasan Realistis, kecemasan realistis Adalah kecemasan atau ketakutan yang realistis, atau takut akan bahaya-bahaya di dunia luar. Kemudian Faktor-faktor kecemasan akibat Culure Shock ini diketahui pada saat proses konseling pada observasi dan pertemuan pertama konselor dengan konseli. Dari pertemuan pertama tersebut konselor mampu menganalisis faktor-faktor adanya kecemasan akibat Culture Shock yang dialami oleh konseli. Di antara faktor-faktor tersebut adalah: 1. Faktor Pendekatan Kognitif Dalam Pendekatan ini mempostulasikan bahwa kemampuan untuk penyesuaian lintas budaya konseli akan tergantung dari kemampuan konseli dalam membuat atribusi yang tepat mengenail nilai-nilai kultur, 113

114 kepercayaan, perilaku dan norma di lingkungan yang baru. Konseli mengalami ketidakmampuan menyesuaikan diri karena konseli menggunakan standar kulturnya sendiri untuk menilai, menginterpretasikan dan berperilaku dalam lingkungan yang baru. Hal inilah yang membuat penyesuaian dirinya menjadi tidak efektif karena perbedaan cara menginterpretasikan suatu kejadian bisa menimbulkan kesalahpahaman di sana sini. 2. Faktor Pendekatan Perilaku (Behavior) Menurut pendekatan ini, ketidakmampuan adaptasi terjadi karena konseli tidak memahami sistim hadiah dan hukuman yang berlaku di kultur yang baru, dimana sistim hadiah dan hukuman ini bisa saja tergambar dalam perilaku verbal maupun nonverbal dalam kultur tersebut. Dalam hal ini, bisa saja terjadi, hal yang di kultur asal dianggap sebagai hal yang dianggap baik, sehingga mendapatkan hadiah, mungkin di kultur baru dianggap buruk, sehingga mendapatkan hukuman. Misalnya saja: di Indonesia menanyakan Mau kemana? Dari mana? Sudah mandi atau belum? pada teman dianggap sebagai perhatian dan kepedulian. Bisa saja di negara yang lain dianggap terlalu mencampuri urusan orang dan membuat orang tersinggung. 3. Faktor Pendekatan Fenomenologis Menurut pendekatan ini, culture shock merupakan pengalaman transisional dari kondisi kesadaran yang rendah akan diri dan kultur, ke

115 kesadaran yang tinggi akan diri dan kultur. Menurut pendekatan ini, kecemasan akibat culture shock terjadi karena konseli tidak dapat lagi menggunakan referensi-referensi/nilai-nilai kulturnya untuk memvalidasi aspek penting kepribadiannya. Misalnya dalam kasus Amina (konseli) ini bila di kultur asalnya (Malaysia) ia meyakini dirinya adalah anak baik-baik dan bangga memakai busana yang sopan dengan balutan jilbab yang panjang. Tetapi dilingkungan yang baru (Indonesia) malah terlihat aneh dan terkadang jadi pusat pandangan bahkan ada yang menyangka memiliki aliran tetentu. Di tempat yang baru, kondisi ini justru membuatnya dicap sebagai seseorang yang memiliki aliran tertentu dan aneh. Dalam proses inilah seringkali konseli mempertanyakan kembali keyakinan-keyakinan yang dulu pernah dimilikinya, bahkan mempertanyakan kembali konsep dirinya yang sebelumnya diyakini selama ini. Hal ini seringkali menimbulkan krisis tersendiri bagi konseli tersebut. 4. Faktor Pendekatan Sosiopsikologis Pada pendekatan sosiopsikologis ini faktor yang menyebabkan kecemasan akibat culture shock, meliputi : a. Penyesuaian psikologis/afektif: ketidaksamaan culture antara culture asalnya Amina (konseli) di Malaysia dan culture di tempat baru konseli di Indonesia Misalnya dalam faktor pergaulan, konseli cenderung mengalami ketakutan akan perbedaan pergaulan disetiap tempat yang baru. Ketakutan ini menjadikan konseli merasa canggung dalam menghadapi situasi yang baru, tempat tinggal yang baru dan suasana yang baru. Seperti Boncengan lawan jenis yang bukan

116 muhrim menurut Amina (konseli) bukanlah hal yang wajar di tempat asalnyanya. Namun disini itu sering dilihatnya. Akibat ketidak pahaman mengenai pergaulan ini, konseli juga akan merasa terasing dengan orang-orang disekelilingnya yang dirasa baru baginya. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan asing, perasaan kesepian, dan rasa kehilangan, berada di tempat yang baru yang juga jauh dari orang tua. b. Penyesuaian sosial: Dalam hal ini, kecemasan akibat culture shock pada diri Amina (konseli) ini terjadi karena konseli tidak memiliki pemahaman budaya yang cukup untuk ia dapat berinteraksi dengan baik dengan warga lingkungan baru. Seperti dalam faktor bahasa keseharian konseli, Bahasa merupakan cerminan dari sebuah kebudayaan yang beradab. Bahasa tidak bisa dianggap dengan sebelah mata. konseli yang mengalami kekagetan terhadap budaya baru sering kali dihubungkan dengan faktor bahasa sebagai salah satu ketakutan yang cukup besar ketika menetap di tempat yang baru. Tidak menguasai atau bahkan tidak mengerti sama sekali bahasa merupakan hal yang wajar yang menyebabkan timbulnya culture shock. Seperti yang telah dialami oleh konseli, konseli mengaku kesulitan memahami bahasa temantemannya yang memakai bahasa asing (Jawa dan Madura) di kelasnya. Ini dikarenakanakan konseli juga memiliki identitas kultur yang begitu besar sehingga menyulitkannya untuk beradaptasi dengan kultur yang baru.

117 Adanya faktor kecemasan yang dialami oleh konseli di atas, berakibat pada konseli beberapa hal, yaitu: 1) Cemas (tak berdaya) 2) Takut (terkadang bernafas lebih cepat) 3) Gugup (tangan menggigil) 4) Berkeringat 5) Jantung berdebar 6) Pusing (sakit kepala) 7) Kesulitan berfikir jernih 8) Keluhan gangguan fisik tanpa adanya penyakit fisik dan akan meningkat bila orang tersebut sedang marah. B. Analisis Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Cognitive Behavior Therapy untuk Mengurangi Kecemasan Akibat Culture Shock Mahasisiwi dari Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Analisi data disini berhubungan dengan proses yang telah dilakukan konselor dalam menangani permasalahan konseli, yakni terdiri dari beberapa tahapan, tahapan-tahapan tersebut antara lain: 1. Tahap Awal Konseling Pada tahap awal konselor mulai mengindentifikasikan masalah konseli dan mendefinisikan masalah bersama konseli. Tahapan ini mencakup langkah identifikasi dan diagnosis masalah dalam sebuah proses konseling.

118 Langkah identifikasi ini dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi konseli beserta gejala-gejala yang nampak pada diri konseli, seperti kecemasan dan ketakutan yang dialami konseli.setelah mengidentifikasi masalah, barulah dapat ditetapkan diagnosis permasalahan yang dialami konseli. Permasalahan yang dihadapi konseli sudah terlihat jelas pada tahap awal konseling, yakni konseli yang mengalami kecemasan dikarenan Shock (kaget) dengan budaya disekitarnya yang menurutnya bebeda dengan budaya tempat asalnya.baik dalam bahasa, pergaulan maupun busana yang yang dipakai. 2. Tahap Tengah Pada tahap ini mencakup langkah prognosa dan pemberian bantuan (treatment) dalam proses konseling. Dalam langkah prognosis ini, konselor melakukan planning (perencanaan) mengenai jenis dan bentuk bantuan apa yang akan diberikan kepada konseli untuk menghadapi permasalahan yang dialami 101. Dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang konseli alami, dari awal memang sudah direncanakan untuk membantu konseli mengurangi kecemasan yang dialaminya dengan menggunakan 5 dari 11 teknik Cognitive Behavior Therapy dan teknik tersebut juga sudah direalisasikan. Konselor menggunakan teknik Cognitive Behavior Therapy dengan tujuan agar konseli bisa mengurangi kecemasan dalam dirinya dan mengubah fikiran irasionalnya menjadi lebih rasional. 101 Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2011), hal. 30-31

119 3. Tahap Akhir Dalam tahap ini merupakan langlah evaluasi (follow up) dalam proses konselingdalam penelitian ini evaluasi dilakukan oleh konselor pada setiap akhir pertemuan selama proses konseling dilakukan. Dari proses konseling yang telah dilakukan, konseli telah menunjukkan adanya perubahan yang semakin hari semakin terlihat membaik. Konseli secara perlahan sudah dapat mengontrol ketakutannya, membiasakan diri bergaul dengan teman-temannya dikelas bahkan berani belajar bahasa dan bertanya-tanya kebudayaan di daerah ini pada temannya. Konseli telah dapat mengurangi perasaan cemas yang dilaminya selama bulan terakhir ini. C. Analisis Hasil Proses Bimbingan dan Koseling Islam dengan Cognitive Behavior Therapy untuk Mengurangi Kecemasan Akibat Culture Shock Mahasiswi dari Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Pada bab ini akan dijelaskan hasil dari proses Bimbingan dan Koseling Islam dengan Cognitive Behavior Therapy untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh Amina (konseli). Tingkat keberhasilan proses Bimbingan dan Koseling Islam dengan Cognitive Behavior Therapy Nantinya dapat dijelaskan melalui tabel di bawah ini. Berdasarkan proses konseling yang telah dilakukan, terdapat perubhan pada diri konseli pada saat sebelum dan setelah melaksanakan proses konseling. Perubhanperubahan tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

120 Tabel 4.1 Kondisi Konseli Sebelum dan Sesudah Proses Konseling No. Kondisi Konseli Sebelum Setelah Ya Tidak Ya Tidak 1 Cemas (tak berdaya) 2 Takut 3 Gugup 4 Berkeringat 5 Jantung berdebar 6 Pusing (sakit kepala) 7 Kesulitan berfikir jernih 8 Keluhan gangguan fisik tanpa adanya penyakit fisik dan akan meningkat bila orang tersebut sedang marah. Berdasarkan tabel di atas konselor dapat melihat tingkat keberhasilan atau tingkat kegagalan penggunaan teknik Cognitive Behavior Therapy dalam proses konseling. Untuk melihat tingkat keberhasilan tersebut, konselor berpedoman pada prosentase kulitatif perubahan prilaku dengan standart uji sebagai berikut: a. > 70% atau 70% sampai dengan 100% (dikategorikan berhasil) b. 60% sampai dengan 70% (cukup berhasil) c. < 60% (kurang berhasil) 102 Dari tabel di atas dapat diketahui ada 8 gejala kecemasan yang dialami konseli sebelum proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Cognitive 102 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:Rineka Cipta,2010), hal. 387.

121 Behavior Therapy yang akan dianalisis berdasarkan tabel di atas dengan melihat perubahan setelah adanya proses tersebut. 1. Gejala yang tidak dirasakan = 6 point. Jadi, 6/8 x 100% =75% 2. Gejala yang masih dirasakan = 2 point. Jadi, 2/8 x 100% =25% Berdasarkan hasil prosentase di atas dapat diketahui bahwa hasil proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Cognitive Behavior Therapy Untuk mengurangi kecemasan akibat Culture Shock Mahasiswi dari Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dikategorikan berhasil. Penilaian ini dapat dilihat dari perhitungan prosentase yaitu 75% dengan standart uji >70 atau 70% sampai dengan 100% (dikategorikan berhasil). Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian Bimbingan dan Konseling Islam dengan Cognitive Behavior Therapy yang telah dilaksanakan oleh konselor dapat dinyatakan berhasil karena pada awalnya ada 8 point gejala yang dialami konseli sebelum proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Cognitive Behavior Therapy namun setelah proses konseling 6 dari 8 point gejala telah berkurang yakni tidak dialami lagi oleh konseli dan 2 gejala yang masih dialami konseli.