PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DAN ANGKUTAN PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa terminal sebagai prasarana untuk kepentingan kedatangan, pemberangkatan dan berpangkalnya kendaraan bermotor angkutan penumpang perlu diatur dengan sebaikbaiknya agar terciptanya angkutan yang teratur dan tertib; b. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka pengaturan retribusi terminal dan angkutan penumpang perlu disesuaikan; c. bahwa untuk maksud tersebut huruf a dan b konsideran di atas, perlu diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut, Daerah Tingkat II Tapin dan Daerah Tingkat II Tabalong (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2756); 2. Udnang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara TAhun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 86
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan REtribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 terntang Pelaksanaan Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1985 tentang Kewenangan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3410); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3527); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara TAhun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3530); 87
15. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 16. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan Bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden; 17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 1990 tentang Retribusi Terminal dan Angkutan Penumpang; 18. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal dan Transportasi Jalan; 19. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah; 20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah; 21. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1999 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-Jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan DAerah Tingkat II; 22. Peraturan Daerah Kabupaten Tapin Nomor 13 Tahun 1990 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II Tapin; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Tapin Nomor 03 Tahun 2000 tentang Kewenangan Kabupaten Tapin sebagai Daerah Otonom. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TAPIN M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DAN ANGKUTAN PENUMPANG. 88
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Tapin; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tapin; c. Bupati adalah Bupati Tapin; d. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tapin; e. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Tapin; f. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten TApin; g. Bendaharawan Khusus Penerima, adalah Bendaharawan Khusus Penerima pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tapin; h. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku; i. Terminal adalah prasarana untuk kepentingan angkutan jalan raya guna mengatur kedatangan, pemberangkatan dan berpangkalnya kendaraan bermotor serta memuat dan menurunkan orang atau barang salah satu wujud simpul jaringan transportasi; j. Fasilitas Terminal adalah fasilitas yang ada di terminal terdiri dari kios, rumah makan, sarana kebersihan umum, tempat cuci kendaraan, WC umum, tempat istirahat awak kendaraan, tempat reklame, lokasi kendaraan umum bermalam dan lokasi parker; k. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan; l. Retribusi Terminal Angkutan Penumpang adalah suatu pungutan atas pemakaian terminal yang disediakan Pemerintah Daerah; m. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi; n. TPR adalah kupon tanda pembayaran retribusi terminal yang harus dibeli oleh pengemudi kendaraan angkutan penumpang umum bis dan non bis di terminal; o. Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat NPWRD adalah Nomor Wajib Retribusi yang didaftar dan menjadi identitas bagi setiap Wajib Retribusi; 89
p. Pengusaha angkutan adalah orang pribadi atau badan yang bertanggungjawab atas perusahaan angkutan umum yang telah memperoleh / memiliki izin trayek untuk mengangkut orang dengan kendaraan umum di jalan; q. Perusahaan adalah perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang dan barang dengan kendaraan umum; r. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran; s. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyakbanyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi; t. Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan lebih 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi; u. Mobil Bus Cepat adalah mobil bus yang berangkat dari terminal ke tempat tujuan tidak boleh menaikkan maupun menurunkan penumpang diperjalanan sesuai dengan timetable yang ditentukan; v. Daerah pengawasan terminal adalah merupakan daerah di luar daerah lingkungan kerja terminal yang diawasi untuk kelancaran arus lalu lintas di sekitar terminal; w. Daerah lingkungan kerja terminal adalah merupakan daerah yang diperuntukkan terhadap fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2 (1) Dengan nama Retribusi Terminal dan Angkutan Penumpang dipungut Retribusi atas jasa pelayanan dan penggunaan fasilitas terminal yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. (2) Obyek Retribusi Terminal dan Angkutan Penumpang adalah kegiatan Pemerintah Daerah dalam rangka menyediakan fasilitas terminal yang digunakan oleh kendaraan umum yang memasuki dan menggunakan fasilitas terminal. (3) Subyek Retribusi Terminal dan Angkutan Penumpang adalah setiap orang atau badan hokum yang bertanggungjawab terhadap kendaraan umum yang memasuki dan / atau menggunakan fasilitas terminal. (4) Retribusi Terminal dan Angkutan Penumpang tergolong sebagai retribusi jasa umum. 90
BAB III DASAR PUNGUTAN DAN TARIF RETRIBUSI Pasal 3 (1) Setiap kendaraan umum baik mobil penumpang maupun bus yang melayani rute perjalanan wajib memasuki terminal sesuai table trayek yang telah ditetapkan dalam izin trayek atau kartu pengawas. (2) Setiap memasuki terminal sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini wajib dikenakan retribusi. (3) Tata cara pemungutan, bentuk dan macam tanda bukti pembayaran retribusi ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 4 Besarnya tariff retribusi dimaksud pada Pasal 3 ayat (2) Peraturan Daerah ini ditetapkan sebagai berikut : a. Mobil Bus Cepat yang memiliki tempat duduk 30 (tiga puluh) buah atau lebih ditetapkan sebesar Rp 1.000,- (seribu rupiah) untuk setiap kali masuk terminal. b. Mobil Bus Lambat yang memiliki tempat duduk kurang dari 30 (tiga puluh) buah ditetapkan sebesar Rp 750,- (tujuh ratus lima puluh rupiah) untuk setiap kali masuk terminal. c. Mobil Non Bus ditetapkan sebesar Rp 500,- (lima ratus rupiah) untuk setiap kali masuk terminal. d. Mobil angkutan barang / pick up dan sejenisnya ditetapkan sebesar Rp 500,- (lima ratus rupiah) untuk setiap kali masuk terminal. e. Mobil angkutan pedesaan / mobil mikrolet dan sejenisnya ditetapkan sebesar Rp 500,- (lima ratus rupiah) untuk setiap kali masuk terminal. BAB IV TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 5 (1) Pengadaan TPR dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tapin sesuai dengan kebutuhan yang diajukan oleh Dinas Perhubungan dengan cara pemberian kupon Tanda Pembayaran Retribusi (TPR) yang harus dilakukan secara tunai. (2) Petugas diwajibkan menyetor hasil pungutan retribusi secara bruto ke Kas Daerah dalam waktu 1 (satu) kali 24 jam sejak diterimanya retribusi. 91
Pasal 6 (1) Mobil Bus Cepat, Mobil Bus Lambat dan Non Bus yang masuk terminal wajib menyerahkan TPR kepada petugas, dan selanjutnya diserahkan kepada petugas Dinas Pendapatan di Terminal untuk diadministrasikan (dicatat, dibukukan dan disimpan);. (2) Petugas yang ditunjuk dan petugas Dinas Pendapatan mengatur ketentuan tentang laporan penyerahan TPR kepada Dinas Pendapatan disertai Berita Acara. (3) Pemerintah Daerah mengadakan perhitungan dan mentransfer uang yang menjadi hak Daerah berdasarkan TPR yang diperoleh. BAB V PERSYARATAN TPR Pasal 7 Persyaratan pengadaan TPR ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan perraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 8 Setiap seri TPR yang dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan berlaku untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Pasal 9 Dinas Pendapatan wajib membuat laporan bulanan kepada Bupati selambatlambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Pasal 10 Pemberian insentif terhadap petugas pelaksana pemungut TPR diatur dengan Keputusan Bupati. 92
BAB VI KETENTUAN LARANGAN Pasal 11 (1) Di dalam Daerah Lingkungan Kerja Terminal dilarang : a. menempatkan atau memarkir kendaraan atau mobil penumpang umum di luar tempat yang disediakan untuk itu; b. mengadakan kegiatan usaha tanpa izin; c. mendirikan, merubah dan membongkar bangunan tanpa izin; d. memasuki atau berada di dalam terminal bagi mereka yang bertujuan atau dapat diduga bertujuan untuk menimbulkan kekacauan atau gangguan ketertiban umum; e. memasuki atau berada di dalam terminal bagi mereka yang menderita suatu penyakit yang dapat mengganggu kesehatan atau ketenangan umum; f. melakukan pungutan di luar ketentuan yang berlaku. (2) Setiap kendaraan penumpang umum dilarang berpangkal sementara selain di tempat-tempat yang telah ditentukan baik berupa bangunan halte atau shelter atau tempat-tempat yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas sebagai tempat pemberhentian kendaraan penumpang umum. BAB VII TANGGUNGJAWAB Pasal 12 (1) Pemerintah Daerah bertanggungjawab terhadap pengelolaan terminal. (2) Tanggungjawab pengelolaan terminal secara teknis menjadi tugas Dinas Perhubungan. BAB VIII PEMUSNAHAN Pasal 13 Pemusnahan sisa TPR sebagai benda berharga dilaksanakan oleh Bupati Cq. Dinas Pendapatan dengan disaksikan oleh unsure Badan Pengawasan Daerah dengan membuat Berita Acara Pemusnahan yang ditandatangani oleh kedua unsure tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku. 93
BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 14 Pembinaan dan pengawasan untuk melaksanakan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 15 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam peraturan daerah ini karena kealpaan diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling lama Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah). (2) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam peraturan daerah ini karena sengaja diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling lama Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah). (3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) pasal ini adalah tindak pidana pelanggaran. BAB XI PENYIDIKAN Pasal 16 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberikan wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau Laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah tersebut; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; 94
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan, melakukan penggeladahan untuk mendapatkan bukti tersebut; e. bahan bukti pembukuan, pencatatan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; g. menyuruh berhenti dan melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; i. memanggil seseorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah menurut hokum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 18 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapin Nomor 04 Tahun 1993 tentang Pemungutan Retribusi Terminal Angkutan Penumpang Dalam Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tapin dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. 95
Pasal 19 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tapin. Disahkan di Rantau pada tanggal 30 Desember 2003 BUPATI TAPIN, Ttd IDIS NURDIN HALIDI Diundangkan di Rantau pada tanggal 2 Januari 2004 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TAPIN, Ttd Drs. H. HURIANSYAH, MM. NIP. 540003853 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2004 SERI C NOMOR SERI 01 96