BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dari system reproduksi wanita. Pengetahuan kesehatan reproduksi sebaiknya dilakukan sejak remaja, karena sesorang akan dapat mengenali kelainan pada kesehatan reproduksinya sedini mungkin, terutama tentang menstruasi (Kinanti, 2009, p.54). Remaja merupakan sumber daya pembangunan yang sangat berharga sebagai calon generasi penerus yang akan mengemban dan melestarikan citacita perjuangan dan pembangunan bangsa. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Demak tahun 2010, ada 22,4% dari jumlah penduduk Kabupaten Demak adalah remaja dengan umur antara 10-19 tahun dan 11,2% diantaranya adalah remaja putri (BPS, 2010). Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat pesat, baik fisik maupun psikologis. Pada perempuan sudah mulai terjadinya menstruasi dan pada laki-laki sudah mulai mampu menghasilkan sperma (Hurlock, nd, p. 128 ; Proverawati & Misaroh, 2009, p.2). 1
2 Menstruasi atau haid adalah suatu kejadian perdarahan melalui vagina seorang perempuan sehat, yang terjadi sejak usia belasan tahun dan merupakan pertanda sudah memasuki akil balik. Haid berlangsung sejak datang pertama kali sampai berhenti pada masa menopause. Haid pertama kali pada umur sekitar 11-14 tahun dan berhenti pada masa menopause sekitar umur 50- an (Yatim, 2001, p.3). Pada saat menstruasi biasanya disertai rasa sakit yang hebat dan kram, yang biasa disebut dengan dysmenorrhea. Dysmenorrhea adalah rasa tidak enak di perut bagian bawah sebelum dan selama haid serta sering kali rasa mual sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari (Kasdu, 2008: p.11 ; Sarwono, 2006 : p.229). Upaya penanganan dysmenorrhea saat menstruasi, terdapat beberapa terapi yaitu dengan menggunakan obat-obat anti sakit (analgetic). Obat-obat penghambat pengeluaran hormon prostaglandin seperti aspirin, endomethacin dan asam mefenamat. Selain dengan terapi, penanganan dysmenorrhea dapat juga dilakukan dengan melakukan gaya hidup yang sehat misalnya olahraga ringan, mengkonsumsi makanan yang berserat, serta mengurangi kadar gula dan kafein. Apabila gangguan dysmenorrhea semakin parah, maka harus berkonsultasi dengan dokter (Yatim, 2001 : p.24 ; Kasdu, 2008 : p.15). Angka kejadian nyeri menstruasi (dysmenorrhea) di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami dysmenorrhea. Di Amerika angka presentasenya sekitar 60% dan di Swedia
3 sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan produktif yang tersiksa oleh dysmenorrhea. Angka kejadian (prevalensi) dysmenorrhea berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif (Proverawati & Misaroh, 2010, p.83 ). Menurut Yetti (2005) berdasarkan hasil penelitiannya pada remaja kelas II di SLTP 12 Semarang, didapatkan dari 53 siswi yang mengalami dysmenorrhea sebanyak 35 siswi (66,0%), sedangkan menurut Purnamawati (2005) berdasarkan hasil penelitiannya pada remaja putri di Desa Ngemplak Wetan Karanganyar Demak, didapatkan dari 32 remaja yang mengalami dysmenorrhea sebanyak 17 remaja (53,1%). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak tahun 2010, dysmenorrhea belum diklasifikasikan. Kejadian dysmenorrhea di Kabupaten Demak masuk pada lain-lain dalam data PMS (Penyakit Menular Seksual), yaitu 26797 jiwa (29,8%). Sedangkan pada kecamatan Mranggen, lain-lain masuk dalam data PMS (Penyakit Menular Seksual) sebanyak 374 jiwa (1,4%) (Dinkes, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan Nafiroh (2010) di MTs NU Mranggen Kabupaten Demak, terdapat 36 siswi (78,3%) dari 46 responden berpengetahuan kurang tentang dysmenorrhea, seperti pengertian, waktu terjadinya, faktor penyebabnya, tanda dan gejala, serta upaya penanganan dari dysmenorrhea. Hal itu terjadi kemungkinan dari tidak adanya pendidikan kesehatan reproduksi di MTs NU Mranggen Kabupaten Demak. Pengetahuan kesehatan reproduksi hanya didapatkan dari mata pelajaran Biologi, itu pun
4 hanya membahas tentang anatomi hewan, tumbuhan dan susunan anatomi organ reproduksi manusia beserta fungsinya. Tidak membahas permasalahanpermasalahan yang menyertai sistem reproduksi. Dari data tersebut, maka pendidikan atau penyuluhan kesehatan di sekolah tersebut penting dilakukan, terutama masalah kesehatan reproduksi, dan sebagainya. Hal ini dilakukan karena kemampuan memelihara dan meningkatkan kesehatan harus dikembangkan sedini mungkin, termasuk pada saat masih menjadi murid sekolah (Notoatmodjo, 2005, p.373). Dalam memberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan peneliti akan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab yaitu suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. Dengan metode tersebut banyak orang yang dapat memperoleh pengetahuan (Effendy, 1998, p.238). Menurut Notoadmojo (2003, p.17) bahwa pendidikan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi, dan atau mengajak orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat. Selain itu, pendidikan kesehatan juga untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Hal tersebut di buktikan dari hasil penelitian yang dilakukan Irmayanti (2010, p.54) pada remaja putri di Desa Wonolopo Mijen, didapatakan hasil pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan yaitu 66,7% dari 36 sampel yang diteliti berpengetahuan kurang,
5 sedangkan sesudah penyuluhan pengetahuan remaja putri meningkat menjadi 99,4% masuk dalam kategori pengetahuan baik. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian untuk meningkatan pengetahuan tentang dysmenorrhea pada siswa putri di MTs NU Mranggen Kabupaten Demak. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah pengaruh penyuluhan terhadap remaja tentang pengetahuan dysmenorrhea pada siswi di MTs NU Mranggen Kabupaten Demak? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan siswa putri tentang dysmenorrhea di MTs NU Mranggen Kabupaten Demak melalui penyuluhan. 2. Tujuan Khusus a) Mendeskripsikan pengetahuan siswa putri tentang dysmenorrhea di MTs NU Mranggen Kabupaten Demak sebelum penyuluhan b) Mendeskripsikan pengetahuan siswa putri tentang dysmenorrhea di MTs NU Mranggen Kabupaten Demak sesudah penyuluhan
6 c) Menganalisis perbedaan pengetahuan siswa putri tentang dysmenorrhea di MTs NU Mranggen Kabupaten Demak sebelum dan sesudah penyuluhan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Untuk memberikan informasi tentang dysmenorrhea saat menstruasi dalam upaya peningkatan kesehatan reproduksi remaja. 2. Bagi Pihak Institusi Pendidikan Sebagai sumber untuk penelitian selanjutnya dan untuk perkembangan ilmu pengetahuan. 3. Bagi Dinas Kesehatan Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi remaja melalui penyuluhan. 4. Bagi Peneliti Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Dysmenorrhea adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Penelitian Tentang Dysmenorrhea No Nama Judul Metode Variabel Hasil 1. Defi Deskriptif Nafiroh Gambaran Pengetahuan tentang Dismenorea pada Siswa Putri di MTs NU Mranggen Demak 2010 Satu variabel yaitu tingkat pengetahuan siswa putri tentang Dismenorea Dari 46 responden siswi MTs NU Mranggen Demak, 36 siswi (78,3%) berpengetahuan kurang, 10 siswi (21,7%) berpengetahuan baik
7 2. Anni Hanifah Muslima h Syaf Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Menstruuasi dengan menghadapi Perilaku Dismenorea di MAN 2 Garut Jawa Barat 2008 Analitik : Cross- Sectional Variabel Bebas : Perilaku Dismenorea Variabel Terikat : Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Menstruasi Ada hubungan yang signifikan antara ketiga variabel, dengan koefisien korelasi (R hitung) = 0,381 dan r tabel 0,159 dengan nilai signifikan 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 Penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan penelitian tersebut. Penelitian ini berjenis analitik. Perbedaan dengan penelitian Defi Nafiroh (2010), adalah berjenis deskriptif. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Anni (2008). Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Cross Sectional, sedangkan pada penelitian ini sama jenis analitik, namun pada penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan metode One Group Design Pretest-Postest.