BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan penyumbang pendapatan terbesar bagi Negara Indonesia. Gambar 1 menunjukkan bahwa pajak menyumbang rata-rata lebih dari 50% (lima puluh persen) pada pendapatan negara. Penerimaan pajak dari tahun 2004 hingga tahun 2015 hampir setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Gambar 1. Grafik pendapatan negara tahun 2004-2015
Pajak merupakan iuran dari rakyat yang diberikan kepada negara tanpa mendapatkan jasa timbal. Pajak bersifat wajib bagi orang pribadi maupun badan karena diatur didalam undang-undang. Pajak ini berguna untuk membiayai segala kebutuhan rumah tangga negara dan pemerataan pembangunan sehingga mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Dikarenakan penerimaan pajak memiliki peran yang sangat penting bagi negara, maka pemerintah berupaya semaksimal mungkin selalu meningkatkan penerimaannya melalui berbagai kebijakan. Sejak berlakunya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka pemerintah daerah diberikan kewenangan seluasluasnya disertai hak dan kewajiban dalam menyelenggarakan otonomi daerahnya (Halim, 2014). Pemberian kewenangan yang lebih luas ini dimaksudkan agar daerah dapat menggali kemampuan dan potensi daerahnya sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat (Nurtanzila dan Kumorotomo, 2015). Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan otonomi daerah adalah dengan dibentuknya UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Peraturan tersebut memuat kebijakan peralihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). PBB-P2 merupakan property tax yang memiliki potensi luar biasa untuk meningkatkan pendapatan, terutama di negara-negara berkembang (Kelly, 2013). Pajak ini awalnya dikelola oleh pemerintah pusat dan dibagikan
kepada pemerintah daerah dengan proporsi 64,8% dari hasil bagi PBB untuk kabupaten/kota. Namun, setelah diberlakukannya UU No 28 Tahun 2009, pengelolaan PBB-P2 seluruhnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sehingga penerimaan PBB-P2 100% milik kabupaten/kota. Alasan pokok pengalihan PBB-P2 dari pajak pusat menjadi pajak daerah menurut Pedoman Umum Pengelolaan PBB-P2 yaitu; 1) PBB-P2 bersifat lokal dan objek pajaknya tidak berpindah-pindah (immobile), 2) Pengalihan PBB-P2 ini diharapkan dapat meningkatkan PAD serta dapat memperbaiki struktur APBD, 3) Pengalihan PBB-P2 diharapkan dapat meningkatkan pelayanan masyarakat, akuntabilitas, dan transparansi dalam pengelolaan PBB-P2, 4) PBB-P2 atau Property Tax dalam praktek di banyak negara digolongkan dalam jenis local tax. Adanya peralihan PBB-P2 tersebut, menunjukkan bahwa pelaksanaan otonomi daerah semakin mapan karena pemerintah daerah diharapkan lebih mandiri dengan adanya peningkatan kemampuan fiskal daerah seiring dengan peningkatan pendapatan asli daerah melalui PBB-P2 (Munawaroh, et al., 2014). Sebagai dasar pelaksanaan pengalihan PBB-P2 tersebut, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri menetapkan peraturan bersama yaitu PMK No.213/PMK.07/2010 dan Permendagri No. 58 tahun 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah yang tertuang dalam Undang-undang No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Persiapan pengalihan PBB-P2 sebagai pajak daerah dilakukan mulai tanggal 1 Januari 2011 dan paling lambat tanggal 1 Januari 2014. Peralihan tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang
lebih baik karena pemerintah daerah lebih mengenal karakteristik wilayah dan wajib pajaknya (Munawaroh, et al., 2014). Sebagai realisasi dari amanat Undang-Undang No.28 tahun 2009, maka Pemerintah Kabupaten Jepara membuat Peraturan Daerah No.12 tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dalam rangka pengalihan PBB-P2 dari pajak pusat menjadi pajak daerah. Pengalihan tersebut resmi dilakukan sejak tanggal 1 Januari 2014. Semula pemungutan PBB-P2 dilakukan oleh KPP Pratama Jepara, namun setelah dikeluarkanya Peraturan Daerah tersebut, maka pemungutan PBB-P2 dialihkan kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Jepara. Meskipun pengalihan PBB-P2 tersebut memiliki dampak positif pada pendapatan daerah, namun implementasi pengalihan dan pengelolaannya cukup sulit. Pengelolaan pajak bumi dan bangunan atau property tax ini membutuhkan keterampilan teknis dalam menentukan dasar pengenaan pajak, pengumpulan dan pemutakhiran data tanah dan bangunan, identifikasi pembayar pajak, serta pemungutan dan penegakan pajak (Bahl dan Linn dalam McCluskey dan Bevc, 2007). Oleh sebab itu, DPPKAD Kabupaten Jepara dalam melakukan pemungutan PBB-P2 tentunya memiliki strategi untuk mengoptimalkan penerimaannya. Strategi merupakan hal yang penting sebagai arahan yang akan digunakan organsisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya (Anthony dan Govindarajan, 2011). Strategi yang diterapkan tersebut diharapkan mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemungutan PBB-P2. Menurut Halim
(2004), efektivitas merupakan gambaran kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan penerimaan PBB-P2 dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah, sedangkan efisiensi adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input). Dengan berbagai strategi yang telah diterapkan oleh DPPKAD Kabupaten Jepara, diharapkan mampu meningkatkan kontribusi PBB-P2 terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta dapat meningkatkan struktur APBN. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti permasalahan mengenai PBB-P2 dengan judul penelitian Analisis Strategi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Jepara 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan utama dalam pemungutan PBB-P2 adalah pengalihan dan pengelolaannya yang cukup sulit. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui strategi pemungutan PBB-P2 yang diterapkan oleh DPPKAD setelah adanya pengalihan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Selain itu, perlu diketahui pula tingkat efektivitas dan efisiensi dari pemungutan tersebut, serta pengaruhnya terhadap PAD dan kemandirian daerah dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui strategi pemungutan PBB-P2 yang diterapkan oleh DPPKAD Kabupaten Jepara. 2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pemungutan PBB-P2 yang diterapkan oleh DPPKAD Kabupaten Jepara. 3. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemungutan PBB-P2 yang diterapkan oleh DPPKAD Kabupaten Jepara. 4. Untuk mengetahui kontribusi PBB-P2 terhadap PAD setelah adanya pengalihan pengelolaan kepada DPPKAD Kabupaten Jepara. 5. Untuk mengetahui kemandirian keuangan Kabupaten Jepara setelah adanya pengalihan pengelolaan PBB-P2 kepada DPPKAD Kabupaten Jepara. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur perpajakan maupun akuntansi sektor publik, serta memperkaya referensi bagi pembaca. 2. Bagi Instansi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Pemerintah Kabupaten khususnya DPPKAD Kabupaten Jepara sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan arah kebijakan yang berkaitan dengan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).
1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang landasan teori dan hasil dari penelitian terdahulu. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, serta teknik pengambilan data. BAB IV PEMBAHASAN Bab ini memaparkan hasil penelitian yang didapat, baik dalam bentuk gambaran umum instansi maupun hasil perhitungan yang diperoleh. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis data, keterbatasan penelitian, serta pemberian saran kepada pihak-pihak terkait.