BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya yang signifikan mulai tahun 1990-an. Pada waktu itu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. Pariwisata telah menjadi industri yang paling cepat berkembang dan salah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan peran pemerintah pusat semakin kecil, sebaliknya pemerintah

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai aspek kehidupan. Salah satu dari perubahan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari migas, pajak, non pajak. Dana yang berasal dari rakyat dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab i PENDAHULUAN. Tingkat II yaitu Kabupaten dan Kota dimulai dengan adanya penyerahan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

HOTEL RESORT BINTANG DUA DAN PUSAT KEBUGARAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. dalam tata pemerintahan di Indonesia. Penerapan otonomi daerah di

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan daerah merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. utuh, sehingga wilayah negara Indonesia terbagi ke dalam daerah otonom.

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasannya Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. mengingat kebutuhan serta kompleksitas permasalahan yang ada saat ini.

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Desentralisasi merupakan suatu istilah yang mulai populer di Indonesia

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. landasan hukum dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang. menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004.

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan

PERAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang nantinya diharapkan dapat mendongkrak perekonomian rakyat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan pemerintah untuk rakyatnya. manusia/sdm) cenderung tidak merata yang pada akhirnya memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. salah satu prioritas pengembangan yang keberadaannya diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh Pendapatan..., Fani, Fakultas Ekonomi 2015

ANALISIS RETRIBUSI PASAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata adalah sektor yang sangat penting di dunia. Hal itu Nampak dari keseriusan berbagai negara dalam mengelola sektor pariwisata dengan tujuan supaya menjadi satu tujuan kunjungan wisata internasional dan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat setempat dan begitu pula dengan Indonesia. Pariwisata di Indonesia mulai menunjukkan perkembangannya yang signifikan mulai tahun 1990-an. Pada waktu itu perdagangan sektor migas di dunia internasional kian merosot, padahal Indonesia mengandalkan sektor migas ini untuk pembiayaan pembangunan. Maka dicarilah alternatif lain diluar sektor non migas untuk pembiayaan pembangunan yaitu sektor pariwisata. Undang-undang otonomi daerah memberikan angin segar bagi berbagai pemerintah daerah untuk dapat memajukan daerah masing-masing dengan berbagai potensi yang ada. Salah satu wujudnya beberapa kepala daerah mulai menawarkan potensi daerah sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan secara lebih luas diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Otonomi yang diberikan kepada daerah Kabupaten dan Kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. 1

2 Artinya, pelimpahan tanggung jawab akan diikuti oleh pengaturan pembagian, dan pemanfaatan serta sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Daerah dalam mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri, sudah barang tentu memerlukan biaya yang cukup besar guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Oleh karena itu daerah diberi hak dan wewenang untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerahnya sendiri. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 yang mengatur sumbersumber pendapatan daerah, yang terdiri atas: a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu terdiri dari: 1) Hasil pajak daerah 2) Hasil retribusi daerah 3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah b. Dana Perimbangan; dan c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah ( Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004) Sebagai konsekuensi kebijakan otonomi daerah maka daerah dituntut untuk menggali dan memanfaatkan segala potensi sumber daya ekonomi yang dimiliki secara optimal dalam rangka menjamin keberlangsungan pembangunan di daerah, baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun potensi ekonomi lainnya seperti potensi pariwisata daerah.

3 Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan daerah yang secara bebas dapat digunakan oleh masing-masing daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah. Tapi pada kenyataannya kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap pendapatan dan belanja daerah masih kecil. Selama ini dominasi sumbangan pemerintah pusat kepada daerah masih besar. Oleh karenanya untuk mengurangi ketergantungan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah perlu berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang salah satunya dengan penggalian potensi daerah. PAD yang merupakan gambaran potensi keuangan daerah pada umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah. Berkaitan dengan pendapatan asli daerah dari sektor retribusi, maka daerah dapat menggali potensi sumber daya alam yang berupa obyek wisata. Pemerintah menyadari bahwa sektor pariwisata bukanlah merupakan sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan daerah, tetapi berpotensi dalam meningkatkan PAD. Untunglah di Indonesia ini masih mempunyai potensi alam dan seni budaya yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan oleh daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Bidang pariwisata di era globalisasi sekarang ini, merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini dicanangkan selain sebagai salah satu sumber penghasil devisa yang cukup andal, juga merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi.

4 Untuk mengembangkan sektor ini pemerintah berusaha keras membuat rencana dan berbagai kebijakan yang mendukung kearah kemajuan sektor ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah menggali, menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan. Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai penghasil devisa, meratakan dan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, memperkokoh persatuan, dan kesatuan, serta mengenal budaya bangsa. Seperti yang telah diamanatkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999, bahwa mengembangkan pariwisata, melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris dengan menggunakan criteria ekonomi, teknis, argonomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan. (TAP MPR No.IV/MPR/1999) Dalam pembangunan kepariwisataan tetap dijaga terpeliharanya kepribadian bangsa dan kelestarian serta mutu lingkungan hidup. Pembangunan kepariwisataan dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan sektor-sektor pembangunan lainnya serta antara berbagai usaha kepariwisataan yang kecil, menengah dan besar agar saling menunjang. Sebagai industri perdagangan jasa, kegiatan pariwisata tidak terlepas dari peran serta pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemerintah bertanggung jawab atas empat hal utama yaitu perencanaan (planning) daerah atau kawasan pariwisata, pembangunan (development)

5 fasilitas utama dan pendorong pariwisata, pengeluaran kebijakan (pollicy) pariwisata, dan pembuatan dan penegakan peraturan (regulation). Selain peran pemerintah sebagai fasilitator ternyata peran masyarakat juga sangat berpengaruh di mana masyarakat merupakan sekelompok orang yang berada di suatu wilayah geografi yang sama dan memanfaatkan sumber daya alam lokal yang ada di sekitarnya. Pada negara-negara maju dan berkembang, pada umumnya pariwisata dikelola oleh kalangan swasta yang memiliki modal usaha yang besar yang berasal dari luar daerah dan bahkan luar negeri. Sehingga masyarakat lokal yang berada di suatu daerah destinasi atau tujuan pariwisata tidak dapat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata. Ketidakterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan pariwisata sering menimbulkan opini bahwa masyarakat lokal bukan termasuk stakeholders dari pariwisata dan merupakan kelompok yang termarjinalisasi dari kesempatan bisnis dalam bidang pariwisata. Perkembangan lingkungan yang cepat yang memunculkan hambatanhambatan yang tak terduga dan tantangan-tantangan besar di bidang pariwisata, seperti krisis moneter, pergolakan politik, teror bom, globalisasi serta adanya bencana alam yang tak terduga semakin menuntut penanganan yang serius dari pemerintah daerah bersama dengan masyarakat dan para pelaku wisata yang ada. Pada dasarnya masyarakat lokal memiliki pengetahuan tentang fenomena alam dan budaya yang ada di sekitarnya. Namun mereka tidak memiliki kemampuan secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk

6 mengelolanya atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang berbasis alam dan budaya. Sejak beberapa tahun terakhir ini, potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat lokal tersebut dimanfaatkan oleh para pengelola wilayah yang dilindungi (protected area) dan pengusaha pariwisata untuk ikut serta dalam menjaga kelestarian alam yang ada didaerahnya. Sehingga diharapkan masyarakat lokal harus terlibat secara aktif dalam pengembangan pariwisata. Pariwisata juga diharapkan memberikan peluang dan akses kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan usaha pendukung pariwisata seperti; toko kerajinan, toko cinderamata (souvenir), warung makan dan lain-lain agar masyarakat lokalnya memperoleh manfaat ekonomi yang lebih banyak dan secara langsung dari wisatawan yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidupnya. Tingkat keterlibaan masyarakat dalam pariwisata sangat berbeda dan ini tergantung dari jenis potensi, pengalaman, pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh individu atau masyarakat lokal tersebut. Kabupaten Magetan merupakan salah satu daerah yang dianggap mempunyai potensi daerah yang dapat digunakan sebagai penyelenggara obyek pariwisata. Dimana pariwisata sebagai salah satu potensi unggulan di Kabupaten Magetan membutuhkan pengelolaan yang baik dan terencana agar memperoleh hasil yang optimal bagi daerah dan layak menjadi potensi unggulan yang dibanggakan. Hal ini dapat disajikan dalam Tabel 1.1.

7 Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Retribusi Obyek Wisata Telaga Sarangan di No Kabupaten Magetan, Tahun Anggaran 2011-2015 Tahun Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase Realisasi (%) Persentase Kenaikan per tahun (%) 1 2011 2.507.796.000 2.552.845.000 101,80% - 2 2012 3.754.396.000 3.914.516.000 104,26% 153,34% 3 2013 4.846.142.000 4.902.613.000 101,17% 125,24% 4 2014 5.000.000.000 5.357.537.500 107,15% 109,28% 5 2015 6.000.000.000 6.425.779.500 107,10% 119,94% Sumber : Dispenda Kab. Magetan, 2016 Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan retribusi obyek wisata Telaga Sarangan di Kabupaten Magetan dari tahun anggaran 2011-2015 selalu melebihi target yang ditentukan dan mengalami kenaikan tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan Kabupaten Magetan memiliki banyak potensi wisata yang sudah berkembang maupun yang bisa di kembangkan dan faktor penunjang bagi perkembangannya. Potensi wisata tersebut di antaranya: Telaga Sarangan, Telaga Wahyu, Air Terjun Pundak Kiwo, Air Terjun Tirtosari, Cemorosewu dan masih banyak obyek wisata lain yang masih dalam taraf pengembangan. Faktor-faktor penunjangnya antara lain meliputi: Bandara Iswahyudi, jasa penginapan dan restoran, sarana transportasi jalur lintas yang strategis yang menghubungkan kota-kota besar lainnya seperti Madiun, Surabaya, Surakarta, serta sarana komunikasi yang memadai. Pengembangan terhadap sektor ini telah menyumbangkan sejumlah penambahan bagi pendapatan daerah. Sumbangannya masih minim dibanding

8 sektor-sektor lain seperti industri pengelolaan dan perdagangan, sehingga perlu usaha pengembangan yang lebih intensif. Selama ini pengelolaan pariwisata oleh pemerintah daerah Kabupaten Magetan berada di bawah wewenang Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata. Dinas ini merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap perencanaan, pengembangan, serta peraturan dan mengadakan pembinaan terhadap industri kepariwisataan di daerah secara menyeluruh. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata dalam menjalankan tugasnya memandang perlu adanya rencana strategis yang handal untuk menghadapi perubahan yang terjadi di dunia pariwisata dan pemasaran serta peningkatan kunjungan wisatawan baik domestik maupun wisatawan asing ke Kabupaten Magetan. Kabupaten Magetan merupakan salah satu daerah yang dianggap mempunyai potensi daerah yang dapat digunakan sebagai penyelenggara obyek pariwisata. Dimana pariwisata sebagai salah satu potensi unggulan di Kabupaten Magetan membutuhkan pengelolaan yang baik dan terencana agar memperoleh hasil yang optimal bagi daerah dan layak menjadi potensi unggulan yang dibanggakan. Jumlah pengunjung atau wisatawan yang datang ke objek wisata Telaga Sarangan di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, selama momentum liburan Natal 2015 dan tahun baru 2016, tercatat mencapai 109.000 orang. Jumlah kunjungan yang membludak tersebut, lanjutnya, telah membuat perolehan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor wisata Telaga

9 Sarangan Magetan tahun 2015 melampaui target yang ditentukan dan bahkan surplus. Data Diparbudpora Magetan mencatat, PAD objek wisata Telaga Sarangan ditarget pemkab setempat sebesar Rp6,2 miliar. Pada kenyataannya, PAD Telaga Sarangan mampu mencapai Rp6,6 miliar, atau terjadi surplus sebanyak Rp400 juta. Capaian PAD Telaga Sarangan yang telah melampaui target tersebut, telah berhasil diperoleh sejak sebelum akhir bulan Desember 2015, yakni mencapai 101 persen dari target (Diparbudpora Magetan, 2016). Guna mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan ke Magetan dan Telaga Sarangan pada umumnya di tahun mendatang, Pemkab Magetan terus berbenah dan berupaya agar Magetan dan Telaga Sarangan nyaman dikunjungi. Diantaranya dengan melakukan berbagai strategi pengembangan wisata Telaga Sarangan dalam meningkatkan PAD Kabupaten Magetan salah satunya dengan cara melengkapi fasilitas dan infrastruktur di daerah wisata Telaga Sarangan yang diharapkan mampu membuat nyaman dan menarik wisatawan berkunjung dan masih terdapat beberapa strategi pengembangan lainnya yang akan dibahas dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: Analisis Strategi Pengembangan Wisata Telaga Sarangan dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Magetan.

10 B. Rumusan Masalah Bertolak dari kondisi di atas maka penelitian ini akan melihat lebih jauh tentang analisis strategi pengembangan wisata Telaga Sarangan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Magetan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor-faktor apa yang mendorong dan menghambat dalam pengembangan potensi obyek wisata Telaga Sarangan untuk meningkatkan PAD Kabupaten Magetan? 2. Bagaimana strategi pengembangan wisata Telaga Sarangan yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten Magetan dalam rangka mengembangkan potensi obyek wisata Telaga Sarangan untuk meningkatkan PAD Kabupaten Magetan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mendorong dan menghambat dalam pengembangan potensi obyek wisata Telaga Sarangan untuk meningkatkan PAD Kabupaten Magetan. 2. Untuk mengetahui strategi pengembangan yang dilakukan oleh Pemda Kabupaten Magetan dalam rangka mengembangkan potensi obyek wisata Telaga Sarangan untuk meningkatkan PAD Kabupaten Magetan.

11 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain : 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu pertimbangan bagi Pemda Kabupaten Magetan khususnya Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan upaya meningkatkan PAD Kabupaten Magetan melalui sektor pariwisata. 2. Manfaat Teoritis Penelitian ini akan memberikan sumbangan pustaka dan bukti empiris bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada masalah meningkatkan PAD Kabupaten/kota melalui sektor pariwisata..