Puisi/Poems Hubbi Saufan Hilmi Kuseka Gerimis dari Matamu Kuseka gerimis dari matamu Yang terus saja ngalir Jadi macam kesedihan Kenangan acap kali seperti tak diharapkan Hanya bikin sendu pagi-pagi Yang terus saja mendung Dan gerimisnya adalah rerintik ingatan Di pagi ini gerimis masih saja Ngalir dari dua bola matamu Rona wajahmu masih memendam sendu Dan biar kuseka gerimis Yang rerintiknya adalah ingatan puisi Dinda Dinda bersua dan berjumpa tanpa terencana saat langit bengawan dilukis sang mega hati menggumam, indahnya dua kelopak diwajahnya penuh kata dan makna, bak mentari di puncak sabana ucapmu pun setipis embun di pagi buta indah dimata mu elok dan tanpa duka duka realita yang kau bungkus suka lara yang kau balut canda gelak tawa kagumku akan cara dan semua cerita dari massa ke massa yang pernah kau coba dari angkuhnya dunia dan seisinya dari kata dan prakata yang menyayat jiwa ISSN 2206-0596 (Online) 81
Hilmi kau menumbuhkan rasa tanpa waktu lama rasa yang aku pun awalnya tak percaya akan adanya iya... rasa itu cinta dan cita dan tuhan aku hanya berdoa semoga benar dia yang terbaik seorang gadis metropolitan Sumatera Mei, 2016 A Tawa dimatamu membatin terasa Senyum dibibirmu menguraikan air mata Merdu sapamu menundukkan sang Raja Hangat hembusmu mencairkan segalanya Pandangi bibir dan matamu tertawa bersama Tanpa rasa duka yang oleh ku pun tak pernah terduga Segala yang kau sembunyikan dalam suka Tegar, manja namun luar biasa perkasanya Cerita yang digariskan tuhan pada mu Walau tak pernah terbayangkan Dan tentu saja tak ingin kau cita-citakan Kisahmu yang sebenarnya membuatku merasa sempurna Hadirmu tak terduga dan bersuapun tak pernah terencana Semuanya menjadi sungguh penuh warna Ketika kau selayaknya tamu tanpa diundang Membenahi dan membangun kembali reruntuhan yang telah porakporanda Ketika jemari-jemari saling melengkapi dan melingkari Ketika mata terpejam kala bibir bertemu Ketika jemari membelai indahnya mahkotamu Dan ketika mendekap detak jantungmu Mencipatakanku menjadi sekali lagi manusia yang sempurna Sesempurna melihat senyum dan indah bola matamu a 82
Kata-kata Kata untuk berkata Berkata untuk apa ketika kata itu apa adanya Walapun kata sesuai data Walaupun kata sesuai fakta Namun hanyalah sebuah kata-kata Harus bagaimana bekata Agar kata tidak dibibir saja Agar kata bermakna Agar kata terpercaya Agar kata menjadi logika Kata memang kata-kata Ketika berkata dari mata Sang Pemilik Surga Hening dalam riuknya Yogyakarta bening sayu tatapan menusuk mega Dalam benak selalu bertanya dan berkata Bagaimana, dan seperti apa disana Solo balapan pijakan pertama di kota ini Ramah nan halus katanya Salah satu etnis termuka seantero negeri Pertanda Supersemar pun harapan masa depan nanti Menjaga titipan semangat dari yang tersayang Yang terbaik dan yang terindah Dalam hidup bahkan matipun jua Yang melahirkan hamba tuhan Merekah di bibir senyuman itu Mata berkaca hati pun teriris sembilu Merindukan senyum, suara mu nan merdu Aku disini merindukanmu ISSN 2206-0596 (Online) 83
Hilmi Wahai sang pemilik surga di bawah telapak kaki Namun Memang Ucapan dan tuturmu bak pelangi di siang hari Mengibaskan keindahan sekalian mata terpana Mata yang hanya menanti seputih kain kafan Sesuci embun di pagi hari Sebening tatapan mata sang terlunta-lunta Namun memang Ucapan dan tutur hanyalah angin yang terhempas di sore hari Terhempas di ranting-ranting pepohonan Menggugurkan daun dan harapan untuk berbunga Menghembuskan semerbak wangi tak bertepi Namun memang Lubuk yang terdalam dihiasi jamur tuturan itu Jamur yang tak tahu tumbuh dan berkembang untuk apa Jamur yang selalu membuat pikiran tak mendengarkan hati Jamur yang selalu membuat telinga hanya mendengar tanpa melihat Berbekas Terlepas walau sudah berbekas Memang pantas untuk dilepas Dan lenyaplah tanpa bekas Guritan yang tak terbalas Sayatan sembilu terasa pedas Omongan yang tak berbekas Ucapan yang tak sempat tuntas Setiap detik yang tak sempat tertulis dalam kertas Diragukannya langkah dan tatapan yang tak berbalas 84
Sepi Aku datang untuk pergi hanya untuk pergi Datang dengan berjuta mimpi-mimpi Datang dengan senyum perih tak bertepi Setetes butiran hinggap di pipi Saat aku sentuh salah satu bagian ciptaan yang Illahi Saat lingkaran perak mencipta sebuah janji suci Sebuah janji suci yang menguatkan hati Janji suci yang menenteramkan jiwa dan raga ini Dan janji suci itu pun yang menghianati diri Ketika diri tecambuk kelut dan sepi Sepi yang sesaat meramaikan otak kiri Dan sepi yang menjadikan diri seorang diri Surakarta, Oktober 2016 Hubbi Saufan Hilmi lahir tanggal 9 Maret 1991 di dusun Montong Meong desa Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pedidikan Sarjana ditempuh di Universitas Muhammadiyah Mataram setelah lulus pada tahun 2014 dan melanjutkan S2 di Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Tulisannya berupa artikel ilmiah pada pada seminar-seminar nasional diantaranya yang dilaksanakan di Universitas Sebelas Maret, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta dan seminar internasional di Universitas Diponegoro Semarang Jawa Tengah. ISSN 2206-0596 (Online) 85