BAB I PENDAHULUAN. manusia diciptakan untuk saling berdampingan dalam setiap urusan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempermudah proses transaksi jual beli. Harga juga berpengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Adanya kebutuhan hidup manusia merupakan sesuatu alami (fitrah) yang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain disebut muamalat. 1. dibenarkan (syara ). Jual beli pada dasarnya dibolehkan oleh ajaran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sepeda motor yang di jual di beberapa showroom, baik secara tunai

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pembangunan yang semakin berkembang seperti sekarang. ini, pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. setiap konsumen dalam menggunakan suatu barang atau jasa. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Adapun firman Allah tentang jual beli terdapat dalam QS. An-Nisa ayat 29

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

PERJANJIAN E-COMMERCE DITINJAU DARI HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kebutuhan hidupnya, dan yang akan menjamin akan. meliputi bidang aqidah, akhlak dan muamalat. 1

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. merasakannya. Begitu pula bisa membaca Al-Qur an dengan fasih dan benar

BAB I PENDAHULUAN. baik (thoyib) karena dalam Alquran Allah SWT telah memerintahkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya keterampilan membaca sangat memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1 2 Ibid, hlm. 2 3 Sukarno Wibowo, Dedi Supriadi, Ekonomi Mikro Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang disebut hablum minallah dan yang kedua bersifat horizontal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian yang pesat di indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

A. Latar Belakang Masalah

STUDY KASUS TENTANG WANPRESTASI PEMESANAN BARANG ANTARA C.V SUMBER JATI BATANG DENGAN TIGA PUTRA WELERI

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV. Analisis Hukum Islam Terhadap Penjualan Obat Generik Melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) Pada Tiga Apotek di Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK TRANSAKSI BISNIS DI PASAR SYARIAH AZ-ZAITUN 1 KUTISARI SELATAN TENGGILIS MEJOYO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

PROFIT ORIENTED VS BERKAH ORIENTED

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses sosial dan manajemen. Dalam proses itu, individu-individu atau kelompokkelompok

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran Islam merupakan ajaran yang lengkap dan sempurna, sehingga. dalam masalah muamalah (hubungan antar makhluk) dibahas secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI GETAH KARET DI LINGKUNGAN UJUNG LOMBANG KELURAHAN LANGGA PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB IV METODE FULL COSTING DALAM PENETAPAN HARGA JUAL PADA USAHA KERUPUK RAMBAK DWIJOYO

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

PERSAINGAN BISNIS RITEL ANTARA INDOMARET DAN ALFAMART DALAM PERSPEKTIF MARKETING MIX (STUDI KASUS DI GENUK KOTA SEMARANG) SKRIPSI

BAB IV. Surat Keputusan Pemkot Surabaya tentang Ijin Pemakaian Tanah (IPT/ berwarna ijo/surat ijo) dengan cara sewa tanah negara yang dikuasai Pemkot

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan ini disebut sebagai muamalah. Muamalah ialah hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. transfer barang dan jasa yang dimiliki oleh setiap objek ekonomi tersebut. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dapat dilihat melalui angka pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. hubungan di antaranya, pertama hubungan yang bersifat vertikal, yaitu hubungan

BAB I PENDAHULUAN. pasar dunia mengalami keruntuhan/degresi dan mempengaruhi sektor lainnya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

LUTHFI AL FARUQI

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Dalam menjalani kehidupan, manusia pun dimotivasi oleh kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil. pembangunan yang telah dicapai. Di sektor-sektor penting dalam

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

Dan juga dalam Q.S An-Nisa;

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB I PENDAHULUAN. Anak dalam Islam adalah sebagai makhluk ciptaan Allah swt. yang. berkedudukan mulia dan dalam keluarga dia memiliki kedudukan yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH MUSLIM DAN NON MUSLIM TERHADAP TRANSAKSI PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Ikin Ainul Yakin

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

KATA PENGANTAR. Skripsi ini dengan judul Kontribusi Pemikiran Adiwarman Karim Terhadap

BAB I PENDAHULUAN. manusia saja hewan serta tumbuhanpun juga memerlukan makanan, sebab makanan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkannya seorang individu harus menukarnya dengan barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dan dengan pihak yang kelebihan dana

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Klausula baku yang dipergunakan dalam praktek bisnis di masyarakat,

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional yang membuka sistem baru dengan membuka bank. berpengaruh dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. informasi seperti sekarang ini. Perkembangan teknologi dan informasi ini telah

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang lain dan mengabstraksikan ciri-ciri yang sama dari objek-objek tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara satu manusia dengan manusia yang lain. Didalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini banyak sekali bermunculan produk asuransi berbasis

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tuntutan yang fundamental yang dihadapi oleh suatu. masyarakat adalah bertahan hidup (survive) atau mempertahankan

BAB I PENDAHULAN. tersebut diperkuat dengan salah satu misi Kota Batu tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

BAB I PENDAHULUAN. SWT dengan di beri banyak kelebihan dibandingkan makhluk lainnya, di

BAB I PENDAHULUAN. juga semakin meningkat. Untuk mencari lapangan pekerjaan juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam merupakan sekumpulan atau undang-undang yang mengatur perilaku

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang paling penting karena yang mampu memahami, meneladani, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik.

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERAN STRATEGIS UED

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan. Dalam melaksanakan kehidupan ini manusia tidak bisa berdiri

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial pada hakikatnya tidak bisa menjalani kehidupan secara sendiri. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan orang lain untuk menjalani hidup. Untuk kegiatan sehari-hari, manusia dalam memenuhi kebutuhanya tidak lepas dari bantuan orang lain, bahkan dalam urusan yang paling sederhana sekalipun. Dengan demikian, manusia diciptakan untuk saling berdampingan dalam setiap urusan. Dalam Islam, prinsip utama dalam kehidupan umat manusia adalah Allah SWT, yang mana merupakan Dzat Yang Maha Esa. Sementara itu, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna. 1 Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjalankan tugas di dunia sebagai khalifah di bumi sebagai suatu bentuk pengabdian kepada sang pencipta. Sebagai khalifah di bumi, manusia harus bisa menjaga bumi dan seisinya serta memberdayakan segala sesuatu yang ada di bumi. Untuk memberdayakan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, manusia yang merupakan makhluk sosial tidak bisa melakukannya tanpa bantuan orang lain, terutama dalam kegiatan ekonomi. Ekonomi merupakan salah satu hal yang sangat melekat pada kehidupan manusia mulai dari zaman sebelum Islam sampai datangnya ajaran agama hal. 3 1 Adiwarman Azar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 1

2 Islam, bahkan hingga saat ini. Karena tanpa adanya kegiatan ekonomi, manusia akan sulit dalam menjalani kehidupanya. Dengan kegiatan ekonomi, manusia bisa memenuhi kebutuhanya, yang salah satunya dengan cara bertransaksi dengan orang lain. Dengan semakin berkembangnya zaman, banyak berbagai macam transaksi yang dapat kita jumpai, terutama dalam hal transaksi jual beli. Ketika melakukan transaksi jual beli, hal yang sangat utama ialah mengenai harga dari suatu barang dalam jual beli. Harga merupakan suatu komponen yang sangat penting ketika melakukan transaksi jual beli atau kegiatan perdagangan. Dengan adanya harga, kegiatan perdagangan akan semakin lengkap mengingat salah satu tujuan dari berdagang ialah mencarai keuntungan. Dalam menentukan harga, para pelaku ekonomi tentunya akan menyamakan dengan harga pasaran yang berlaku, dimana hal tersebut telah ditetapkan oleh pemerintah yang ada di suatu wilayah. Dalam ilmu ekonomi, konsep pembentukan harga terjadi berdasarkan kondisi pasar tempat bertemunya permintaan dan penawaran. Pada negara dengan sistem ekonomi bebas, pembentukan harga tersebut digunakan dan berjalan alami tanpa intervensi pemerintah. Namun sebaliknya, di negara dengan sistem ekonomi sosialis menggunakan intervensi harga dimana pemerintah campur tangan dalam menentukan tingkat harga 2. Kedua konsep ekonomi tersebut merupakan konsep dari ekonomi konvensional, yang mana 2 Asma Nabila, Konsep Harga Dalam Islam, www.kompasiana.com/asmanabila/konsep-hargadalam-islam, Diakses pada tanggal 8 September 2017 Pkl. 17.32 WIB.

3 dalam menetapkan harga semata untuk mendapatkan keuntungan dalam berdagang. Sementara itu, ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam yang merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan. 3 Hal tersebut juga berlaku dalam menetapkan harga, baik ketika menurunkan atau menaikkan harga suatu barang/jasa. Penentuan harga dalam Islam didasarkan pada pembentukan harga yang alami antara permintaan dan penawaran. Penetapan harga yang didasarkan pada permintaan dan penawaran bertujuan untuk menjaga keadilan terhadap semua umat manusia dan supaya tercapai harga yang adil. Hal demikian juga dijelaskan dalam QS. An-Nisaa ayat 29. Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. 4 Dengan demikian, pemerintah dilarang menetapkan harga barang/jasa, sebab ketentuan harga tergantung pada hukum permintaan dan penawaran. 3 P3EI, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 13. 4 QS. An-Nisaa Ayat 29, Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2007), hal. 83.

4 Meskipun penetapan harga telah didasarkan pada permintaan dan penawaran, tidak sedikit pelaku ekonomi yang menetapkan harga atas dasar keinginanya sendiri dan demi mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memikirkan dampaknya. Banyak dari mereka yang tidak memperdulikan dampak yang akan dihadapinya kelak di akhirat. Hal semacam itu sering dijumpai di tempat-tempat yang justru ramai dikunjungi oleh orang-orang pendatang, dengan kata lain orang-orang yang bukan penduduk asli di wilayah yang dikunjungi. Tempat tersebut antara lain seperti tempat wisata, terminal, bandara, bahkan stasiun sekalipun. Di tempat-tempat yang telah disebutkan di atas merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh banyak orang. Di tempat-tempat tersebut sangat sering dan menjadi sasaran para pedagang untuk meraup keuntungan yang sebesarbesarnya, terutama dalam hal harga makanan. Makanan yang dijual sebenarnya sama dengan yang dijual di luar area tersebut. Terkadang kualitas dan juga porsi yang ada di tempat tersebut kurang diperhatikan. Yang menjadi tujuan utama para pedagang di wilayah itu ialah mendapatkan untung yang besar. Salah satu tempat yang digunakan untuk melakukan tindakan yang di maksud di atas ialah tenant yang berada di dalam stasiun kereta api. Salah satu makanan yang dijual yaitu nasi goreng dijual dengan harga dua kali lipat dari harga pada umumnya. Jika diteliti lagi dengan melihat teori yang ada, dalam Islam hal tersebut perlu dilakukan pembenahan. Dalam ekonomi Islam, sangat menjunjung tinggi nilai keadilan. Sebagai umat Islam, dalam menetapkan suatu harga makanan harus mengedepankan keadilan bagi konsumenya.

5 Salah satu pendapat dari penumpang kereta api di stasiun Tulungagung, ketika hendak pergi keluar kota dan naik kereta api, penumpang tersebut lebih memilih untuk membawa bekal sendiri dari rumah. Karena saat ini di dalam kereta api sudah tidak ada lagi pedagang asongan dan memang bisa diakui lebih aman dan nyaman. Alasan lebih memilih membawa bekal sendiri karena harga makanan yang ada di tenant dalam stasiun jauh lebih mahal dari harga yang ada di luar. Padahal, dilihat dari porsi dan kualitas makanan yang disajikan juga sama dengan yang dijual di luar. Misalnya saja satu cup mie instan yang pada umumnya dibandrol dengan harga Rp 7.000,-, ketika sudah di tenant dalam stasiun harga menjadi Rp 15.000,-. Padahal, yang disajikan juga sama dan tidak ada perbedaan. Tentu saja hal tersebut akan menjadikan konsumen atau penumpang yang tidak memiliki waktu banyak untuk menyiapkan bekal akan merasa terpaksa untuk membeli makanan di tenant yang ada di dalam stasiun dengan harga yang lebih mahal dari harga pada umumnya. Dampak dari penaikan harga yang sangat tinggi akan dirasakan oleh konsumen. Konsumen dalam situasi yang mendesak, mau tidak mau harus membeli makanan yang ada di tenant area stasiun dengan harga yang jauh lebih mahal dari harga pada umumnya. Hal ini bertentangan dengan hak konsumen yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dalam Pasal 4 huruf b, yaitu konsumen memiliki hak untuk memilih serta mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. Selain Pasal 4 huruf b,

6 terdapat hak lain yang dimiliki konsumen telah di ambil, yaitu Pasal 4 huruf g, yaitu hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur, serta tidak diskriminatif. 5 Selain Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dalam Islam pun juga telah mengatur mengenai penetapan harga. Sebagaimana pemikiran dari salah satu tokoh ekonomi Islam yaitu Ibnu Khaldun, penetapan harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Artinya jika permintaan meningkat dan barang yang tersedia terbatas, maka harga pun akan meningkat, sebaliknya jika permintaan menurun, tetapi barang tersedia banyak, maka harga menjadi murah. 6 Sehingga pelaku usaha atau pedagang ketika menetapkan suatu harga harus didasarkan pada permintaan dan penawaran, serta disesuaikan dengan harga yang ada di pasaran. Permasalahan dalam hal penetapan harga makanan di tenant dalam stasiun memang masih perlu di bahas lagi yang dikaitkan dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, serta bagaimana teori harga menurut Pemikiran Ibnu Khaldun menyikapi hal tersebut. Untuk itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat permasalahan tentang Penetapan Harga Makanan di Tenant PT KAI Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Pemikiran Ibnu Khaldun (Studi kasus penumpang kereta api di Stasiun Tulungagung). 5 Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 6 Wendi Mulfa dan Solihin Siddiq, Pengembangan Masyarakat Islami: Studi Epistimologis Pemikiran Ibnu Khaldun, (Bandar Lampung: Matakata, 2006), hal. 108.

7 B. Fokus Penelitian Berdasarkan konteks penelitian di atas, penyusun mengambil beberapa fokus penelitian, yaitu: 1. Bagaimana pandangan penumpang terhadap penetapan harga makanan di tenant PT KAI? 2. Bagaimana penetapan harga makanan di tenant PT KAI ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen? 3. Bagaimana penetapan harga makanan di tenant PT KAI ditinjau dari pemikiran Ibnu Khaldun? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian diatas, adapun tujuan dari penelitian ini ialah: 1. Untuk mengetahui pandangan penumpang terhadap penetapan harga makanan di tenant PT KAI 2. Untuk mengetahui penetapan harga makanan di tenant PT KAI ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen 3. Untuk mengetahui penetapan harga makanan di tenant PT KAI ditinjau dari pemikiran Ibnu Khaldun.

8 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini bisa digunakan sebagai pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai tinjauan hukum dalam penetapan harga dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, serta sebagai pengembangan ilmu dalam hal penetapan harga, dan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melakukan pembelajaran tentang penetapan harga dan sebagai referensi untuk peneliti yang akan membahas terkait penetapan harga. b. Masyarakat dan Pedagang (tenant) Penelitian ini bisa dijadikan sebagai pedoman bagi masyarakat dan juga pedagang yang ada pada tenant dalam stasiun yang melakukan kegiatan perdagangan, serta sebagai acuan ketika hendak menetapkan harga suatu barang dan/atau jasa. c. PT KAI Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai tolak ukur ketika memberikan harga sewa aset yang akan ditempati oleh pihak tenant stasiun dan sebagai bahan rujukan dalam menetapkan suatu harga barang/jasa di wilayah PT KAI.

9 E. Penegasan Istilah Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam menafsirkan judul skripsi ini, maka penulis perlu memberikan penegasan istilah dalam judul tersebut dan menjadi batasan dalam pembahasan selanjutnya. Adapun judul dari skripsi penulis adalah Penetapan Harga Makanan di Tenant PT KAI Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Pemikiran Ibnu Khaldun (Studi kasus penumpang kereta api di Stasiun Tulungagung) 1. Penegasan Konseptual a. Penetapan Harga Penetapan harga adalah suatu proses untuk menentukan seberapa besar pendapatan yang akan diperoleh atau diterima oleh perusahaan dari produ atau jasa yang dihasilkan. 7 b. Makanan Pengertian dari makanan ialah segala bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan yang di makan oleh makhluk hidup untuk mendapatkan tenaga dan nutrisi. 8 Yang di maksud makanan disini adalah makanan yang diolah maupun makanan yang sudah siap dikonsumsi. 7 Ekonomiana, Penetapan Harga: Tujuan, Strategi, dan Berbagai Macam Pendekatannya, Dalam https://ekonomiana.wordpress.com/tag/penetapan-harga/, Diakses Pada Tanggal 24 September 2017 Pkl. 13.09 WIB. 8 EM Zul Fajri dan Ratu Aprillia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Anonim: Difa Publisher), hal. 543.

10 c. Tenant PT Kereta Api Indonesia Tenant merupakan sebuah kata yang berasal dari Bahasa Inggris yang dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai penyewa. 9 Dalam hal ini, tenant diartikan sebagai penyewa dari aset yang dimiliki oleh pihak PT Kereta Api Indonesia yang terdapat di wilayah stasiun kereta api. d. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1 adalah suatu aturan yang mengatur tentang perlindungan konsumen, seperti aturan mengenai hak-hak dan kewajiban konsumen juga produsen hingga sanksi ketika melanggar aturan ini. Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai Pasal 4 hingga Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. e. Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang Penetapan Harga Pemikiran Ibnu Khaldun tentang penetapan harga adalah salah satu teori atau temuan yang membahas tentang hal-hal yang mempengaruhi terjadinya penaikan maupun penurunan suatu harga barang dan/atau jasa, yaitu permintaan dan penawaran. 11 9 Anonim, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1976), hal. 583. 10 Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Perlindungan Konsumen, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2006), hal. 9. 11 Wendy Melfa dan Solihin Siddiq, Pengembangan Masyarakat Islam: Studi Epistimologis Pemikiran Ibnu Khaldun, (Bandar Lampung: Matakata, 2006), hal. 108.

11 2. Penegasan Operasional Penelitian tentang Penetapan Harga Makanan di Tenant PT KAI Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Pemikiran Ibnu Khaldun (Studi kasus penumpang kereta api di Stasiun Tulungagung) adalah penelitian tentang pandangan penumpang kereta api tetang penetapan harga makanan yang ada di tenant dalam stasiun kereta api, penetapan harga makanan di tenant PT KAI yang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dan penetapan harga makanan di tenant PT KAI ditinjau dari pemikiran Ibnu Khaldun. F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari enam bab. Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika pembahasan. Bab II yaitu Kajian Pustaka, yang membahas mengenai penetapan harga makanan di tenant PT KAI, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, pemikiran Ibnu Khaldun, Standart penetapan harga dalam ekonomi Islam, dan penelitian terdahulu. Bab III yaitu membahas mengenai Metodologi Penelitian, meliputi pendekatan dan rancangan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian,

12 sumber data, teknik penumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahapan-tahapan penelitian. Bab IV yaitu Hasil Penelitian, meliputi deskripsi data, temuan penelitian, dan analisis data. Bab V Pembahasan, yang meliputi hasil dari penelitian. Pada bab ini, yang pertama membahas tentang penetapan harga makanan di tenant PT KAI ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Kedua, membahas tentang penetapan harga makanan di tenant PT KAI ditinjau dari pemikiran Ibnu Khaldun. Bab VI yaitu Penutup. Kesimpulan menjelaskan secara singkat atas jawaban dari rumusan masalah atau permasalahan, dan saran yang ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam permasalahan penelitian.