PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 44 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 7, TAHUN : 2004 SERI : B NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 33 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN OAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN BURUNG WALET 01 LUAR HABITAT ALAMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN OPTIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 21 TAHUN 2001 T E N T A N G PAJAK PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR : 04 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN KERJA APOTEKER DAN ASISTEN APOTEKER

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH

L E M B A R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 06 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI PEMANFAATAN LAHAN PADA HUTAN NEGARA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

L E M B A R A N D A E R A H

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

L E M B A R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

L E M B A R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK DAN PENGAWASAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENITIPAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK. Tahun. retribusi kewenangan. Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DAN ANGKUTAN DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 17 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG SRITI DAN ATAU WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TUMUR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 02 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2005

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 13 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR : 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 21 TAHUN 2012

Peraturan...

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR : 3 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR: 10 TAHUN 2001 TENTANG

PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2011 NOMOR : 13 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 30 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 25 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TERMINAL

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG IZIN DAN RETRIBUSI PENANGKARAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk pengendalian dan pengawasan lingkungan serta kelestarian Sarang Burung Walet, dipandang perlu adanya Peraturan mengenai Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet ; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a di atas perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet. Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209 ) ; 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 3419 ); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 41); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pokok pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 7. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

8. Undang-Undang RI Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4347 ) ; 9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 10. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang RI Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 11. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438) 12. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737 ) ; 14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun 1999 tentang Pedoman Pengelolaan Sarang Burung Walet ; 15. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 449 / KPTS II /99 tentang Pengelolaan Sarang Burung Walet Dihabitat Alami dan Habitat Buatan; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Nomor 36 Tahun 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2006 Nomor 36) ; 17. Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2007 Nomor 37) ;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2007 Nomor 38). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR dan KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN DAN RETRIBUSI PENANGKARAN SARANG BURUNG WALET BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Kabupaten adalah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur; 2. Bupati adalah Bupati Ogan Komering Ulu Timur ; 3. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur; 4. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur; 5. Burung Walet adalah Satwa liar yang termasuk Marga Collocalia yaitu Collocalia Fuchiaphaga, Collocalia Maxima, Collocalia Esculenta dan Collocalia Linchi; 6. Pengelolaan Burung Walet adalah Rangkaian Pembinaan Habitat dan Pengendalian Populasi Burung Walet di Habitat Alami dan Luar Habitat Alami ; 7. Pengusahaan Burung Walet adalah bentuk kegiatan pengambilan Sarang Burung Walet di Habitat Alami dan luar Habitat Alami; 8. Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Walet adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada Orang Pribadi atau Badan Hukum untuk mengusahakan Pengelolaan Burung Walet dalam Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku ; 9. Habitat Alami Burung Walet adalah Lingkungan tempat Burung Walet Hidup dan berkembang secara Alami; 10. Diluar Habitat Alami Burung Walet adalah Lingkungan tempat Burung Walet hidup dan berkembang yang diusahakan dan dibudidayakan;

11. Kawasan Hutan Negara adalah Kawasan Hutan Lindung, Hutan Produksi, Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; 12. Lokasi adalah suatu kawasan /tempat tertentu dimana terdapat Sarang Burung Walet baik pada Habitat Alami maupun diluar Habitat Alami ; 13. Kawasan Pelestarian Alam adalah Kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai Wilayah Sistem Penyangga Kehidupan; 14. Kawasan Suaka Alam adalah Kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai Wilayah Penyangga Kehidupan; 15. Penemu Gua Sarang Burung Walet adalah seseorang atau sekelompok orang yang diakui oleh masyarakat sekitar sebagai penemu gua Sarang Burung Walet; 16. Kawasan Konservasi adalah Kawasan yang dilindungi atau dilestarikan ; 17. Retribusi Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas pemberian Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet oleh Pemerintah Daerah kepada Orang Pribadi atau Badan Hukum; 18. Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Pengusahaan Sarang Burung Walet adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti dan dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang Pengelolaan Sarang Burung Walet dan menemukan tersangkanya; 19. Bangunan Gedung dan Rumah adalah Bangunan tempat digunakan untuk bersarangnya Burung Walet; 20. Retribusi Pengelolaan dan Pengusahaan yang selanjutnya disebut Retribusi adalah retribusi yang dipungut atas pelayanan pemberian izin terhadap usaha di bidang pengelolaan dan pengusahaan burung wallet; 21. Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menurut Peraturan Perundang-Undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi; 22. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan tempat khusus retribusi; 23. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPDORD adalah Surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan obyek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaran Perundang- Undangan retribusi daerah;

24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang; 25. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan. 26. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang; 27. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/ atau denda. 28. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas Keberatan terhadap STRD atau Dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi; 29. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah. 30. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Pemberian Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pengelolaan Sarang Burung Walet oleh Orang Pribadi atau Badan Hukum. (2) Tujuan Pemberian Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet adalah untuk melindungi kepentingan Umum. Memberi kewenangan kepada Pemerintah Kabupaten untuk memungut Retribusi sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah.

BAB III NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 3 (1) Retribusi Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet adalah golongan Retribusi Jasa Umum (2) Objek Retribusi adalah kegiatan Pemberian Izin usaha Penangkaran Sarang Burung Walet diluar habitat alami; (3) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin usaha penangkaran sarang burung walet di luar habitat alami. MASA BERLAKU IZIN Pasal 4 Izin sebagaimana pasal 3 ini berlaku selama masih melaksanakan kegiatan Pengelolaan, Pengusahaan Sarang Burung Walet BAB IV LOKASI DAN TEMPAT SARANG BURUNG WALET Pasal 5 (1) Sarang Burung Walet yang berada di Habitat Alami meliputi Kawasan Hutan Negara dan Kawasan Konservasi serta Goa Alam dan atau diluar kawasan yang tidak dibebani hak milik perorangan dan atau adat. (2) Sarang Burung Walet yang berada diluar Habitat Alami meliputi Bangunan Rumah dan bangunan lain yang dipergunakan untuk usaha Burung Walet. Pasal 6 (1) Penemu Sarang Burung Walet di Habitat Alami wajib melaporkan penemuannya kepada Bupati dengan disertai surat keterangan dari Kepala Desa/Kelurahan yang diketahui oleh Camat setempat untuk dibuatkan Surat Pengesahan atau Penemuannya. (2) Penemu Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan prioritas untuk mengelola dan mengusahakan Sarang Burung Walet. (3) Penemu Sarang Bururng Walet dapat bekerja sama atau menyerahkan pengelolaan dan pengusahaannya kepada pihak lain dengan persetujuan Bupati. Pasal 7 (1) Perubahan dan atau penambahan bentuk bangunan atau rumah sebagai tempat pengelolaan dan penguasaan Sarang Burung Walet harus mendapat persetujuan /Izin dari Bupati. (2) Perubahan dan atau penambahan bangunan sebagaimana dimaksud ayat (1) harus mendapat persetujuan dari tetangga disebelah kiri dan kanan (sepadan) atau belakang bangunan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat yang diketahui oleh Kepala Desa atau Lurah.

Pasal 8 Bangunan sebagai tempat pengelolaan Sarang Burung Walet hanya diperbolehkan paling tinggi 4 (empat ) lantai BAB V KETENTUAN PERIZINAN Pasal 9 Setiap Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet wajib memperoleh izin dari Bupati dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Mengajukan permohonan kepada Bupati melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur; b. Melampirkan foto copy atau tanda bukti diri lainnya; c. Proposal pengusahaan dan pengelolaan sarang Burung Walet; d. Rekomendasi dari Camat, Bapedalda dan Dinas Kesehatan; e. Surat pernyataan sanggup mentaati persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Bupati maupun Instansi /Departemen Teknis; f. Khusus pengelolaan Sarang Burung Walet di luar Habitat Alami harus dilengkapi Izin Undang-undang Gangguan dan Izin Mendirikan Bangunan; Pasal 10 (1) Pemberian atau penolakan Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet, diberikan oleh Bupati selambatlambatnya dalam jangka waktu 14 ( empat belas ) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap (2) Penolakan atas permohonan Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan secara tertulis dengan disertai alasan penolakan. Pasal 11 Pemegang Izin Pengusahaan dan Pengelolaan Sarang Burung Walet diwajibkan untuk ; a. Memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet ; b. Melakukan kegiatan usaha Pengelolaan Sarang Burung Walet selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah izin diberikan; c. Mentaati semua ketentuan peraturan Perundang-undangan yang berlaku lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengusahaan Sarang Burung Walet.

Pasal 12 (1) Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet dapat dicabut apabila; a. Pemegang izin tidak melaksanakan kegiatan usahanya; b. Pemegang izin melanggar atau tidak mentaati ketentuanketentuan yang berlaku lainnya; (2) Pencabutan Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan. (3) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak diindahkan dilanjutkan dengan pembekuan Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet untuk jangka waktu 1 (satu) bulan. (4) Jika pembekuan Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet sebagai pengusahaan dimaksud dalam ayat (3) habis jangka waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, maka Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet dicabut Pasal 13 Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet dicabut tanpa melalui proses peringatan dan pembekuan Izin, dalam hal pemegang izin: a. Melakukan kegiatan yang membahayakan kesehatan, keamanan dan ketertiban umum; b. Memiliki Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet dengan cara tidak sah; Pasal 14 Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet dapat dialihkan kepada pihak lain setelah mendapat persetujuan Bupati. Pasal 15 Pemegang Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet dilarang ; a. Melakukan kegiatan usaha lain pada tempat yang sama kecuali apa yang telah disebut dengan jelas dalam pemberian Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet ; b. Melakukan kegiatan usaha yang membahayakan Kamanan Negara;

c. Melakukan penyimpanan barang-barang yang membahayakan keselamatan masyarakat umum yang berada disekitar lokasi atau tempat Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet; d. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; e. Dilarang mengelola dan mengusahakan Sarang Burung Walet di tempat-tempat peribadatan, perkantoran pemerintah, prasarana pendidikan, hotel/penginapan dan fasilitas umum lainnya; BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 16 (1) Dalam rangka pembinaan Bupati memfasilitasikan pelaksanaan pengelolaan dan pengusahaan Sarang Burung Walet. (2) Fasilitasi yang dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa penyuluhan, bimbingan teknis dan pemasaran. Pasal 17 Pemerintah Kabupaten melakukan pengawasan sejak Izin Pengelolaan dan Penangkaran Sarang Burung Walet diberikan. BAB VII KETENTUAN RETRIBUSI Pasal 18 Untuk setiap pemberian izin pengelolaan dan pengusahaan Sarang Burung Walet dikenakan retribusi sebesar Rp. 7.000.000,- (tujuh juta rupiah). BAB VIII PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI Pasal 19 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutupi sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

BAB IX WILAYAH PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 20 Retribusi yang terhutang dipungut dalam daerah tempat pelayanan jasa dan fasilitas diberikan. BAB X SURAT PENDAFTARAN Pasal 21 (1) Wajib retribusi wajib mengisi SPDORD (2) SPDORD sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh wajib retribusi atau kuasanya. (3) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SPDORD sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, ditetapkan oleh Bupati. BAB XI PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 22 (1) Berdasarkan SPDORD sebagaimana dimaksud pasal 21 Peraturan Daerah ini, ditetapkan retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan. (2) Bentuk isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, ditetapkan oleh Bupati. BAB XII TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 23 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB XIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 24 (1) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terhutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

(2) Orang atau badan yang menyelnggarakan kegiatan pengelolaan dan pengusahaan Sarang Burung Walet yang melanggar pasal 5 Peraturan Daerah ini, akan dikenakan sanksi berupa pencabutan izinya dan membekukan/melarang usahanya. BAB XIV TATA CARA PEMBAYARAN RETRIBUSI Pasal 25 (1) Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus di muka. (2) Untuk retribusi yang terhutang berdasarkan jangka waktu pemakaian, pembayaran retribusi dilakukan setelah berakhirnya jangka waktu pemakaian. (3) Retribusi yang terhutang dilunasi pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (4) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Bupati. BAB XV TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 26 (1) Retribusi terhutang berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT, STRD, dan Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah, yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Retribusi dapat ditagih melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN). (2) Penagihan retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku BAB XVI KEBERATAN ATAS PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 27 (1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT, dan SKRDLB. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (3) Dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan wajib retribusi, wajib retribusi harus dapat membuktikan ketidak benaran ketetapan retribusi tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila wajib retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3) pasal ini, tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi. Pasal 28 (1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Bupati atas keberatan berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terhutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. BAB XVII PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETIBUSI Pasal 29 (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati. (2) Bupati dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini, telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila wajib retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi tersebut. Pasal 30 (1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurangkurangnya menyebutkan : a. Nama dan alamat wajib retribusi; b. Masa Retibusi; c. Besarnya kelebihan pembayaran; d. Alasan yang singkat dan jelas (2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan langsung atau melalui pos tercatat. (3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima Bupati. Pasal 31 (1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi. (2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud Pasal 29 ayat (1) Perturan Daerah ini, pembayarannya dilakukan pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran. BAB XVIII PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 32 (1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, dengan memperhatikan kemampuan. (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.

BAB XIX KADALUARSA PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 33 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampuai jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi, kecuali apabila melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini tertangguh apabila : a. Diterbitkannya surat teguran; b. Ada pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XX TATA CARA PENYETORAN RETRIBUSI Pasal 34 (1) Pembayaran retribusi dibayarkan langsung kepada Bendahara Khusus Penerima Dinas Kehutanan dan Perkebunan atau petugas yang ditunjuk. (2) Selambat-lambatnya 1 x 24 jam sesudah penerimaan semua hasil pungutan retribusi yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan melalui Bendahara Khusus Penerima harus sudah menyetorkannya ke Kas Daerah BAB XXI KETENTUAN PIDANA Pasal 35 (1) Pelanggaran atas ketentuan dalam Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang. (3) Tindak pidana sebagimana dimaksud yat (1) dan ayat (2) pasal ini adalah pelanggaran.

BAB XXII P E N Y I D I K A N Pasal 36 (1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di Lingkungan Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi Daerah ; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah ; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumendokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah ; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah ; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi Daerah ; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. menghentikan penyidikan ; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XXIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 37 Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak berlakunya Peraturan Daerah ini, kegiatan Pengelolaan, Pengusahaan Sarang Burung Walet yang sudah ada harus mengadakan penyesuaian dengan Peraturan Daerah ini. BAB XXIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 38 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan yan tidak sejalan dengan Peraturan Daerah ini, dinyatakan tidak berlaku. Pasal 39 (1) Dinas Kehutanan dan Perkebunan sebagai Instansi teknis pelaksana Peraturan Daerah ini. (2) Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur merupakan koordinator pungutan Retribusi Daerah (3) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 40 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Ditetapkan di Martapura pada tanggal, 22 Desember 2008 BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR, Diundangkan di Martapura pada tanggal, 23 Desember 2008 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR, dto H. TUGIYO PRANOTO dto H. HERMAN DERU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2008 NOMOR 34 DAN RETRIBUSI PENANGKARAN SARANG BURUN