BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan, adat serta bahasa karena terdiri dari berbagai macam suku. Hukum Adat adalah hukum yang tidak tertulis. Hukum adat bukan karena bentuknya tidak tertulis melainkan karena hukum adat tersusun dengan dasar pikiran tertentu. 1 Adat dalam tiap masyarakat bisa berkaitan dengan dunia gaib, dengan tanah, dengan benda-benda keramat, dengan pernikahan, dan dengan anggota masyarakat. Salah satunya adalah propinsi Nusa Tenggara Timur dengan ibu kota Kupang. Kabupaten TTS adalah bagian dari propinsi NTT yang terdiri dari beberapa kecamatan salah satunya adalah kecamatan Oenino, masyarakat dikecamatan ini menjalankan hidup berdasarkan ketentuanketentuan adat baik yang berhubungan dengan siklus kehidupan maupun siklus pertanian. Dalam adat perkawinan masyarakat ini, op ut, tes tua merupakan suatu tata cara dan di preoritaskan bagi setiap keluarga maupun pasangan nikah. Op ut, Tes Tua adalah ritus dalam perkawinan adat bagi orang Meto yang biasanya harus dilakukan oleh laki-laki yang menikah dengan perempuan Meto khususnya di Desa Niki-Niki Un di kecamatan Oenino kabupaten TTS. Ritus ot ut,tes tua sebenarnya berbeda dengan mas kawin, perbedaannya adalah Mas kawin diberikan kepada orang tua pada saat acara peminangan sedangakan ritual op ut tes tua ini biasanya dilakukan selang beberapa tahun setelah pasangan kekasih menikah dan hidup sebagai suami istri (sekitar 4-5 tahun). Untuk melakukan ritual ini membutuhkan waktu yang lama karena selama beberapa tahun itu kedua 1 Abdurrahman, S.H. 1984. Hukum adat menurut perundang-undangan Republik Indonesia. Jakarta: cendana press. Hal,17 1
mempelai mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga tetapi juga mencari dana untuk persiapan melakukan ritual Op ut tes tua. Jika pasangan keluarga merasa bahwa kehidupan keluarga sudah sejahtera dan persiapan kebutuhan-kebutuhan untuk melakukan ritual op ut, tes tua ini telah siap, maka kedua mempelai akan kembali ke rumah orang tua mempelai perempuan bersama dengan anak-anak (jika sudah memiliki anak), keluarga dari laki-laki serta mengundang tetangga maupun kerabat dekat untuk ikut menyaksikan ritus op ut, tes tua ini. Dalam melakukan ritus ini ada langkah-langkah yang telah terstruktur, dan harus dilalui setiap langkah-langkah tersebut karena ini berkaitan dengan kehidupan rumah tangga. Namun jika ibu dari mempelai perempuan belum melakukan hukum adat op ut, tes tua kepada orang tuanya, maka anaknya tidak bisa mendahului ibunya untuk melakukan Hukum adat tes Tua, Op ut karena ritual ini harus dilakukan secara bertahap. Pada saat Hukum adat Op ut tes tua, dilakukan maka keluarga pasangan pengantin datang dengan membawa antaran yang merupakan hasil persiapan yang telah dilakukan selama bertahun-tahun dan diberikan kepada orang tua yang berisi sarung atau selimut yang adalah kain dari suku meto, uang perak yang melambangkan bahwa Hukum adat Op Ut, Tes Tua ini telah dilakukan oleh nenek moyang sejak turun temurun dan uang rupiah yang melambangkan kehidupan pada masa sekarang, sedangkan untuk atoin amaf dan saudara laki-laki dan perempuan dari mempelai perempuan akan diberikan baju, dan uang rupiah. Antaran-antaran akan diberikan kepada keluarga dari mempelai perempuan (orang tua, saudara laki-laki dan perempuan dari mempelai perempuan, saudara sepupu, dan atoin amaf atau saudara laki-laki dari mama), barang-barang ini sebenarnya hanya simbol bahwa keluarga menghargai keluarga dan orang tua. 2
Upacara hukum adat Op ut, tes tua ini berlangsung dengan dipimpin oleh seorang jubir yang telah di tunjuk oleh keluarga masing-masing; tugas dari jubir adalah memimpin dialog antara dua keluarga dan didampingi atoin amaf, dialog yang dilakukan adalah dengan menaruh tempat sirih yang berisi uang di hadapan keluarga sang istri, uang yang ada dalam tempat sirih tidak dilihat dari nilainya tetapi sebenarnya uang dan tempat sirih ini memiliki makna untuk menghargai orang yang sedang diajak bicara, karena itu setiap kali berpindah topik yang dibicarakan maka sebelumnya tempat sirih dan uang harus diletakan terlebih dahulu dan ada tutur atau pantun-pantun dalam bahasa dawan yang isinya menunjukan tujuan keluarga laki-laki meletakan tempat sirih. Jika dari pihak keluarga perempuan menyetujui atau tidak permintaan dari keluarga laki-laki maka sebelum mereka menyampaikan maksudnya maka akan ada tempat sirih terlebih dahulu di letakan di pihak laki-laki. Menurut pemahaman orang Meto khususnya di Niki-niki Un, ritus Op ut, Tes tua ini wajib untuk dilakukan, walaupun orang tua dari mempelai perempuan sudah tidak ada lagi (meninggal dunia), maka ritus ini akan dialihkan kepada saudara laki-laki yang paling tua. Ritus Op ut, Tes tua merupakan peringatan akan leluhur, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih dan juga hendak memberitahukan kepada orang tua, keluarga dan para undangan bahwa rumah tangga yang telah dibangun oleh kedua mempelai berjalan dengan baik karena mendapatkan keturunan (bagi yang telah memiliki anak) dan pekerjaan mereka telah sukses. Ritus ini dilakukan hanya 1 kali, tetapi membutuhkan persiapan sampai bertahun-tahun Setelah rangkaian upacara telah selesai maka antara keluarga laki-laki dan perempuan akan saling bertukar sirih pinang yang melambangakan kekeluargaan, saling menerima, dan menandakan bahwa keluaraga itu bukan lagi terdiri dari dua keluarga tetapi telah menjadi satu 3
melalui kedua anak mereka, dan keluarga yang telah bersatu itu akan dipersatukan lagi lewat ibadah yang akan dipimpin oleh seorang pendeta. Namun Jika ritus op Ut, tes Tua tidak dilaksanakan maka rumah tangga yang baru di bangun akan mengalami masalah atau cobaan (sakit penyakit), bisa juga dalam keluarga tidak akan di karunia anak laki-laki atau perempuan atau kesulitan dalam mencari nafkah (bagi petani), bahkan bisa juga berujung pada kematian. Menurut kepercayaan orang meto khususnya Niki-niki Un jika ritual ini tidak dilakukan maka pada saat mereka meninggal dan sampai pada dunia lain yaitu dunia dimana nenek moyang mereka berada maka mereka tidak akan diakui sebagai bagian dari keluarga mereka. Bagi setiap keluarga yang telah menikah dan belum melakukan ritus ini, maka ritus op ut, tes tua wajib untuk dilakukan meskipun membutuhkan waktu yang sangat lama bagi keluarga yang kurang mampu dan bagi keluarga yang mampu waktu yang dibutuhkan sekitar 4-5tahun. Menurut pandang kekristenan ritus ini wajib untuk dilakukan dengan mendasarkan pada hukum kelima dalam kesepuluh Firman. Berkaitan dengan penjelasan singkat yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik melakukan suatu penilitian dengan judul SUATU TINJAUAN SOSIOLOGIS TERHADAP MAKNA HUKUM ADAT OP UT,TES TUA DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT DI TTS DAN PANDANGAN GEREJA TERHADAP RITUAL OP UT TES TUA B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu; 4
Apa makna hukum adat Op Ut, Tes Tua dalam ritual perkawinan masyarakat TTS dan pandangan gereja terhadap ritual Op ut,tes Tua. C. Tujuan Penelitian Mendeskripsikan makna hukum adat Op Ut, Tes Tua dalam ritual perkawinan masyarakat TTS dan pandangan gereja terhadap ritual Op ut,tes Tua. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah Tulisan ini dapat memberikan informasi mengenai pentingnya penghormatan kepada orang tua dalamupacara op ut tes tua bagi masyarakat di desa Niki-Niki Un, dan dapat memahami budaya dan adat istiadat daerahnya sendiri. Bagi mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam mata Agama dan kebudayaan. E. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. cara kerja dari pendekatan ini adalah dengan menjabarkan hasil penelitian berdasarkan penilaianpenilaian terhadap data yang diperoleh. Penelitian ini menggunakan bentuk kualitatif karena data-data hasil penelitian yang diperoleh berupa pandangan, pendapat, konsep-konsep, keterangan, kesan-kesan, tanggapan dan lain-lain tentang suatu keadaan yang berhubungan denga kehidupan manusia. 2 F. Jenis penelitian 2 J. D. Engel, Metedologi Penelitian Sosal dan Teologi Kristen, ( Salatiga: Widya Sari Press, 2005), 21 5
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu subyek, suatu kondisi, suatu sistem, pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara masalah yang akan diselidiki. 3 Teknik pengumpulan data a. Data Primer : Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik wawancara mendalam yang dimaksud adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa menggunakan pedomanwawancara. 4 b. Data Sekunder : Data sekunder didapatkan dari studi pustaka. Dimana kita mencoba untuk menghubungkan akar permasalahan dengan sebuah teori yang ada. G. Analisa Data Data yang dikumpulkan adalah data-data kualitatif berupa informasi dan uraian mengenai makna serta pemahamanmakna hukum adat Op Ut,Tes Tua dalam ritual perkawinan masyarakatdi Niki-Niki Un, TTS dan pandangan gereja terhadap ritual Op ut tes tua.setelah data tersebut didapatkan, kemudian akan dikaitkan dengan tujuan penelitian. Data yang didapatkan kemudian dianalisa. Informan dalam Penelitian 3 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 63-64 4 Iyan Afriani H.S Metode Penelitian Sosial http:// org sabtu, 05/02/2012 pkl 09.35 WIB 6
Informan atau orang yang memberikan informasi dalam penelitian ini adalah 9 orang tokoh-tokoh masyarakat yang memahami hukum ini, masyarakat yang telah melakukan hukum ini. Penulis menilai bahwa mereka lebih memiliki pengetahuan dan mengetahui situasi ditempat tersebut dan mereka lebih mengetahui informasi yang dibutuhkan. Lokasi dan waktu penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi desa Niki-Niki Un kecamatan Oenino, TTS. Pertimbangan memilih lokasi didasarkan bahwa di desa Niki-Niki Un merupakan salah satu temapat yang masih memegang dan melakukan upacara Op Ut Tea Tua dalam ritus perkawinan masyarakatdan. H. Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan, Latar belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Analisa Data, Lokasi Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II: Landasan teori tentang Hukum adat perkawinan. Bab III: Gambaran umum wilayah penelitian dan deskripsi wilayah penelitian Bab IV : Analisa hasil penelitian dan refleksi teologis Bab V : Penutup Kesimpulan Refleksi Teologis Saran 7