PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tanaman Pangan ,42. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

ANALISIS RISIKO PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki arti penting dalam bidang pertanian karena letaknya yang strategis.

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

BAB I PENDAHULUAN. juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. Perkembangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS DIPLADENIA CRIMSON DI PT ISTANA ALAM DEWI TARA SAWANGAN DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

BAB I PENDAHULUAN. bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGERTIAN TANAMAN HIAS

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam komoditi pertanian terutama dalam sektor agribisnis. Perkembangan dunia agribisnis yang dijadikan andalan dalam pergerakan perekonomian Indonesia akan semakin baik dan menarik sejalan dengan berkembangnya animo masyarakat terhadap kegiatan agribisnis secara luas. Salah satu produk subsektor agribisnis yang cukup menjanjikan adalah hortikultura. Hortikultura memegang peranan penting dalam sumber pendapatan petani, perdagangan maupun penyerapan tenaga kerja. Dengan adanya potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang besar, sektor pertanian sangat tepat dijadikan sebagai sektor andalan dalam membangun perekonomian nasional. Besarnya kontribusi subsektor hortikutura terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional terus mengalami peningkatan pada tahun 2008 nilainya sebesar 84.203 milyar, lebih tinggi 9 persen dari tahun 2007 dan pada tahun 2009 nilai kontribusi subsektor hortikultura menjadi 88.334 milyar atau meningkat 5 persen dari tahun 2008. Jika dilihat dari laju pertumbuhan share pada Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura, subsektor tanaman hias bernilai postif yang berarti terjadi peningkatan pada komoditi tersebut sebesar 0,87 %/tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik dimasa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa komoditas hortikultura yang mengalami peningkatan cukup tajam adalah komoditas tanaman hias atau florikultura. Florikultura merupakan salah satu subsektor yang memiliki potensi sebagai pusat pertumbuhan baru sektor pertanian. Selain itu florikultura di Indonesia menjadi salah satu industri yang sedang dikembangkan dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani, memperluas lapangan pekerjaan, pariwisata serta menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. 1

Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun 2007-2009 PDB 2007 PDB 2008 PDB 2009 Laju Pertumbuhan Komoditas Nilai Nilai Nilai Share % % % (Milyar Rp) (Milyar Rp) (Milyar Rp) (%/tahun) Sayuran 25.587 33,31 28.205 33,50 30.506 34,53 1,82 Buah-buahan 42.362 55,16 47.060 55,89 48.437 54,84-0,28 Tanaman hias 4.741 6,17 5.085 6,04 5.494 6,22 0,87 Biofarmaka 4.105 5,36 3.853 4,57 3.897 4,41-9,12 Total 76.795 100 84.203 100 88.334 100-6,71 Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 (diolah) Peluang pasar komoditas hortikultura cukup besar baik peluang pasar domestik maupun ekspor. Untuk pasar domestik Indonesia masih belum mampu memenuhi kebutuhan domestik dan bersaing dengan komoditas impor. Negara tujuan ekspor komoditas Indonesia antara lain Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, China, Jepang, Spanyol dan Taiwan. Adanya upaya untuk meningkatkan daya saing produk hortikultura merupakan solusi agar komoditas hortikultura Indonesia dapat bersaing dan lebih unggul dibandingkan komoditas impor serta bisa bersaing di pasar internasional. Langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain dengan menerapkan Good Agricultural Practices (GPA) yaitu penanganan yang baik mulai pada on farm, panen, pasca panen dan pemasaran, penataan rantai pasok, meningkatkan kemitraan usaha dan peningkatan investasi di bidang hortikultura. Selain itu produk hortikultura dalam negeri harus diarahkan untuk menjadi produk yang mampu mensubstitusi impor. Hal tersebut dapat dicapai dengan upaya promosi peningkatan kesadaran mengkonsumsi produk hortikultura dalam negeri. Tabel 2. Perkembangan Ekspor Hortikultura Tahun 2007-2009 Komoditas 2007 2008 2009 Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Sayuran 209.347.875 137.106.305 175.936.396 171.469.227 197.801.924 184.247.314 Buah-buahan 157.620.956 93.652.526 323.888.910 234.867.444 211.492.222 161.923.203 Tanaman Hias 15.875.683 12.573.931 4.573.264 10.366.228 5.195.438 9.820.983 Biofarmaka 7.684.734 6.364.773 14.670.214 9.448.130 13.088.448 11.784.703 Total 390.529.248 249.697.535 519.068.784 426.151.029 427.578.032 367.776.203 Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) (diolah) 1 http://www.hortikultura.go.id Gambaran Kinerja Makro Hortikultura 2008 [25 Juli 2011] 2

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa secara umum terjadi peningkatan volume dan nilai ekspor dari tahun 2007 sampai 2008, namun pada tahun 2009 volume dan nilai ekspor mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2008. Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa volume dan nilai ekspor komoditas tanaman hias mengalami fluktuasi. Volume ekspor mengalami penurunan sebesar 71 persen pada tahun 2008, sedangkan pada tahun 2009 mengalami peningkatan 14 persen dibandingkan tahun 2008. Sedangkan nilai ekspor pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 18 pesen dan tahun 2009 mengalami penurunan 5 persen. Penurunan volume dan nilai ekspor hortikultura ini disebabkan adanya tren tanaman hias yang tidak stabil, sehingga mempengaruhi jumlah produksi dan kualitas tanaman hias yang dihasilkan. Menurut Saragih (2001), Agribisnis florikultura adalah keseluruhan kegiatan bisnis yang terkait dengan bunga-bungaan dan terdapat tiga alasan yang mendukung perkembangan florikultura di Indonesia yaitu : (1) Potensi keragaman jenis tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (2) Potensi keragaman jenis tanaman hias baik domestik maupun ekspor, dan (3) Potensi ketersediaan lahan bagi pengembangan tanaman hias di Indonesia yang masih cukup luas. Tanaman hias merupakan salah satu komoditas agribisnis yang cukup digemari di Indonesia. Selain mudah ditanam di areal sekitar, beberapa tanaman hias memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman hias dapat dibagi sesuai daya tariknya dan penempatan atau pemanfaatannya. Berdasarkan daya tariknya, tanaman hias dikelompokkan menjadi tanaman hias bunga dan tanaman hias daun. Sedangkan dari segi penempatan atau pemanfaatannya, dikelompokkan menjadi tanaman hias pot, tanaman hias taman, dan tanaman hias bunga potong. Saat ini perkembangan komoditas tanaman hias sangat pesat, dari mulai pinggir jalan sampai perusahaan besar. Hal ini sebagai dampak dari kesadaran masyarakat akan keindahan lingkungan, baik diluar maupun di dalam ruangan. Disamping itu, penjualan tanaman hias sangat menjanjikan keuntungan yang cukup besar (Tamam dan Soedjatmiko. 2006). Keberadaan tanaman hias mulai menjadi daya tarik masyarakat untuk mengembangkan industri florikultura dalam negeri. Adanya fluktuasi volume ekspor menunjukkan adanya peluang usaha yang menjanjikan untuk 3

mengembangkan usaha tanaman hias. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang menunjukan perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas komoditas hortikultura di Indonesia. Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun 2007-2009 Komoditas Luas Panen (ribu Ha) Produksi (juta ton) Produktivitas (juta ton/ ribu Ha) 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Sayuran 1.001,61 1.026,99 1.078,16 9,46 10,04 10,63 0,009 0,009 0,009 Buah-buahan 756,77 781,33 834,34 17,12 18,65 18,65 0,023 0,024 0,022 Tanaman Hias 0,92 1,09 1,39 179,37 263,53 263,53 194,967 241,771 189,589 Biofarmaka 24,41 22,66 20,38 0,44 0,40 0,40 0,018 0,018 0,019 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) (diolah) Tabel 3 menjelaskan bahwa terjadi peningkatan luas panen, produksi dan produktivitas komoditas hortikultura di Indonesia tahun 2007-2009. Komoditas hortikultura yang mengalami perkembangan adalah tanaman hias. Pada tahun 2008 tanaman hias mengalami perkembangan produksi sebesar 84,16 juta ton dibandingkan tahun 2007. Jika dilihat dari segi luas panen tanaman hias mengalami peningkatan dari tahun 2007-2009 sebesar 0,47 ribu ha. Adanya peningkatan produksi dan luas panen menunjukkan bahwa tanaman hias memegang peranan penting dalam subsektor hortikultura pada khususnya dan sektor pertanian pada umumnya. Usaha budidaya tanaman hias dilakukan oleh pelaku usaha berskala kecil, menengah dan besar dengan segmentasi pasar yang berbeda. Pelaku usaha kecil dan menengah umumnya berorientasi memenuhi segmen pasar domestik sedangkan pelaku usaha berskala besar membidik segmen pasar yang lebih besar yaitu pasar internasional. Adanya perbedaan segmen dan orientasi pasar diantara ketiga pelaku usaha tersebut tidak terlepas dari kemampuan menghasilkan produk dengan kualitas sesuai dengan persyaratan dan standar dari pasar yang dimasuki. Pasar internasional menerapkan standar mutu yang lebih tinggi dengan imbalan insentif harga yang lebih tinggi dibandingkan pasar domestik. Oleh karena itu, pelaku usaha berskala besar biasanya mengadopsi teknologi modern sesuai dengan kemampuan modalnya agar bisa memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Sementara pelaku usaha kecil yang umumnya memiliki keterbatasan modal hanya 4

menerapkan teknologi sederhana dalam usaha produksinya. Tabel 4 memperlihatkan produksi tanaman hias di Indonesia selama tahun 2006-2010. Tabel 4. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode 2006-2010 Produksi (Tangkai) Laju Komoditas Produksi 2006 2007 2008 2009 2010 (%/tahun) Mawar 40.394.027 59.492.699 39.131.603 60.191.362 82.643.413 10,558 Krisan 63.716.256 66.979.260 99.158.942 107.847.072 120485784 13,968 Anggrek 10.903.444 9.484.393 15.430.040 16.205.949 16.897.801 8,113 Kuping Gajah 2.017.535 2.198.990 2.764.552 3.833.100 8.673.602 28,100 Anyelir 1.781.046 1.901.509 2.995.153 5.320.824 7.807.153 29,603 Gerbera 4.874.098 4.931.441 4.103.560 5.185.586 9.863.849 12,323 Gladiol 11.195.483 11.271.385 8.524.252 9.775.500 8.156.961-9,648 Pisang-pisangan 1.390.117 1.427.048 5.187.631 4.124.174 3.208.367 5,188 Sedap Malam 30.373.679 21.687.493 25.180.043 51.047.807 59.340.715 9,618 Dracaena 1 ) 905.039 2.041.962 1.845.490 2.262.505 4.894.563 34,630 Melati 2 ) 24.795.996 15.775.751 20.357.698 28.307.326 21.977.417-8,848 Palem 3 ) 986.340 1.171.768 1.094.096 1.260.408 1.182.244 3,828 Adenium 3 ) - - 3.129.259 3.471.605 3.396.235 7,642 Keterangan: 1) Satuan dalam batang 2) Satuan dalam kg 3) Satuan dalam pohon Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) 2 Dari Tabel 4 dapat dilihat produksi berbagai tanaman hias memperlihatkan tren yang berbeda dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Perkembangan produksi berbagai tanaman di daerah Indonesia tidak konsisten dari waktu ke waktu, kadang cenderung mengalami peningkatan dan kadangkala mengalami penurunan atau kontraksi produksi. Naik turunnya produksi tanaman hias tersebut menunjukkan usaha tanaman hias mempunyai risiko dalam pengusahaannya. Salah satu penyebab adanya variasi produksi berbagai tanaman hias disebabkan perbedaan teknologi yang diadopsi dan digunakan dalam proses produksi serta faktor eksternal seperti kondisi lingkungan. Dari uraian di atas diketahui bahwa dalam usaha tanaman hias terdapat risiko produksi. Sumber risiko teknis adalah kondisi cuaca yang tidak pasti, serangan hama penyakit, dan efisiensi penggunaan input. Risiko tersebut sangat mempengaruhi pendapatan perusahaan, sehingga perlu dilakukan strategi untuk mengelola risiko yang tersebut. Oleh karena itu, penelitian mengenai risiko 2 http://www.hortikultura.go.id Data Statistik Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode 2006-2010 [10 Agustus 2011] 5

tanaman hias sangat perlu dilakukan agar dapat menekan risiko produksi yang ada dalam usaha tanaman hias tersebut. Tanaman hias adenium merupakan tanaman hias yang cukup diminati di Indonesia, karena adenium memiliki bunga yang indah dengan aneka macam warna dan juga memiliki bonggol yang menarik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 yang menunjukkan perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas Adenium di Indonesia Tahun 2008-2010. Tabel 5. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Adenium di Indonesia Tahun 2008-2010 Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas (M 2 ) (Pohon) (Pohon/ M 2 ) 2008 877.269 3.129.259 3,62 2009 1.074.696 3.471.605 7,93 2010 *) 476.536 3.396.235 5,53 Keterangan: *) Angka sementara (Januari-Juni 2010) Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) (diolah) Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan luas panen dan produksi adenium yang cukup signifikasikan dari tahun 2008-2010. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 197.427 M 2 dari tahun 2008, hal yang sama juga terlihat pada produksi adenium pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 342.346 pohon dari tahun 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa adenium mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan. Salah satu sentra tanaman hias di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan agribisnis tanaman hias di Jawa Barat memiliki potensi yang besar. Daerah sentra tanaman hias di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 6. Karawang dan Bekasi merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang menjadi sentra tanaman hias. Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa daerah Karawang dan Bekasi merupakan salah satu sentra tanaman hias khususnya untuk jenis cemara, palem, melati, zingiberaceae, adenium, anggrek, aglonema dan dracaena. Hal ini didukung oleh tersedianya lahan, sumberdaya serta kondisi iklim kota Karawang dan Bekasi yang sesuai untuk memproduksi tanaman hias. 6

Tabel 6. Sentra Tanaman Hias di Provinsi Jawa Barat No Kota Jenis Tanaman 1 Kab. Bandung Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera 2 Cianjur Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Anggrek, Krisan, Gladiol, Gerbera, Draceaena, Zingiberaceae, Aspharagus 3 Sukabumi Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Gerbera, Draceaena, Holiconia, Cycas, Pakis 4 Bogor Mawar, Melati, Anggrek, Krisan, Holiconia, Zingiberaceae, Adenium, Ficus, Aglaonema, Euphorbia, Pakis 5 Karawang dan Bekasi Cemara, Palem, Melati, Zingiberaceae, Adenium, Anggrek, Aglaonema, Draceaena 6 Garut Anggrek, Palem, Melati, kaktus, Krisan, Gladiol, Antthurium, Draceaena, Cordeline 7 Kota Bandung Palem, cemara, Bougenville, Ficus, Anthurium 8 Depok Anggrek, Bougenville, Cemara, Palem, Draceaena, Cordeline, Aglaonema, Adenium, Anthurium Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat 3 (2010) Tanaman hias yang cukup digemari masyarakat saat ini adalah tanaman hias adenium. Adenium merupakan tanaman hias yang selalu menjadi incaran para hobiis karena keindahan bunga dan keunikan bonggolnya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Dalam kurun beberapa tahun terakhir, tanaman hias adenium cukup diminati dikalangan masyarakat, walaupun banyak tanaman-tanaman hias baru yang muncul di pasaran. Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa pulau Jawa merupakan daerah yang sangat potensial untuk tanaman hias adenium, hal ini terlihat dari luas panen dan produksi tanaman hias adenium yang meningkat setiap tahunnya. Untuk itu penelitian tentang tanaman hias adenium cocok dilakukan di pulau Jawa karena kondisi cuaca dan iklim serta lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman hias, salah satunya daerah Jawa Barat yang memiliki kondisi tanah yang subur dan cuaca yang cocok untuk berbagai tanaman hias khususnya tanaman hias adenium. Perusahaan Anisa Adenium terletak di Bekasi Timur, Jawa Barat. Perusahaan Anisa Adenium merupakan salah satu perusahaan yang fokus memproduksi tanaman hias adenium, dan pada saat terjadi penurunan tren adenium pada tahun 2008, perusahaan ini tetap bertahan sampai saat ini. Dimana 3 http://diperta.jabarprov.go.id Sentra Tanaman Hias di Provinsi Jawa Barat [22 Agustus 2011] 7

perusahaan Anisa Adenium selalu memperhatikan perkembangan dari tanaman hias adenium. Tabel 7. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Hias Adenium di Berbagai Provinsi Tahun 2008-2010 Luas Panen Produksi Produktivitas Pulau (M 2 ) (Pohon) (Pohon/M 2 ) 2008 2009 2010*) 2008 2009 2010*) 2008 2009 2010*) Sumatera 476.968 399.681 48.093 849.746 921.006 383.925 2,02 2,18 5,29 Jawa 370.559 645.455 402.911 1.957.301 2.096.349 2.657.360 4,20 2,54 5,30 Bali dan Nusa Tenggara 15.938 16.354 9.872 158.077 138.299 40.010 3,70 6,72 3,59 Kalimantan 8.427 4.873 6.363 89.847 127.654 240.929 6,95 10,52 16,27 Sulawesi 5.267 8.073 92.870 74.033 185.477 1.715.142 3,12 11,36 17,50 Maluku dan Papua 110 260 2.093 255 2.820 8.162 1,70 10,85 2,78 Keterangan: *) Angka sementara (Januari-Juni 2010) Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) (diolah) Perusahaan Anisa Adenium juga merupakan perusahaan yang cukup maju, dimana perusahaan ini bermitra dengan produsen tanaman hias adenium yang ada di Thailand dalam hal pengadaan benih, batang atas dan juga informasi-informasi terbaru tentang tanaman hias adenium. Perusahaan Anisa Adenium melakukan penjualan sebagaian besar secara online, sehingga mempermudah konsumen untuk memperoleh tanaman hias adenium yang di tawarkan, dan juga penjualan dapat menjangkau seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Untuk itu, penelitian tentang risiko produksi tanaman hias adenium cocok dilakukan di perusahaan Anisa Adenium. 1.2. Perumusan Masalah Permintaan tanaman hias adenium varietas Arabicum, Obesum dan Taisoco tahun 2008-2010 mengalami peningkatan, sehingga produsen adenium tetap mempertahankan untuk memproduksi tanaman hias adenium. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8, dimana perusahaan Anisa Adenium tetap memproduksi tanaman hias adenium untuk memenuhi permintaan pasar. Jika dilihat dari laju permintaan tanaman hias adenium varietas Arabicum, Obesum dan Taisoco, permintaan ketiga varietas adenium bernilai positif yang berarti terjadi peningkatan permintaan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman hias adenium merupakan komoditi yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. 8

Tabel 8. Permintaan Tanaman Hias Adenium pada Perusahaan Anisa Adenium Tahun 2008-2010 Varietas Adenium Permintaan (Pot) Laju Permintaan 2008 2009 2010 (%/tahun) Arabicum 1567 1680 1782 12,45 Obesum 4680 5440 5540 15,78 Taisoco 756 867 819 6,94 Sumber : Perusahaan Anisa Adenium (2011) Perusahaan Anisa Adenium merupakan salah satu usaha yang fokus dalam budidaya adenium yang berlokasi di Bekasi Timur. Pada awalnya Perusahaan Anisa Adenium mendirikan usaha tanaman hias dengan mengusahakan satu jenis tanaman hias adenium yaitu Adenium varietas Arabicum. Sejak tahun 2006 perusahaan Anisa Adenium mulai melakukan pengembangan usaha dengan melakukan diversifikasi untuk merespon permintaan pasar. Diversifikasi yang dilakukan oleh perusahaan Anisa Adenium adalah mengusahakan tanaman hias adenium varietas Obesum dan Taisoco. Diversifikasi ini dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar dan juga untuk menekan risiko yang dialami saat memproduksi tanaman hias adenium. Produksi/budidaya tanaman hias tidak selalu berhasil dan menguntungkan. Hal ini dikarenakan setiap kegiatan usaha pasti mempunyai risiko bisnis yang berbeda dalam kegiatan produksinya. Risiko produksi tanaman hias umumnya dapat disebabkan oleh perubahan iklim, cuaca, kelembaban, serangan hama dan penyakit serta sumberdaya manusia yang kurang terampil pada saat proses perbanyakan tanaman. Risiko produksi ini dapat dilihat dari persentase keberhasilan produksi tanaman hias yang dihasilkan. Tanaman hias adenium varietas Arabicum dan Taisoco dikatakan berhasil dalam produksinya yaitu jika tanaman sudah berumur tiga bulan. Kriteria dari tanaman adenium yang berhasil untuk varietas Arabicum dan Taisoco adalah : 1. Bonggol berdiameter minimal 5 cm permukaan bonggol bebas jamur, warna bonggol tidak kusam, biasanya warna bonggol yang baik adalah kuning bersih atau hijau. 2. Batang mempunyai ukuran diameter minimum 2 cm, diameter yang besar menandakan pertumbuhan adenium baik dan subur, panjang batang minimum 10 cm, dan tidak berjamur. 9

3. Jumlah daun minimal 15 helai, berwarna hijau segar, tidak kusam, tidak ada bercak goresan, bekas telur hama atau bekas sarang serangga lainnya. Sedangkan untuk tanaman hias adenium varietas Obesum dikatakan berhasil jika tanaman yang disambung dibuka dari sungkupnya setelah 7-8 hari, tanaman sudah mengeluarkan tunas daun baru dari batang yang telah disambung, warna tunas hijau segar. Bonggol dan batang tidak kusam, dan tidak banyak bekas luka sayatan dan tanaman dalam keadaan sehat. Namun hasil produksi adenium varietas Arabicum, Obesum, dan Taisoco tersebut tidak sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh perusahaan, sehingga mempengaruhi pendapatan perusahaan. Berdasarkan Lampiran 1, persentase keberhasilan tanaman hias adenium di perusahaan Anisa Adenium mengalami fluktuasi keberhasilan produksi yaitu berkisar antara 55-85 persen. Persentase keberhasilan produksi diperoleh dari hasil perhitungan pertumbuhan tanaman yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan perusahaan. Perhitungan keberhasilan tanaman tersebut diperoleh dari jumlah produksi tanaman yang telah berhasil dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan, dibagi dengan jumlah tanaman yang diproduksi pada setiap periode, hasil dari pembagian tersebut diakumulasi dalam bentuk persentase. Dengan adanya fluktuasi keberhasilan produksi tersebut mengindikasikan bahwa terdapat risiko produksi dalam memproduksi tanaman hias adenium varietas Arabicum, Obesum, dan Taisoco. Persentase keberhasilan produksi adenium di Perusahaan Anisa Adenium dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Persentase Keberhasilan Produksi Adenium di Perusahaan Anisa Adenium Tahun 2009-2010 Sumber : Perusahaan Anisa Adenium (2011) 10

Kegiatan produksi tanaman hias di perusahaan Anisa Adenium berlangsung setiap tiga bulan sekali. Oleh karena itu, dalam setahun perusahaan Anisa Adenium memproduksi empat kali tanaman hias adenium. Fluktuasi produksi merupakan salah satu indikasi adanya risiko produksi dalam tanaman hias adenium. Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa persentase keberhasilan produksi adenium di perusahaan Anisa Adenium berfluktuasi. Fluktuasi ini dikarenakan adanya tingkat keberhasilan yang berbeda-beda dalam proses produksinya. Risiko produksi dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami adalah jumlah produksi rendah dan kualitas hasil panen yang menurun. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk dapat meminimalkan risiko yang dapat mengganggu proses produksi, salah satunya dengan melakukan diversifikasi. Secara teoritis diversifikasi merupakan strategi untuk menekan risiko dengan cara mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau asset (Harwood et al. 1999). Saat ini Perusahan Anisa Adenium melakukan usaha diversifikasi, yaitu dengan mengusahakan berbagai jenis varietas adenium seperti Taisoco, Arabicum dan Obesum. Hal ini menjadi bahan kajian dan penelitian mengenai manajemen risiko perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan risiko untuk dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi. Berdasarkan perumusan diatas, dapat disimpulkan permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian, yaitu : 1. Apa saja yang menjadi sumber-sumber risiko yang dihadapi Perusahaan Anisa Adenium dalam memproduksi adenium? 2. Apakah diversifikasi yang dilakukan perusahaan Anisa Adenium dapat meminimumkan risiko produksi? 1.3. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi perusahaan Anisa Adenium dalam memproduksi adenium. 11

2. Menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan perusahaan Anisa Adenium dalam upaya menurunkan risiko. 3. Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi di perusahaan Anisa Adenium. 1.4. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak berikut ini : 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi Perusahaan Anisa Adenium dalam pengelolaan dan penanganan risiko usaha tanaman hias adenium. 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya atau kegiatan lain yang bersangkutan. 3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan. 1.5. Ruang Lingkup 1. Produk yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah tanaman hias adenium varietas Arabicum, Obesum dan Taisoco yang diusahakan oleh Perusahaan Anisa Adenium. 2. Data yang digunakan merupakan data produksi selama kurun waktu tahun 2009 sampai 2010. 3. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisis sumbersumber risiko dikaitkan dengan diversifikasi yang diterapkan oleh perusahaan Anisa Adenium dan strategi penanganan risiko yang dilakukan untuk menekan risiko pada usaha tanaman hias adenium varietas Arabicum, Obesum dan Taisoco. 12