BAB 1 PENDAHULUAN. semaunya. Tidak sedikit tingkah laku seseorang melanggar aturan/normanorma

dokumen-dokumen yang mirip
2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pendidikan yang baik akan sangat berpengaruh dari generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dunia semakin dinamis dan komplek dikarenakan adanya. saling tukar menukar informasi dengan cepat.

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. hlm Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran di Pesantren,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern merupakan dunia yang tanpa batas dan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan. bebas dan kasus penyimpangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB 1 PENDAHULUAN. terelakkan. Seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali anak-anak bangsa

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. berakhlak mulia, guna menciptakan manusia yang bertaqwa dan menjadi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ma'had al Jamiáh dan Pembinaan Karakter Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi, sosial budaya dan juga pendidikan. kepribadian yang bulat dan untuk membentuk manusia sebagai makhluk

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, t.th.), h Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. banyak disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi pada diri seseorang yang meliputi tiga aspek

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. kepada Allah SWT. Oleh karena ia memiliki keragaman kebutuhan yang. menghiasi dirinya yaitu pokok ajaran Islam yang meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. kepada Allah SWT, terampil cerdas memiliki etos kerja yang tinggi, budi

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya kemunduran umat Islam tidak lain disebabkan oleh kemiskinan ilmu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. filterisasi terhadap dampak negatif yang ditimbulkannya. Adapun langkah

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

PENDAHULUAN. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur a>n telah dijelaskan bahwa Allah SWT akan. mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu, orang yang berilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS)

BAB IV ANALISIS PERANAN KYAI DALAM PEMBINAAN MENTAL AGAMA PADA REMAJA DI KECAMATAN GUBUG.

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2013, hlm Barnawi & M. Arifin, Strategi & kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman modern merupakan zaman dimana dunia tanpa batas dan dunia yang sering kali menggoda moral seseorang untuk bertindak semaunya. Tidak sedikit tingkah laku seseorang melanggar aturan/normanorma yang berlaku di masyarakat. Sehingga mengakibatkan banyak kecemasan, ketegangan dan ketakutan di kalangan masyarakat. Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri 3 (MAN 3) Kota Malang yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Menteri Agama pada tangga 2 Desember 1946 no.1142/bh.a, disertai dengan berdirinya Ma had Al-Qalam. Hal tersebut dikarenakan siswa siswi MAN 3 Kota Malang banyak yang berasal dari luar kota. Berdirinya Ma had Al-Qalam menuntut tanggung jawab yang lebih berat tentang bagaimana mendesain pola pembinaan bagi para penghuninya. Mengacu pada fenomena yang terjadi di lingkungan pendidikan, maka ada dua alternatif pola pembinaan, yaitu: 1. pola pembinaan asrama dan 2. pola pembinaan ma had. Jika memilih pola pembinaan asrama, secara garis besar pihak madrasah hanya bertanggung jawab menyediakan tempat tinggal yang layak, makan dan minum yang cukup, serta pengawalan akademik dan 1

ibadah yang intens. Sedangkan jika memilih pola pendidikan ma had, maka di samping harus menyediakan tiga unsur di atas, pihak madrasah juga harus mendesain kurikulum ma had yang berbasis pesantren. 1 Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa selama ini ma had memang selalu mengikuti kurikulum dari madrasah. Namun berbeda dengan ma had yang akan menjadi tempat penelitian ini, ma had tersebut sudah menggunakan kurikulum tersendiri yang serupa dengan kurikulum pesantren secara umum. Dengan adanya ma had di madrasah, diharapkan menjadi satu nilai lebih dalam membimbing dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam proses belajarnya selama di madrasah, sehingga kegiatan di ma had tersebut dapat menunjang dan mencapai kesuksesannya, menyiapkan bekal bagi mereka dalam menghadapi kemajuan globalisasi, serta membantu memecahkan berbagai persoalan di masyarakat sesuai dengan apa yang telah dipelajari. Sebagai contoh, Ma had Aly Sunan Ampel yang dirintis dan dikembangkan oleh UIN Maliki Malang sejak tahun 2000, nama lengkapnya adalah Ma had Sunan Ampel Al-Aly. disebut ma had dan bukan asrama atau bukan pondok pesantren karena memiliki maksud tersendiri. Jika disebut asrama dikhawatirkan melahirkan kesan bahwa bangunan itu hanya semata-mata rumah kost. Juga tidak disebut pondok 1 http://www.man3malang.com/mahad/mengapa-mahad-bukan-asrama/, diakses pada tanggal 12 Februari 2015 2

pesantren tapi ma had untuk membedakan dengan pondok pesantren pada umumnya. 2 Dalam lingkungan pesantren para santri diajarkan untuk memiliki sikap yang baik, baik dalam lingkup keluarga maupun masyarakat. Ma had bukan hanya mengajarkan etika dan moral melainkan juga mempelajari tentang ilmu-ilmu agama secara luas, sehingga para santri tidak hanya memiliki sifat yang baik namun juga mengetahui dasar atas segala yang dilakukannya. Madjid Dawam Rahardjo menyatakan bahwa tujuan pendidikan pesantren berada sekitar terbentuknya manusia yang memiliki kesadaran setinggi-tingginya akan bimbingan agama Islam, yang bersifat menyeluruh, dan diperlengkap dengan kemampuan setinggi-tingginya untuk mengadakan response terhadap tantangan-tantangan dan tuntutantuntutan hidup, dalam konteks ruang dan waktu yang ada: Indonesia dan dunia abad sekarang. 3 Sebagai lembaga pendidikan Islam ma had dalam merumuskan tujuan atau cita-citanya selalu merujuk pada nilai- nilai yang bersumber dari al-qur an dan as-sunnah, baik itu rumusan dalam bentuknya yang tertulis maupun yang disampaikan secara lisan oleh kyainya. 2 Taufiqurrochman, IMAM AL-JAMI AH : Narasi Indah Perjalanan Hidup dan pemikiran prof. Dr. H Imam Suprayogo, (Malang:2010), Hal 176 3 M.Dawam Rahardjo, pengulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah, (Jakarta:1983), Hal.15 3

Ajaran agama yang ditekuni di pesantren adalah berfungsi dalam pengembangan tugas moral. 4 Pesantren dianggap sebagai benteng nilainilai dasar di masyarakat terhadap pengaruh budaya asing, merubah sikap yang buruk menjadi baik, mengajarkan pendidikan agama yang luas sehingga santri dapat berinteraksi dengan masyarakat dengan baik sesuai dengan akidah serta moral yang telah diajarkan oleh pesantren. Tujuan umum pengembangan pesantren adalah membina warga negara agar berkepribadian muslim dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut dalam semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara. 5 Secara khusus tujuan pembinaan dan pengembangan pesantren oleh pemerintah adalah : 1. Mendidik siswa/santri menjadi anggota masyarakat, seorang muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT. Berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang ber-pancasila. 2. Mendidik siswa/santri menjadi manusia muslim dan kaderkader ulama serta mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, memiliki semangat wiraswasta serta mengamalkan syari at Islam secara utuh dan dinamis. 3. Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan bangsa dan negara. 4. Mendidik para santri, agar dapat menjadi tenaga-tenaga penyuluh pembangun makro, regional dan nasional. 4 NurCholish Majid, Bilik-bilik Pesantren, (1997), Hal.106 5 Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren, diakses pada tanggal 11 Maret 2015 dari http://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/8173-tujuan-pendidikan-pondok-pesantren.html 4

5. Mendidik para santri, agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap serta terampil dalam berbagai sector pembangunan mental spiritual. 6. Mendidik para santri, agar dapat member bantuan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat Indonesia. 6 Kedudukan akhlak dalam Islam sangat penting. Konsep akhlakpun tidak semata-mata hanya mengatur hubungan sesama manusia saja namun juga hubungan manusia kepada Allah SWT, hubungan manusia kepada sesamanya serta hubungan manusia kepada makhluk lainya. Oleh sebab itu Allah SWT mengutus rasulullah SAW untuk menyempurnakan akhlak manusia. Pendidikan moral tidak hanya berpengaruh dalam lingkungan bermasyarakat saja, namun dalam lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh untuk kelangsungan proses belajar mengajarnya serta interaksi yang baik antar sesama teman sebayanya. Perkembangan zaman yang semakin hari semakin banyak permasalahan moral yang ditimbulkan khususnya terhadap remaja, tidak terkecuali santri Ma had Al-Qalam MAN 3 Kota Malang diantaranya masalah bertengkar, mengucapkan kata-kata kotor, menentang dan memusuhi orang tua. Perilaku tersebut tidak layak jika dimiliki oleh remaja yang bermoral. Usaha untuk menanggulangi kemerosotan moral itu telah banyak dilakukan, baik oleh lembaga keagamaan, pendidikan, sosial dan instansi 6 Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam, (Malang:2006), Hal. 104 5

pemerintah. Namun hasil pembendungan arus yang berbahaya itu belum tampak, bahkan yang terjadi semakin banyak. dimana mana dekadensi moral semakin menjadi jadi tidak saja terbatas kepada kota besar, akan tetapi telah menjalar sampai ke pelosok tanah air. Suksesnya upaya dalam pembentukan moral tergantung pada pelaksanaan serta faktor-faktor yang menunjang pelaksanaan tersebut, karena segala sesuatu dapat berjalan dengan baik dan lancar atas dukungan serta kerjasama yang terjadi antara penerap dan objek yang dituju. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengenali lebih dalam tentang peranan yang digunakan oleh Ma had Al-Qalam dalam pembentukan akhlak siswa MAN 3 Kota Malang, dengan terjun langsung ke lapangan. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat langsung realitas yang dilakukan Ma had Al-Qalam dalam pembentukan akhlak siswa, sehingga akan didapatkan pengetahuan dan fakta baru tentang pembentukan moral bagi siswa terutama dalam lingkungan ma had. Oleh karena itu, di sini peneliti mengambil judul penelitian PERANAN PENGURUS MA HAD AL-QALAM TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI MAN 3 KOTA MALANG. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka muncul masalah penelitian, yakni : 6

a. Bagaimanakah peranan Pengurus Ma had Al-Qalam terhadap pembentukan akhlak siswa MAN 3 Kota Malang? b. Bagaimanakah pelaksanaan peranan Pengurus Ma had Al-Qalam terhadap pembentukan akhlak siswa MAN 3 Kota Malang? C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan penelitian ini sejalan dengan rumusan masalah yaitu : a. Untuk mendeskripsikan peranan Pengurus yang di gunakan Ma had Al-Qalam terhadap pembentukan akhlak siswa MAN 3 Kota Malang b. Untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk pelaksanaan Peranan Pengurus Ma had Al-Qalam terhadap pembentukan akhlak siswa MAN 3 Kota Malang D. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti Sebagai suatu pengalaman pertama dalam penelitian lapangan guna menambah wawasan yang luas khususnya dalam Peranan Ma had Al-Qalam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di MAN 3 Kota Malang. 7

2. Bagi Ma had Al-Qalam Penelitian ini dapat membantu para pembina Ma had Al-Qalam untuk mengetahui akhlak atau moral para santri yang sudah dibina di Ma had Al-Qalam serta mengetahui perubahan yang telah di alami oleh para santri. 3. Bagi peneliti lainya Hasil penelitian ini untuk dijadikan salah satu sumbangan pemikiran bagi kalangan para pembina ma had maupun bagi para guru sekolah untuk dijadikan sebagai bahan kajian mengenai pembentukan akhlak siswa atau santri di Ma had Al-Qalam MAN 3 Kota Malang. E. Batasan Istilah 1. Pengertian Peranan Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilakukan. Sedangkan peran adalah sesuatu yang diharapkan dimiliki oleh orang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat. 7 Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibanya sesuai dengan kedudukannya, maka lembaga dapat menjalankan suatu peranan. Peranan yang melekat pada diri sesorang harus dibedakan 7 Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press), 1991, Hal 1132 8

dengan posisi dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu pada organisasi masyarakat. 8 Pentingnya peranan adalah bahwa hal tersebut mengatur perilaku seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatanperbuatan orang lain, sehingga orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. Peranan yang di maksud dalam penelitian ini adalah peranan Ma had Al-Qalam yang berfungsi sebagai pembimbing dalam pembentukan moral siswa siswi MAN 3 Kota Malang. 2. Pengertian Ma had Al-Qalam Secara sekilas, penamaan ma had untuk membangun tempat tinggal siswa adalah dikarenakan ingin memberikan kesan yang berbeda. Menurut Taufiqurrochman asrama berkonotasi hanya sebagai tempat pindah tidur bagi mahasiswanya. Tidak juga dinamakan dengan pondok pesantren (ponpes). 9 Ma had Al-Qalam adalah lembaga pendidikan dibawah naungan MAN 3 Kota Malang yang bertujuan untuk mengantarkan santri memiliki kemantapan aqidah, kehusu an ibadah, dan keluhuran akhlak, sehingga terbentuk generasi madani yaitu generasi dalam rangka mengemban tugas sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. 8 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:2002), Hal.269 9 Taufiqurrochman, IMAN AL-JAMI AH: Narasi Indah Perjalanan Hidup dan Pemikiran Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, (Malang:2010), Hal.169 9

Melihat definisi ma had di atas, maka batasan pembahasan ma had akan lebih jelas. Yaitu hanya berpaku pada ma had yang berada di bawah naungan MAN 3 Kota Malang. 3. Pengertian Pembentukan Akhlak Pembentukan adalah proses dan cara membentuk, pembentukan parlemen. Bentuk berarti bangun, gambaran, atau wujud suatu benda. Pembentuk adalah orang yang membentuk. 10 Akhlak merupakan kondisi internal jiwa seseorang yang dapat melahirkan perbuatan tertentu. 11 Perbutan tersebut dilakukan secara wajar tidak direkayasa, berpotensi untuk dilakukan secara berulang kali, didasari oleh kesadaran dan kehendak individu yang bersangkutan. Moral emotologinya sama dengan etika, sekalipun bahasa asalnya berbeda. Moralitas dari bahasa latin moralis mempunyai arti yang sama pada dasarnya dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak yang artinya segi moral adalah suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. 12 Sedangkan moral adalah ajaran atau pendidikan mengenai baik buruknya perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. 13 10 Ibid.Hal 184 11 Zurqoni, Menakar Akhlak Siswa, (Jakarta:2013), hal.30 12 K.Bertens, Etika, (Jakarta : 1993), Hal.7 13 Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press), 1991, Hal 995 10

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa pembentukan moral adalah suatu cara untuk membangun kepribadian siswa dalam membentuk sikap baik yang harus dilakukan dalam lingkungan ma had maupun lingkungan masyarakat. F. Sistematika Penulisan Agar pembahasan ini dapat terselesaikan dengan baik dan mudah dipahami maka penelitian ini perlu disusun secara sistematis. Oleh sebab itu, penelitian ini dibagi menjadi lima bab, yang mana pembahasannya dibagi menjadi berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini bertujuan untuk mengantarkan pembahasan penelitian secara menyeluruh. Pembahasan pada bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas tentang gambaran umur tentang peranan ma had dan konsep pembentukan moral. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini meliputi pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data/informan, teknik analisa data dan hasil penelitian. 11

BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang penyajian data dari hasil penelitian yang didapatkan selama proses penelitian berlangsung beserta analisisnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini merupakan bab penutup, penulis mengemukakan kesimpulan umum dari penelitian ini secara keseluruhan dan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian ini. Kemudian diakhiri dengan daftar pustaka sebagai rujukan. 12